Rabu, 29 Agustus 2018

Walking After You


Buku ini saya selesaikan kurang dari 24 jam. Ini adalah kali kedua saya membacanya.  Tidak ada kata bosan untuk setiap cerita yang dituliskan oleh seorang Windry Ramadhina. Gaya bercerita Windry yang rapi, detail, dan selalu memiliki alur yang lembut membuat semua bukunya terlihat manis dan menjadi favorit!

Terlihat jelas bahwa Windry melakukan riset yang mendalam terhadap dunia masak memasak. Khususnya dalam pembuatan pastry dan spageti. Ide cerita ini diangkat dari kisah Isabella Bliss dan Sofia Bliss, dua gadis kembar yang mahir memasak makanan Italia dan membuat kue Prancis, yang memiliki cita-cita mendirikan restoran bersama.  Mereka hanya dilihat Windry di sebuah acara televisi. Hanya nonton televisi lho teman-teman, dan akhirnya dengan imajinasi serta riset terhadap dunia mereka, novel keren ini lahir. Menakjubkan!

Buku yang menceritakan tentang mimpi, cinta, masa lalu, dan hujan. Mimpi An untuk menjadi seorang koki di sebuah restoran Itali harus dipendam demi mewujudkan mimpi Arlet, saudara kembar An. Dan mengenai Cinta, sepertinya An adalah gadis yang mudah jatuh cinta. Dua kali ia memiliki rasa dan hubungan dengan seseorang di tempat kerja. Bayangan masa lalu yang begitu buruk, membuat An harus menjauh dari seseorang yang dulu sangat dicintainya dan rela hidup menjadi orang lain di dunia yang tidak ia inginkan. Masa lalu itu selalu menjadi batu sandungan untuk impiannya. Dan hujan, hujan membantu Ann berpikir tentang segala yang terjadi di kehidupannya.

Dalam buku ini banyak sekali istilah mengenai makanan Itali dan Prancis. Sesuai dengan profesi tokoh utama, hal tersebut bukan hanya sebuah tempelan. Namun begitu detail Windry ceritakan. Bahkan beberapa kali Windry menjelaskan bagaimana membuat Pastry yang enak, terdapat beberapa resep dan cara pembuatannya juga. Seperti menggambarkan bahwa penulis memiliki profesi yang sama. Padahal tidak demikian.

Karakter An agak sedikit unik, menggemaskan dan egois. Ia sangat keras kepala terutama saat ingin mewujudkan mimpi Arlet, meski ia sadar, bahwa tanganya bukanlah tangan seorang koki kue. Selalu saja ada kekacauan yang terjadi di Afternoon Tea semenjak kedatangan An.

Arlet, kembaran An ini begitu manis dan lembut. Apa saja mampu ia lakukan asal terus bersama dengan An. Sekolah di tempat yang sama, bekerja di tempat yang sama, dan tanpa sadar, mereka menyukai lelaki yang sama.

Selain An dan Arlet, di cerita ini ada Julian. Lelaki imut yang wajahnya sangat manis menyerupai perempuan, semanis kue-kue yang dibuatnya. Koki kebanggaan Afernoon Tea ini merupakan lelaki yang sangat dingin dan sedikit angkuh. Duh, kalau saya jadi An, mungkin hanya bertahan sehari bekerja di Afternoon Tea. Gimana nggak? Selalu di maki dan diusir dari dapur karena membuat kekacauan. Dan, lelaki itu mampu mendiamkan rekan kerjanya lebih dari seminggu walaupun mereka berada di tempat dan ruang yang sama. Pengen teriak-teriak nggak sih rasanya, biar dia sadar kalau kita ini ada wkwkwk.

Terakhir ada Jinendra. Pemilik sekaligus koki sebuah restoran Itali yang terkenal di kawasan Kemang, Jakarta. Lelaki yang manis dan juga romantis.

Buku ini dibuka dengan prolog yang mengisahkan mengenai dua gadis kembar, Anise dan Arlet. kisah di mana impian itu di mulai. Arlet yang menyukai kue dan segala jenis pastry, serta An yang tiba-tiba jatuh cinta dengan masakan Italia dan kemudian bercita-cita menjadi koki masakan Itali. Hingga akhirnya, mereka berdua memiliki impian untuk membuat Trattoria bersama suatu hari nanti.

Waktu berlalu begitu cepat dan mimpi tersebut tidak bisa mereka wujudkan. Kini, An sedang mengejar impian Arlet. menjadi asisten koki di sebuah Cafe kue bernama Afternoon Tea, bukan koki masakan Itali.

Koki utama di Afternoon Tea adalah orang yang perfectionis, kaku, dan tempramental. Hari pertama An bekerja, koki Afternoon Tea tersebut mengusir An dari dapurnya, hanya karena mengaduk adonan caramel saat sedang dipanaskan!

Hari demi hari dijalani An demi mewujudkan mimpi Arlet. berada di dapur pastry, dengan tangan yang bukan koki kue, membuat An selalu dimarahi oleh Julian. Meski begitu, An tidak menyerah. Meski Julian tidak pernah suka dengan keberadaannya di dapur, ia tetap berusahan untuk melakukan yang terbaik.

Hingga suatu hari Afternoon Tea kedatangan wanita misterius, Wanita pembawa hujan. Karena setiap kehadirannya, langit selalu menjatuhkan airnya dengan deras di atap dan teras Afternoon Tea, dan berhenti kala wanita itu pergi. Wanita yang selalu memesan souffle coklat setiap berkunjung, dan ketika souffle itu datang, wanita itu tak pernah menyentuhnya terlebih memakannya. Wajahnya selalu berpaling, menatap sedih kaca jendela dengan air hujan sebagai lukisannya.

Pada akhirnya, Julian mampu bersikap baik kepada An dan mau mengajarinya membuat souffle coklat. Sebagai tanda terima kasih, karena An mampu membuat Ayu memakan souffle buatannya. Hari itu menjadi hari pertama kedekatan hubungan Julian dan An. Meski karakter Julian masih tetap dingin, namun An mulai berani menggodanya. Saya berkali-kali ikut tersenyum saat lelaki-terlalu-amat-kelewat-serius itu bersemu merah saat digoda oleh An.

Sehari setelah itu, seseorang dari masa lalu An tiba-tiba hadir di Afternoon Tea. Lelaki penyuka salsa yang sangat dicintainya. Karena lelaki itu pula An berada di Afternoon Tea, lelaki yang untuk saat ini tidak ingin ditemuinya. Namun akhirnya, ketika lelaki itu pergi beberapa langkah dari Afternoon Tea, An mengejarnya. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya terhadap Jinendra.


Lalu, bagaimanakah kelanjutan hubungan An dan Julian? Apakah An kembali ke dalam pelukan Jinendra? Dan mengapa An lebih memilih mewujudkan impian Arlet dibandingkan impiannya sendiri? Cari tahu langsung dengan membaca bukunya yuk! 😉

Judul                              : Walking After You
Penulis                           : Windry Ramadhina
Penerbit                         : Gagas Media
Jmlh halaman                : 318 Halaman
Tahun Terbit                  : Cetakan Kedua, 2015
Genre                             : Fiksi, Romance

- Isnaini Annisa -

Proses Kreatif Penulisan Akademik


Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Secara khusus bagi seorang mahasiswa kegiatan menulis merupakan unsur yang fundamental. Sebab aktivitas menulis selalu identik dengan akademisi. Namun, tak jarang pula kegiatan menulis dapat menjadi momok yang menakutkan bagi sebagaian orang, termasuk mahasiswa yang notabene adalah akademisi. Ngainun Naim yang merupakan dosen iain tulungagung sekaligus penulis buku berbagi kiat-kiat dan membangun buadaya kreatif dalam menulis melalui bukunya yang berjudul proses kreatif penulisan akademik.

Sebagian besar tugas akademik berbentuk tugas menulis. Jika mahasiswa paham dan menyadari terhadap hal ini, ia akan berusaha sekuat mungkin untuk menjadikan menulis sebagai budaya. Budaya menulis sangat penting artinya karena menulis dalam realitas dunia kuliah adalah salah satu tolok ukur yang menentukan keberhasilan dalam menjalani kuliah.

 Namun selama ini, tugas menulis yang diberikan dosen kepada mahasiswa tidak memberi kontribusi untuk semangat menulis atau membangun budaya menulis. Hal itu disebabkan karena tugas menulis itu dilakukan dengan terpaksa untuk menggugurkan kewajiban semata, tidak didasari rasa cinta. Oleh karena itu, di dalam buku ini Penulis mengungkapkan betapa pentingnya perasaan cinta ketika sedang menulis. Sebab, menulis dengan dilandasi perasan cinta akan lebih bagus hasilnya daripada menulis karena keterpaksaan.

Meskipun judul buku ini mengenai kepenulisan akademik, di dalamnya Ngainun juga menyinggung jenis-jenis tulisan lain. Bahkan memberi contoh atass kesuksesan JK Rowling dalam menulis novel Harry Potter. Buku ini membahasa persoalan yang sangat mutakhir dan akarab dengan kalangan mahasiswa. Dimana budaya menulis di kampus justru disuburkan dengan makalah yang mengamini aktivitas plagiasi. Bagaimana tidak, kesalahan dalam mengutip baik dari buku maupun artikel kerap menjerumuskan seseorang pada tindak plagiasi.

Di dalam bukunya Ngainun berusaha membersamai pembaca dengan menggunakan bahasa-bahasa saantai untuk menyampaikan kiat-kiat menulis. Mulai dari tradisi menulis yang dapat berperan dalam transformasi sosial, membangun budaya membaca, membangun passion menulis, mengatasi malas saat membaca, melatih diri dengan menulis selama 15 belas menit setiap hari, sampai menemukan tempat favorit untuk menulis.

Menulis merupakan pekerjaan yang dapat dipanen secara abadi. Seseorang dapat memiliki kepandaian yang luar biasa namun selama ia tidak menulis, maka akan terlupakan. Dalam buku ini Ngainun Naim mengutip pendapat Kate M. Barusen: “Menulis adalah sejenis doa, yang terus membantuku mencapai dan menaklukan hidupku tanpa merasa, pada akhirnya, ditaklukan olehnya. Kini ketika aku menuangkan pikiranku ke atas kertas, entah menulis karya fiksi yang sangat menggerakkan atau artikel yang tidak terlalu mengesaankan, aku selalu teringat kepada gairah yang kurasakan ketika pertama kalinya merekam setiap saat yangsedang terjadi---ketika aku mengetahui bahwa , sesamar apapun jadinya peristiwa itu nantinya dalam ingatanku, tindakan menulis yang sederhana akan membuatnya tersimpan aman dalam bentuk asli, selamanya.

Judul Buku      : Proses Kreatif Penulisan Akademik
Penulis             : Dr. Ngainun Naim
Penerbit           : Akademia Pustaka
Cetakan           : Cetakan Kedua, April 2017
Halaman          : xx + 133
Tebal               : 14 x 20,3 cm

-           Ririn Erviana -

Selasa, 28 Agustus 2018

Soedirman dan Alfiah


“Maturnuwun, bu, kau perempuan hebat yang selalu mendorong suaminya untuk terus bergerak.” Itu adalah pujian dari Jenderal Soedirman kepada Istri tercintanya Siti Alfiah, disuatu sore sepulang dari kantor.

Selain menjadi Jenderal besar Republik Indonesia pak Soedirman juga memiliki cerita keluarga yang begitu bahagia (tentram, penuh cinta, dan harmonis). Cerita perjalanan hidup pak Dirman (sapaan akrab Jenderal Soedirman) perlu kita tahu dan teladani, bagaimana perjuangan beliau dahulu dalam merebut kemerdekaan, kemudian akan menjadi rasa syukur dan terima kasih atas semua dedikasi dan perjuangan beliau Pahlawan Bangsa.

Meskipun sudah membaca buku yang menceritakan tentang Jenderal Soedirman yang berjudul “693 km Jejak Geriliya Sudirman” tapi masih penasaran dengan kisah beliau yang tersaji dari tulisan dan karya buku yang lainnya. Akhirnya terbacalah buku ini, dari kisah yang disajikan tentu ada beberapa hal yang sama seperti pada buku 693 km Jejak Geriliya Sudirman, hanya dari buku ini akan dibahas lebih banyak menggenai  kondisi keluarga pak Dirman. Bagaimana beliau berinteraksi dengan Istri, Anak, dan keluarga besar serta dalam bertugas.

Pak Dirman beristrikan Siti Alfiah dan dikaruniai 7 orang putra putri. Dalam kisah cinta beliau,  layaknya seorang Jenderal yang selalu berjuang untuk membela tanah air dengan halangan dan rintangan yang tak mudah, begitu juga dengan kisah cinta Pak Dirman kepada Alfiah yang merupakan teman sekelasnya. Cintanya tak begitu saja diterima oleh Alfiah terlebih pak Dirman memiliki saingan para bujang lain yang tertarik juga dengan Alfiah, serta pertentangan dari keluarga besar Alfiah, yang tidak setuju Alfiah diperistri Seodirman atas dasar kedudukan dan jabatan. Menginggat Soedirman pada awalnya hanyalah seorang guru yang takbergaji tinggi.

Seperti kisah remaja pada umummnya Soedirman memiliki saingan untuk mendapatkan cinta Alfiah, salah satunya pemuda yang bernama Hanafi yang menjadi saingannya dan juga menjadi musuhnya nanti, ketika Hanafi memihak pada Jepang sedangkan Soedirman adalah Pejuang Bangsa. Rasa dendam Hanafi atas kekalahannya mendapatkan Alfiah berlanjut sampai ia memihak Jepang atas dasar kekayaan dan kenyamanan hidup (Bagaimana kisah perseteruan mereka silahkan dibaca sendiri hehe)

“Aku bukanlah orang yang hidup serba ada, Dik, Tetapi Tidak Juga kekurangan.”
“Jadi Mas tidak bercanda ketika mengatakan ingin mencari istri yang siap hidup sengsara?,” Tanya Alfiah
“Siap hidup sengsara bukan berati akan disengsarakan. Siap hidup sengsara, artinya menyediakan kesiapan mental ketika benar-benar menghadapi ketidakberuntungan dalam hidup”. Balas Soedirman

Pak Dirmnan tidak menjanjikan sebuah kemewahan dan kemudahan, karena diawal pernikahan beliau sendiri hidup serba pas-pasan. Kemudian menggemban amanah menjadi Seorang Jenderal maka kehidupan yang dijalani pun tak menjadi semakin mudah untuk dilalui, Dari seorang guru yang hidup dengan pas-pasan tetapi penuh ketenangan, berubah menjadi seorang tentara dengan kehidupan yang lebih berat.  Bagaimana beliau dari guru bisa menjadi tentara ? apa yang beliau lalui ? silahkan dibaca sendiri.

Menjadi istri seorang Jenderal tentu tidaklah mudah, Perlu mental kuat untuk sanggup mendampingi sang suami dengan setia dalam setiap tugas nya, bukan mendampingi di mendan perang, tetapi menjadi setia saat ditinggal suami untuk tugas diluar, tidak pulang berhari-hari, terlebih pada masa perjuangan maka musuh suami adalah musuh istri, tak hanya suami yang menjadi sasaran para musuh melainkan istri dan keluarga juga menjadi sasaran musuh.

Saat ditinggal pak Dirman bertugas diluar, Alfiah ditemani anak-anak serta simbok yang membantu segala keperluannya. Dalam masa kesusahan Alfiah ingat pesan dari seorang guru
“ Jika kekayaan menjadi rahasia kebahagiaan, tentu orang-orang kaya akan menari-nari di jalan. Tapi kau tahu, hanya anak-anak miskinlah yang bisa melakukannya. Jika kekuatan menjadi keamanan, tentu orang-ornag penting akan berjalan tanpa pengawalan. Tapi hanya yang hidupnya sederhanalah yang bisa tidur nyenyak dan tanpa pengawalan. Jika kau beranggapan  kecantikan dan keterkenalan akan membawa hubungan rumah tangga yang ideal, tentu hanya para bintang sandiwara yang akan bisa berumah tangga dengan baik.”

Benar-benar Jenderal yang keras pada musuh, setia pada bangsa, santun dan hormat pada pimpinan, bersahabat kepada anggota dan bawahan serta cinta yang tulus kepada keluarga, begitulah sosok Soedirman dalam buku ini.

Dari buku ini terlihat bagaimana seorang pejuang dari sisi keluarga. Berbeda dengan buku 693 km, dalam buku ini lebih banyak kisah perjuangan yang disajikan dan dikemas dalam kisah keluarga, alur maju mundur yang runut membuat nyaman pembaca dalam memahami setiap isi cerita sejarah. Akhirnya buku ini penuh akan makna, penuh akan nasehat, penuh akan kisah yang bisa kita teladani.

Selamat membaca buku ini, kan kalian temukan kisah-kisah luar biasa didalamnya.

Judul Buku       : Soedirman & ALfiah
Jml Hal            : 437
Penulis             : E. Rokajat Asura
Penerbit           : Imania
Tahun Terbit    : 2017

Probolinggo Agustus 2018
-           Eko Yasin -

Senandung Bisu


Benar bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. Namun Rahim, seorang bungsu dari lima saudara di sebuah keluarga tidak merasakan surga itu. Bukankah seorang ibu harusnya menyapa dengan kelembutan dan memperlakukan dengan kasih sayang? Tapi tidak dengan Zulfin, ibunya. Ibunya tidak memberi makan. Bahkan nasi sisa pun dilarangnya. Di saat keempat saudaranya berangkat sekolah, Rahim justru harus ke ladang. Bocah kecil itu harus mencangkul ladangnya. Belum makan, dan tidak diantar makan.

Sepanjang hari Rahim mengayunkan cangkul dengan gemetaran hingga terik matahari memanggang kulitnya. Kumal wajahnya semakin terlihat memiriskan hati. Dlori ayahnya, tidak peduli. Makan siang di sawah dilewatinya tanpa sedikit pun memikirkan Rahim anak bungsunya. Justru Mbah Na’im yang dapat mengantarkan jatah makan siangnya untuk Rahim.

Keyakinan bisa berubah. Kemantapan hati bisa labil. Percaya pada omongan orang membuat sebuah keyakinan yang tadinya kuat bisa menjadi goyah. Pergunjingan yang berlangsung lama bisa membuat bangunan keluarga kokoh menjadi rapuh. Karakter warga Siwalan yang tadinya tenteram damai berubah jadi panas. Wuryani kerap membanggakan anaknya yang sukses-sukses.

Novel ini menyentil khas kehidupan bertetangga. Bahwa omongan tetangga selalu saja menyertai tindakan kita. Inilah kondisi yang serba salah. Baik dianggap salah, salah pun pasti tetaplah salah. Tidak melakukan dianggap keliru, tetapi bila melakukanya pun tetap dianggap keliru.  (Hal. 141).

Perbandingan itu memaksa Zulfin dan Dlori untuk juga membuktikan siapa yang paling sukses menghantarkan anak mereka. Memang, setelah itu kehidupan mereka semakin membaik. Panen melon memberikan penghasilan yang banyak. Demikian juga jeruk. Saat sawah ditanami padi pun, mereka meraup banyak untung. Namun kemudian membuat hati mereka bergeser. Kesombongan berbalut kedermawanan mulai melingkupi diri mereka. Saat Wuryani telah berbalik menjadi baik, justru Zulfin sebaliknya. Tertipu dengan kemenangannya.

Hati yang sakit sungguh luar biasa keji. Merasa bahagia atas kematian anak dari orang yang dibencinya. Wuryanti, tersenyum ketika Musa, anak Zulfin meninggal. Setelahnya, justru Zulfin yang merasa berbahagia dengan kematian Muniri, anak Wuryani. Duh, hidup memang sederhana. Tetapi menjadi rumit pada hati yang penuh kebencian dan kesombongan. Mereka mengira sedang melangkah dalam jalan kehidupan, padahal sesungguhnya mereka tengah menapaki jalan kematian. (Hal. 352)

Penulis novel ini secara apik mengeksplorasi tentang kepedihan hidup seorang anak bungsu yang biasanya penuh kemanjaan dan kasih sayang. Kehadiran seorang anak yang ‘tidak diharapkan’. Seorang anak yang rengekan meminta sekolah namun dijawab dengan jeratan tali di sekujur tubuh dan diikat pada sebatang pohon. Atau, karena kemarahan sepele, semalaman tidak dibolehkan masuk ke rumah.

Nilai-nilai keagamaan dihadirkan dengan halus. Bisa jadi semangat berbuat kebaikan itu membawa kita pada kebaikan, namun semangat itu bisa juga menyampaikan kepada kesengsaraan. Apa faedahnya berbangga-bangga kesuksesan anak? Ketika di masa tua tidak ada satu pun anak yang bisa menemui dan menemani orang tua. Banyak pelajaran yang kita dapat dari novel ini. Sangat perlu dibaca oleh orang tua dan juga anak muda.

Judul Novel                 : Senandung Bisu
Penulis                         : Aguk Irawan MN
Penerbit                       : Republika Penerbit
Cetakan                       : I, Februari 2018
Tebal Halaman                        : viii + 388 halaman
ISBN                            : 978-602-082-229-0

-           Supadilah -


Adrift

Red Sky in Mourning: The True Story of a Woman's Courage and Survival at Sea (ADRIFT)
Para pelaut tidak tinggal lama di satu tempat--mereka selalu berkelana. (Hal. 2)

Apa saja buku cerita tentang survival orang yang berhasil selamat dari garis hidup-mati yang pernah kalian baca? Everest? Between a Rock and a Hard Place? atau Alive?. Jika kalian suka dengan kisah biografi orang yang telah berpetualang dan selamat dari berbagai macam cobaan yang tragis, Adrift adalah buku yang harus kalian baca selanjutnya.

Cerita dimulai oleh Tami Oldham dan Richard Sharp yang bertemu di Tahiti. Tami seorang definisi : My Life My Adventure sesungguhnya. Bermodal seadanya, Tami meninggalkan kehidupan lamanya dan pergi berpetualang kemanapun yang dia inginkan dengan menghasilkan uang hasil kerja serabutan. Sedangkan Richard, seorang pelaut berpengalaman yang juga suka pergi kemanapun angina membawa. Suatu saat, mereka bertemu di dermaga dan saling menyukai sampai akhirnya memutuskan untuk dinner dan setelahnya berkencan sungguhan. 

Richard kemudian ditawari pekerjaan, untuk memulangkan sebuah kapal milik pasangan kaya. Kapal Hazana milik mereka harus dibawa dari Tahiti ke rumah mereka di San Diego, yang kebetulan rumah Tami juga. Perjalanan impian bagi Tami yang suka bertualang, dan Richard yang memang seorang pelaut, serta imbalan uang yang akan mereka dapatkan kali ini mampu memuaskan “ego” mereka tentang menjelajahi lautan.

Dalam perjalanan yang berlangsung pada tahun 1983 tersebut, keduanya terjebak dalam Badai Raymond yang kemudian merusak kapal, memberikan luka yang cukup parah, dan membuat mereka terombang-ambing di lautan luas selama 41 hari. Dengan minimnya harapan untuk datangnya kapal yang dapat menyelamatkan mereka, Tami Oldham dan Richard Sharp harus berusaha bertahan hidup dengan sisa makanan yang masih dapat ditemukan di kapal mereka sekaligus menyusun rencana untuk dapat menemukan daratan.

Apa yang paling berbahaya dari terombang-ambing di lautan? Mungkin jawaban yang tepat adalah : berharap dan berhalusinasi. Sering kali Tami, berhalusinasi melihat kapal lewat, daratan terdekat dan bahkan seseorang. Tami yang harus berjuang untuk menjaga agar kapal tetap berlayar, mengobati luka Richard dan menyelam untuk mendapatkan makanan. Tami tidak membiarkan dirinya merengek sekalipun, Tami berjuang mati-matian agar mereka berdua dapat selamat.

Banyak kisah nyata yang sudah dituangkan ke dalam buku maupun film, namun apa yang membuat buku ini begitu istimewa? Buku ini tidak hanya menceritakan tentang pertahanan hidup dari seorang karakter utamanya, namun alur cerita yang maju-mundur dengan romansa Tami dan Richard, justru menjadi penguat inti cerita. Dengan dikisahkannya kisah cinta mereka, pembaca menjadi mengerti bagaimana karakter Tami terbentuk dan tetap dapat bertahan walau terapung tidak jelas selama 41 hari. Dan, terakhir, walau membaca sebuah kisah nyata dan seolah-olah pembaca harus “dipaksa” mengikuti alurnya sampai selesai, di akhir justru pembaca dibuat tercengang dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Tami di 41 hari terombang-ambing.

Cerita dalam buku Adrift, menggunakan sudut pandang aku - oleh Tami Oldham dan bersetting di tahun 1980-an. Adrift pun diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh Tami dan Richard. Sampai saat ini, Tami masih menjadi seorang pelaut dan tak berhenti untuk berpetualang. Buku ini sudah di film-kan dan di perankan oleh Shailene Woodley dan Sam Claflin sebagai aktor utamanya. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dan menonton filmnya, keduanya sangat menarik dan mengajarkan banyak hal, terutama tentang bertahan, cinta dan hidup.

Judul Buku : ADRIFT 
Pengarang : Tami Oldham Ashcraft dan Susea McGearhart
Penerbit         : Qanita
Jml. Hal    : 264
Cetakan         : Pertama, Juli – 2018
Harga : Rp. 46.750 (mizanstore.com)
ISBN : 9786024021252

- Vanda Deosar -

Minggu, 26 Agustus 2018

Psychology of Winning


Sebagian besar dari kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan. Bagaimana diri yang dlihat dalam hati pikiran maka begitulah anda nantinya. Apa yang dilihat oleh mata batin itulah yang akan anda dapatkan. Anda bisa memilih. Anda bisa berhenti dan membiarkan diri berada dalam kondisi biasa, atau berani bermimpi menaklukan dunia luar, mengilhami kaum muda, menemukan pemusnah rasa takut, membantu orang-orang yang kurang beruntung, menciptakan karya agung dalam berbagai seni musik, atau bahkan mengubah sejarah. (p.16-17)

Ada tiga jenis manusia dalam permainan hidup, yakni penonton, pecundang, dan pemenang. Penonton, mereka menghindari arena utama karena takut ditolak, dipermalukan, disakiti atau dikalahkan. Namun sejatinya golongan ini takut menang, sebab jika menang mereka akan punya tanggungjawab besar untuk menjadi contoh baik. Terlalu banyak upaya yang harus dilakukan untuk itu. Pecundang, mereka lebih bangga terlihat seperti dan menjadi orang lain. Mereka sering cemburu, kerap mengecam orang lain dan itu sejatinya menjatuhkan diri mereka sendiri. Pemenang, mereka mampu menguasai diri dalam segala hal (tempat kerja, rumah, komunitas, kehidupan masyarakat). Mereka pandai merencanakan dan meraih tujuan untuk diri sendiri dan orang lain. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam kehidupan dengan cara yang sangat alami dan mengalir bebas. (p.20-21)

Kemenangan adalah mewujudkan mimpi sebagai orang yang memiliki penghargaan tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain. Kemenangan adalah tidak pamrih, memperlakukan hewan layaknya manusia, dan manusia layaknya saudara. Kemenangan adalah bahagia dengan diri sendiri. Kemenangan adalah kebiasaan. Kemenangan adalah cinta tanpa syarat. Kemenangan adalah cara berfikir dan cara hidup. Kemenangan ada dalam semua perilaku. (p.22)

Karakter utama dari seorang pemenang adalah kesadaran diri positif. Mereka memiliki kemampuan yang mengagumkan untuk memahami hubungan mereka dengan berbagai orang, peristiwa, dan lingkungan. Mereka tahu cara menenangkan diri saat menghadapi ujian hidup. Mereka tahu jalan menuju kemenangan dengan cara yang benar. Mereka mampu mencintai dirinya sendiri dan memberikan semua cinta yang dirasakannya hari ini juga kepada sekelilingnya.

Pemenang memiliki penghargaan diri positif. Mereka bangga menjadi diri sendiri. Aku adalah aku. Aku lebih suka menjadi diriku daripada siapapun yang hidup dalam masa lain dalam sejarah. Mereka tidak pernah membandingkan dirinya dengan orang lain, mereka fokus melihat diri dalam skema kemampuan, ketertarikan, dan tujuan sendiri. Mereka memahami bahwa pengembangan diri merupakan program yang wajib dilaksanakan seumur hidup. Pemenang tidak peduli berapa banyak kegagalan mereka di masa lalu. Keberhasilanlah yang harus diingat, diperkuat, dan dipikirkan.

Kunci terpenting untuk mempertinggi penghargaan diri adalah berbicara positif kepada diri sendiri setiap saat yang itu akan menjadi alam bawah sadar dan membentuk persepsi diri secara perlahan. Salah satu indikator positif pendapat individu terhadap dirinya sendiri dapat dilihat dari bagaimana ia menerima pujian. Apakah jawabannya meremehkan atau merendahkan dirinya atau tidak. Contohnya: “selamat karena sudah melakukan pekerjaan hebat” “oh aku bukan apa-apa, aku hanya beruntung kurasa”. Jawaban pemenang yang benar kata Greg Norman adalah cukup ucapkan “terima kasih” atas pujian apapun yang diberikan.

To be continue

Judul Buku                             : Psychology of Winning
Penulis                                     : Denis Waitley
Penerbit                                   : Rumpun
Tahun Terbit                           : 2009
Halaman                                 : 195

-         Tri Hanifawati -

Backpacking Hemat ke Australia


Sebenarnya buku ini sudah saya selesaikan sebelum bulan Ramadhan tapi belum disempat-sempatkan untuk menuliskan resumenya, padahal niatnya sebelum Ramadhan bisa posting 2 resume eh malah jadinya nambah 2 utang – maapkeun. Jika ada salah satu atau dua member disini yang pernah mendengar grup di Facebook bernama Backpacker Dunia atau biasa disingkat BD, maka mungkin kalian tidak asing lagi dengan penulis buku ini, ya mbak Elok Dyah Messwati adalah founder dari grup BD dengan member ratusan ribu orang dan kemudian dibuatkan grup grup regional di tiap provinsi di Indonesia. Sedikit menceritakan tentang BD, grup ini merupakan grup sharing terkait kegiatan traveling alias jalan-jalan mandiri yang biasanya identik dengan backpack di punggung dan budget yang minim maupun strategi untuk menjalankannya hampir diseluruh negara di dunia. Membernya adalah orang Indonesia dan tujuan travelingnya adalah luar negeri saja. Sedangkan buku ini – sesuai yang tertulis di buku – merupakan series dari perjalanan Backpacker Dunia, walaupun secara pribadi saya juga kurang tau series lainnya sudah ada yang baru atau belum.

Nah sekarang, apa yang terlintas dipikiranmu jika mendapat ajakan traveling ke Australia? Saya pribadi langsung terbayang, ngurus visa yang ribet, biaya hidup yang mahal, orang Aussie yang rese dan suka mabuk-mabukan kayak di Bali, dan pikiran negatif lainnya. Tapi teteup yang dominan ya mahalnya itu.

Menjawab pertanyaan tersebut, tanpa menepis anggapan sebagian besar calon dan backpacker Indonesia, penulis merangkum tips untuk para pejalan supaya bisa menghemat biaya perjalanannya di buku ini. Pengalaman ini ia rangkum berdasarkan pengalamannya 3 kali masuk Australia yang detailnya dibahas satu persatu di tiap babnya.

Memiliki hobi jalan-jalan, dituliskan di bukunya bahwa penulis memulai aktivitasnya tersebut sejak usia 13 tahun dan mulai menelusuri tempat-tempat di pulau Jawa dengan cara backpacking alias jalan mandiri dengan ransel di punggungnya. Cerita bagian ini menjadi pembuka di bagian 1 yang berjudul Gila Backpacking.

Gaya penulisan yang santai ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang menginspirasi menjadikan buku ini sayang untuk dilewatkan. Apalagi penulis juga tidak menutup-nutupi bahwa tulisan yang ada dibuku ini merupakan materi yang sebelumnya dipost di blog pribadi. Foto-foto yang disisipkan di dalam buku juga menambah imajinasi pembaca untuk ikut menelusuri tempat-tempat yang ditulis dalam buku ini.

Pada bagian ke-dua buku ini, penulis menceritakan pengalamannya saat pertama kali ke Australia untuk urusan pekerjaan yang mengharuskan ia untuk berkunjung ke Sydney dan Canberra. Pada bagian ini, penulis menceritakan kesannya saat pertama kali menginjakkan kaki di Aussie serta tips terkait barang yang boleh dan tidak untuk dibawa ke Aussie namun lebih fokus lagi pada pengalaman kunjungannya terkait pekerjaan yang ia bawa. Biarpun begitu, tempat wisata terkenal di Sydney seperti Opera House, Sydney Harbour, Paddy’s Market, sampai ke Queen Victoria Building tidak luput pada pembahasannya.

Lanjut ke bagian ke-tiga, diceritakan bahwa penulis ingin sekali mengikuti acara yang dihadiri Paus Benedictus di Sydney kala itu. Penulis yang sangat ingin untuk mengikuti kegiatan tersebut akhirnya mengambil cuti dan langsung membeli tiket ke Sydney tanpa mengikuti paket tour yang menawarkan paket serupa, alasannya sangat simple, yakni karena jalan-jalan mandiri akan lebih menghemat budget serta lebih fleksibel terhadap tempat-tempat yang akan dikunjungi. Pada bagian ini, penulis mendapatkan support dari sahabatnya, Fifi yang sedang bekerja disana yang kemudian banyak mengenalkan tempat-tempat baru dan unik di Sydney khususnya.

Penulis yang sepertinya sudah jatuh cinta dengan Aussie, akhirnya menutup buku ini dengan bagian ke-empat yang juga merupakan bagian terseru dan terpanjang untuk diceritakan karena memang paling banyak dibahas di bagian ini tidak hanya Sydney namun juga Perth, Adelaide, Melbourne, Canberra, Sydney – Katoomba, Wolonggong, Brisbane, Gold Coast hingga Australia bagian utara, Darwin. Tidak tanggung-tanggung, penulis mengambil cuti besar selama 1 bulan lamanya untuk menjelajahi setiap destinasi bersama suaminya yang dilakukan secara hemat dengan cara memanfaatkan hospitality exchange dan tinggal bersama orang lokal. Selain itu, apa sajakah cara lain untuk berhemat di Aussie ala penulis dan apa saja destinasi wisata yang didatangi penulis? Apakah biaya hidup di Aussie benar mahal seperti yang menjadi pendapat orang lain selama ini? Temukan sendiri jawabannya di Australia, eh di dalam buku ini dong.

Judul                            : Backpacking Hemat Ke Australia
Tahun Terbit                : 2009
Jumlah Halaman          : 208
Nama Penulis               : Elok Dyah Messwati
Penerbit                       : Backpacker Dunia Publishing

              Balam, 20 Juni 2018
-          Mustika Rizky Amalia -


The Gifted Hand


Ini adalah resume kedua saya dari buku yg ditulis oleh Tina Han, penulis baru yg menjadi juara 2 lomba novel Mazaya Publishing House 2017, setelah sebelumnya saya meresume novelet beliau.

Masih mengambil setting di Korea, The Gifted Hands menceritakan tentang kisah manusia-manusia yang diberi kemampuan luar biasa oleh Tuhan. Yang tentunya berbeda satu dengan lainnya. Dengan ilustrasi covernya yang bertema hujan, diceritakan seorang anak SMA bernama Ryu Park yang memiliki trauma yang teramat dahsyat terhadap hujan, ditambah kepekaannya terhadap sentuhan yang menjadikan hujan menjadi begitu menyakitkan bagi Ryu. Terlalu banyak ingatan masa kecil Ryu yang sangat menyakitkan yang terjadi ketika hujan, bahkan membuat saya gak habis pikir, kok bisa penulis bikin kisah yang terlalu jahat bahkan untuk diceritakan. Pikir Saya, memangnya ada orang sejahat itu ya?

Dikisahkan Ryu, seorang anak yang hidup sebatang kara dengan berbagai trauma masa lalunya tentang orang tua yang begitu membencinya dan berbagai kejadian yang membuat hati pilu jika membacanya. Setiap hari Ryu bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara biaya sekolahnya tercover dengan beasiswa prestasi yang dimilikinya. 

Ryu tak pandai bergaul terlebih dengan ketakutannya terhadap hujan, ia tak mau didekati siapapun. Baginya, bertahan hidup lebih penting daripada harus berteman selayaknya anak-anak seusianya. Kemampuan Ryu untuk membaca masa lalu orang lain hanya dari sentuhan sedikit banyak membantunya jika terpaksa ia harus menerima bullying dari teman-teman sekolahnya. Kemampuan inilah yang di kemudian hari ia ketahui sebagai psychometry.

"Kemampuanmu disebut  psychometry. Kemampuan untuk mengetahui masa lalu melalui sentuhan. Orang-orang sepertimu memiliki indera peraba yang sangat sensitif. Jadi, bisa merasakan energi yang tersimpan dalam sebuah benda karena adanya perputaran elektron yang mengelilingi inti." (Hlm. 72)

Kemampuan ini juga yang kemudian mempertemukan Ryu dengan dua orang lainnya, Aiden dan Cheonsa. Dua orang saudara sepupu sekaligus teman sekelas Ryu ini mendadak menjadi teman dekat Ryu setelah Aiden yang memiliki kemampuan photographic memory, yang menjadikan ia mampu mengingat setiap detil kejadian dalam hidupnya, merasa bahwa dirinya pernah bertemu dengan Ryu semasa kecil dan berhutang nyawa padanya. Berbeda dengan Aiden, Cheonsa adalah seorang gadis yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang lain hanya dari sentuhan yang menenangkan.

Singkat cerita pertemanan Ryu, Aiden, dan Cheonsa kemudian membawa ketiganya untuk bergabung dalam lembaga. Lembaga penelitian untuk mengembangkan kemampuan orang-orang berkebutuhan khusus seperti mereka bertiga yang kemudian di 'karya' kan untuk membantu CIA dan kepolisian kerjasama Amerika dan Korea untuk menyelidiki kasus-kasus yang pelik dan susah untuk diselesaikan karena terbatasnya bukti-bukti yang dibutuhkan.

Sementara Ryu dan Aiden yang bertambah dekat setiap harinya, ayah Aiden, Tuan Reagan, yang merupakan pendiri lembaga justru merasakan kekhawatiran ketika membaca dokumen identitas Ryu. Ada kejadian yang dirahasiakan oleh Tuan Reagan yang berkaitan dengan Ryu dan Aiden. Apakah ini berkaitan dengan firasat Aiden tentang masa lalunya yang pernah ditolong oleh anak seusianya? Bisa jadi. Tapi apakah cuma itu? Tidak. Disinilah kisah masa lalu Ryu akhirnya dibedah hingga akhirnya Ryu bisa memiliki kemampuan psychometry yang justru sangat menyakitkan dan selalu kembali muncul ketika hujan membasahi bumi. Rintik hujan seakan menusuk nusuk kulitnya dan tidak jarang harus membuatnya tak berdaya hingga pingsan.

Bukunya seru banget sih menurut saya, selain menceritakan keunikan-keunikan mereka, pembaca diajak untuk menebak nebak kasus yang mereka kerjakan terutama karena pada akhirnya salah satu dari mereka menjadi korban yang harus diselamatkan. Namun tidak hanya sampai disitu, diceritakan juga perjalanan seorang Ryu hingga bisa mengakhiri novel 200 an halaman ini menjadi happy ending setelah di belasan tahun hidupnya yang seperti tak ada kisah bahagia yang nempel di masa lalunya. Walaupun menurut saya endingnya 'too good to be true', tapi yang suka drama Korea pasti suka juga deh novel ini.

Worth to read.

Judul                            : The Gifted Hands
Tahun Terbit                : 2017
Jumlah Halaman          : 206
Nama Penulis               : Tina Han
Penerbit                       : Mazaya Publishing House

     Balam, 14 Mei 2018
-  Mustika Rizky Amalia -


Jika Semua Mempunyai Dalil Bagaimana Aku Bersikap?


Buku ini saya dapatkan ketika penulis yang berdomisili Jakarta ini ke Yogyakarta mengisi kajian menyambut Ramadhan di Masjid Mujahidin UNY. Seharian membahas fiqh puasa sebagai bekal menyambut Ramadhan tahun 1439 H. Uniknya, buku ini menjadi pengantar awal bagi siapapun untuk belajar menerima perbedaan satu sama lain dalam bingkai ilmu fiqih. Diawali bab ilmu sebelum amal, membuat penulis bertanya apakah seseorang benar-benar harus tahu ilmunya baru mengamalkannya? Apakah harus tahu dulu pada ayat Al-Quran yang mana yang menjadi dasar beramal atau apakah harus tahu hadits Rasulullah yang menguatkan suatu amalan, baru kemudian melaksanakan amal? Kalau dikatakan berilmu adalah tidak sekedar tahu tetapi haruslah tahu dan benar-benar melekat dalam ingatan dan penghayatan, maka bagaimana hukum orang yang masih awam terhadap ilmu dan kemudian mengamalkan suatu amalan syariat?

Sadar tidak sih, kita ini adalah orang awam. Kita belum tahu dasar Al-Quran dan hadits tentang bagaimana berbakti kepada orang tua tetapi toh kita tetap mengamalkan cara berbakti kepada orang tua. Bahkan orang yang sekarang jadi ulama, juga dulu mengalami fase awam. Jadi, poin pentingnya adalah tidak selamanya ibadah yang diamalkan, harus kita hafalkan dan pahami dalilnya. Bagi orang awam, bermazhab adalah pilihan yang tepat dalam beramal. Bermazhab merupakan bentuk penyandaran pada suatu pendapat ulama yang berbeda-beda. Tidak mudah menyamakan perbedaan-perbedaan para ulama dalam menilai/menghukumi suatu perkara. Persoalan mazhab adalah menyangkut persoalan fiqih bukan tauhid. Ulama tidak berbeda pendapat soal urusan tauhid tapi akan ditemukan perbedaan manakala membahas masalah fiqih yang termasuk furuuddin (cabang agama).

Pada dasarnya, kita berjalan membutuhkan petunjuk sebagai analogi bahwa untuk menjalankan kehidupan sebagai muslim, kita butuh petunjuk yaitu dalil. Dalil dalam Islam terdiri dari Al-Quran, As-sunnah, qiyas, dan ijma’. Dalil ada yang bersifat qath’i (absolut) maupun zhanni (relatif). Jadi, ketika terdapat permasalahan dalam Islam, dilihat dulu masalahnya termasuk Aqidah (ushul) atau Fiqih (furu’i). Kemudian dalil yang menunjang pemecahan masalah tersebut apakah dalil qath’i ataukah dalil zhanni.

Dalam buku ini, dibahas pula mengapa terjadi perbedaan mazhab; Bagaimana kaidah-kaidah dalam menyikapi perbedaan; dan Bagaimana menuju persatuan umat. Hal-hal ini menjadi khasanah yang menyejukkan di tengah munculnya bibit ketidakbijakkan umat muslim dalam menyikapi perbedaan sesama muslim. Buku ini tidak mengajarkan kita beramal asal-asalan tanpa ilmu tetapi mengajak pembaca untuk lebih mendalami ilmu fiqh secara menyeluruh. Oleh karena itu, kita yang baru berhijrah dan masih dangkal ilmu agama (tauhid dan fiqh)nya jangan mudah melakukan penilaian yang menyudutkan sesama muslim. Walaupun penulis terbilang muda, keluasan ilmunya membuat ia bijak dalam memandang perbedaan di antara kaum muslim.

Secara keseluruhan buku ini cukup baik dicerna akan tetapi lebih enak mencerna ceramahnya langsung. Sebab terasa lebih komprehensif bahasanya.

Judul Buku : Jika Semua Mempunyai Dalil Bagaimana Aku Bersikap?
Penulis        : Isnan Ansory
Penerbit      : Rumah Fiqih Publishing, Jakarta
Jml Hal       : 158

- Novi Trilisiana -

Antara Cinta & Ridha Ummi


Terkisahlah seorang wanita paruh baya yang memiliki tujuh orang anak. Ummi Aminah, demikian wanita tersebut dikenal baik oleh keluarga dan khalayak masyarakat. Seorang ustadzah yang sering muncul di stasiun televisi nasional dan diundang mengisi ceramah di berbagai tempat di Indonesia. Ummi Aminah memiliki perkataan yang indah karena selalu menyampaikan Al-Quran dan Al-Hadits dalam dakwahnya. Hanya saja, kemudahan menyampaikan kalamullah tak serta merta memuluskan langkah Ummi dan keluarga dalam mengamalkannya. Sabar, misalnya.

Sebab iman tidak sekedar ucapan tetapi membutuhkan pembuktian. Lewat duka dan bahagia, iman digoda. Beruntung bagi siapa saja yang lolos dari godaan iman sehingga naiklah level imannya. Akan tetapi merugi sekali bagi mereka yang tergoda sehingga iman yang mulia menjadi terjerembab ke dalam jurang kekufuran. Begitulah Asma Nadia mengemas kisah Ummi dan keluarganya. Tiap anggota keluarga memiliki kisah yang saling terkait dan tertuang ke dalam catatan hati masing-masing.

Kisah dibuka dengan suatu kejadian di pelataran masjid pada sore hari. Seorang pemuda sekaligus putra yang dicintai Ummi mendadak diseret polisi di depan matanya saat sedang mengisi ceramah. Belum juga ceramah ditutup, hampir pula pingsan, Ummi Aminah bersama kedua putrinya meninggalkan masjid dengan taxi untuk menyusul putra paling sholihnya. Cuplikan kisah pembuka ini menyisakan rasa penasaran karena kisah dikemas dengan alur flash back.

Sebelum kejadian yang menjadi klimaks cerita, dibukakan cerita-cerita yang menggambarkan karakter sekaligus kisah yang melekat pada tiap tokoh cerita. Ada catatan hati Zubaidah, anak gadis Ummi yang berbadan gemuk, sedikit telmi, dan genit. Zubaidah memiliki masalah seputar penampilan dan hubungannya dengan pria. Satu-satunya yang ia banggakan adalah tampangnya yang manis dan rambut yang indah. Ia sesungguhnya lebih suka tidak pakai jilbab tetapi Ummi sabar membimbingnya terus: “Dengan berjilbab, kamu menyeleksi lelaki yang akan mendampingimu nanti”. Zubaidah lantas insyaf bahwa keadaannya mesti disyukuri bahwa ia masih punya alat indera yang berfungsi dengan baik.

Ada catatan hati Aisyah, kakak Zubaidah meskipun beda ayah. Aisyah yang penyabar, penurut, dan qanaah ini menjadi model keluarga yang harmonis dan sederhana bersama Hasan, suaminya. Kisah Aisyah dan suaminya membuat pembaca belajar bahwa kesabaran dan kesyukuran adalah buah yang manis dari iman. Kesabaran Aisyah menjadi teruji ketika istri Umar, abang seayah dengannya sulit untuk didekati. Risma yang telah dinikahi Umar lebih dari dua belas tahun itu, berambut ikal dan cantik, sulit berkompromi jika ada keluarga dari suaminya yang hendak meminjam uang. Padahal janji melunasi tepat waktu selalu ditepati.

Ada catatan hati Zarika yang membuat saya terenyuh membacanya. Barangkali perjuangannya untuk menikah menjadi pelajaran berharga para singlelillah. Rika, demikian Ummi memanggilnya adalah gadis berjilbab modis, tinggi semampai, cerdas, dan berdedikasi kinerja. Rika adalah kakak Zubaidah yang paling cantik. Jatuh bangun ia ingin mewujudkan citanya dan cita ummi agar menikah dengan pria baik agamanya, tidak merokok, dan bertanggung jawab. Tiap kali cinta hadir, Rika selalu enggan membukanya pada keluarga. Cinta yang datang sering kali tidak memenuhi kriteria. Susah payah Rika berdamai pada dirinya dengan menggeser batas idealitas. Tetapi Ummi tidak meridhai. Jika harus memilih, cinta atau ridha Ummi? Itulah pertanyaan yang menyeruak dalam benak Rika tiap kali ia menjumpai sisi negatif cintanya.

Pria yang memberikan cinta pada Rika senantiasa tidak dalam keridhaan Ummi. Mereka di antaranya: Baik tapi mudah tergoda wanita lain; supel tapi perokok; tidak merokok dan cerdas tapi tidak seakidah; perhatian tapi sudah menikah. Dari pria yang menyita perhatian Rika, menjadi ujian baginya sekaligus Ummi.

Jika sebagian orang tua masih memandang tingkat pendidikan, besarnya gaji, posisi di pekerjaan atau keturunan keluarga terpandang, penilaian-penilaian itu sudah lama hilang dari pikiran Ummi dan Abah (hlm. 193). Satu pesan Ummi kepada Rika adalah jangan pernah menikah dengan yang beda akidah dan mengganggu rumah tangga orang lain. Konflik kisah Rika  seakan membuka luka Ummi yang berupaya Ummi sembuhkan. Apakah luka Ummi selama ini? Siapa yang akan menikah dengan Rika di usianya yang sudah matang?

Ada lagi catatan hati Zainal yang lurus pemikiran dan hatinya tetapi mendapat ujian berat saat istrinya hamil besar anak kedua. Zainal yang periang dan berakhlah sholih harus ditangkap polisi. Ummi Aminah tengah diuji untuk memilih: percaya pada perkataan anaknya atau pada kejadian yang dilihatnya. Kasus Zainal yang mengagetkan Ummi belum seberapa dengan ujian kesabaran memiliki Zidan yang banci dan berorientasi seksual menyimpang. Pemuda ini bahkan tidak mendapat tegur sapa dari abah kandungnya.

Ada lagi catatan hati Umar, anak tertua Ummi yang sukses finansial dan peduli pada keluarga. Umar diuji dengan keberadaan istrinya yang hampir 180 derajat berbeda dengan karakter Umar. Selain Umar, ada catatan hati Ziah, anak paling bungsu yang cerdas dan selalu menemani Ummi ceramah dari satu tempat ke tempat lain. Ziah adalah wanita yang kritis dan tidak banyak membuat ulah dalam keluarga sehingga konflik cerita tidak banyak mengupas kisah Ziah. Hanya saja, karakter Ziah yang teguh melanjutkan studinya membuat ia mendapatkan beasiswa magister. Terakhir adalah catatan Abah, suami kedua Ummi yang mengayomi dan sayang pada anak-anaknya meskipun anak tiri sekalipun. Abah hanya bersikap dingin pada Zidan yang tidak mengindahkan nasihatnya agar mau bersabar dari ujian Allah untuk meninggalkan rasa sukanya pada sesama jenis.

Bagi Ummi dan Abah, anak-anak adalah titipan berupa rizki sekaligus ujian. Walaupun berbagai ujian datang silih berganti, langkah mereka seirama dan saling menopang. Kalau bukan karena kesamaan visi di atas keimanan pada Islam, sulit untuk lolos dalam ujian kehidupan. Sebab, bagi orang beriman ujian ibarat cinta-Nya yang sesaat saja tersembunyi. Pada akhirnya, buku ini memberikan penyelesaian yang membahagiakan. Setiap tokoh memiliki titik balik untuk menyadari kekeliruan dan menatap masa depan.

Selain kisah Ummi Aminah, ada juga cerita pendek Laras dan ibunya yang memiliki konflik cerita mirip dengan Zarika: Antara cinta dan ridha Ummi. Saya kemudian menduga-duga boleh jadi pemuda-pemudi yang sudah berumur tapi belum menikah bukan karena belum mampu menikah ataupun memiliki orientasi seksual menyimpang. Boleh jadi karena ridha ummi belum didapatkan. Ternyata tidak sesederhana nyinyiran kita yah. Astaghfirullahaladzim (kerja lembur bagai quda [mode:on])

Tema tentang ibu menjadikan daya tarik yang tak lekang oleh zaman. Kalau saja buku ini dibuat lebih panjang lagi sehingga lebih tebal, saya yakin pembaca akan setia membaca hingga akhir. Seperti novel-novel Asma Nadia yang terdahulu, akhir cerita selalu happy ending dan itu membuat sebagian besar pembaca puas. Terakhir, ini bacaan ringan yang sarat makna.

Penulis        : Asma Nadia
Penerbit      : AsmaNadia Publishing House
Thn Terbit   : 2017 (Cetakan ke-4)
Jml Hal       : xii+235

-            – Novi Trilisiana