Senin, 01 Juni 2015

Terima Kasih Ayah


Judul : Terima Kasih Ayah
Penulis : Irfan @irf_Journey
Penerbit : PT Wahyu Qolbu
Tebal : 252 halaman
Resumed by : Ayu Afsari


Terima Kasih Ayah
Buku yang terdiri dari 252 halaman ini berisi kumpulan kisah nyata tentang cinta kasih yang tulus dari seorang ayah. Jika selama ini yang selalu ‘dijunjung tinggi’, ‘disanjung lebih’ adalah tentang kasih sayang seorang ibu – sebagaimana memang Nabi Saw memerintahkan kita untuk mencintai ibu tiga kali lebih dulu dibandingkan dengan sosok ayah – maka buku ini memberikan warna yang berbeda. Seolah ingin mengingatkan para pembaca, bahwa dalam kesuksesan kita tumbuh dan berkembang cantik dan ganteng hingga seperti sekarang ini, ada peran ayah di sana, walau jarang diangkat media.

Buku ini diberikan oleh seorang teman seper-gila-an di hari ulang tahun saya beberapa waktu yang lalu. Katanya ketika melihat buku ini, ia langsung teringat saya; tidak tahu mengapa, karena cinta kah..?? (*halaaaahhh, pasti bukan); mungkin karena salah satu akun sosmed yang saya punya sering mengangkat tema ayah, dan dia juga tahu betapa saya mengidolakan spiderman, (*gak ada hubungannya). Maksud saya mengidolakan ayah yang tidak pernah marah. Bukan berarti saya tidak mengidolakan ibu, bahkan tiga kali lebih. Namun hidup adalah pilihan, dan saya harus memilih antara ayah dan ibu, dan saya memutuskan memilih ayah. *Eiiitz, jangan salah paham dulu, ayah dan ibu saya baik-baik saja lho ya,, memilih maksud saya disini adalah memilih tema untuk ‘lebih diangkat’ di status-status ‘lebai’ saya di akun sosmed yang saya maksud di atas.

Oke, kembali ke buku. Buku ini berisi kumpulan kisah nyata tentang sosok seorang ayah yang ditulis oleh beberapa orang anak tentang ayah mereka masing-masing. Kebanyakan, atau menurut saya semuanya adalah kisah dan cerita dari anak-anak perempuan (disimpulkan dari nama-nama mereka). Sebelum masuk ke kumpulan kisah, kita akan disuguhi berbagai paparan tentang cinta dan kasih sayang orang tua, tentang perjuangan mereka sejak awal perkenalan, kemudian menikah,  kemudian, kemudian, dan kemudian. Ada quote menarik dari salah satu cerita seorang anak tentang kisah perjalanan cinta ayahnya dalam menemukan ibunya, begini kata sang ayah berkisah pada anaknya itu, “Cinta bisa menyusul, yang penting dimiliki dahulu.” *Bolehlah dijadikan rumus^^

Untuk bab-bab awal, belum melulu tentang ayah, masih tetang orang tua secara umum, yaitu ibu dan ayah. Di bab-bab awal ini, kita seolah diajak lebih dulu untuk merenungi betapa besar cinta kasih dan sayang orang tua kepada anak-anaknya, tak pernah berkurang melainkan terus bertambah, tak pernah membedakan malainkan selalu sama rata, pun mengingatkan untuk merenungi kembali perintah ALLAH dan Rasul-Nya untuk berbakti kepada ibu dan ayah kita. Mengingatkan bahwa kebaikan yang paling dicintai ALLAH setelah sholat di awal waktu adalah berbakti pada orang tua.

Bahasa yang digunakan masih sederhana, jelas, dan lugas, belum sampai nyastra tingkat dewa yang kadang agak sulit difahami untuk para pembaca pemula, apalagi pembaca yang buta sastra seperti saya. Karena ini kumpulan tulisan dari diari-diari anak-anak perempuan, jadi, memang ungkapan-ungkapan dan kalimatnya masih sangat sederhana, sehingga bagi saya pribadi kurang dapat feel-nya.
Di halaman-halaman akhir disajikan bingkai kenangan, yaitu foto-foto 89 anak bersama ayah mereka masing-masing, ada juga foto dengan keluarga. Dan di halaman paling akhir di tutup dengan sebuah lirik lagu berjudul “Ayah” dari seorang penyanyi legendaris negeri ini, yaitu om Rinto Harahap.


0 komentar: