Rabu, 26 Agustus 2015

Rumah Tangga

Bincang Bintang#4 Komunitas Indonesia Membaca Bersama Fahd Pahdepie
Berumah Tangga: Berumah dalam cinta, bertangga menuju surga (Uuuwww)



Well, judulnya ada embel-embel alay-nya. Tapi begitulah, topik pernikahan selalu jadi topik hangat yang mengundang ekspresi itu hoho.

Yap, komunitas Indonesia Membaca (IM) pada hari Senin tanggal 17 Agustus 2015 lalu (tepat di Hari Kemerdekaan bro) mengadakan kembali salah satu agenda besarnya yaitu Bincang Bintang (Bin2) via WhatsApp (WA). Di  agenda Bin2 ini, kami biasanya mengundang seorang tokoh yang inspiratif untuk berbagi dan berdiskusi tentang sebuah topik. Bisa tentang pengalaman hidup ataupun buku yang ditulis sesuai dengan kepakarannya.

Nah, narasumber kami kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah penulis yang bukur terbitan barunya yang berjudul ‘Rumah Tangga’ sangat laris manis sudah hampir cetak untuk kelima kalinya dalam waktu yang sangat singkat. Siapa lagi kalau bukan mas Fahd Pahdepie. Dan tema kali ini, tentu saja bertemakan topik yang sepertinya akan selalu jadi topik hangat sepanjang masa itu. Yaiyalah, tak ada seorangpun yang terlahir di dunia ini tanpa punya peran dalam rumah tangga, entah sebagai bapak, emak, ataupun anak.

Diskusi Bin2 kali ini dimulai dengan pantikan dari moderator dengan beberapa pertanyaan seputar topik yang diangkat. Karena sebagian besar pesertanya adalah kawula muda yang belum mencicipi pernikahan, tak terkecuali moderatornya (#eh maaf kepada yang kemarin merasa jadi moderator, semoga segera ketemu jodohnya hehe), maka pertanyaan pantikan pun ala jomblo banget.

Pertama, diskusi dibuka dengan pertanyaan: apa yg perlu diyakinkan utk menuju proses berumah tangga? Mas Fahd (begitu kami memanggilnya) pun menjawab,” Perlu yakin ada pasangannya dulu (#eaaa ini sepertinya bagian tersulit). Dari sudut pandang laki-laki, tak ada laki-laki yang bisa menjadi pulau untuk dirinya sendiri. Kata John Donne, no man is an island.”

Maksudnya bahwa tidak  ada orang yang bisa hidup sendirian, memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri. Maka untuk berpasangan, untuk menikah, yang harus diyakinkan adalah bahwa kita bukan orang yang sempurna. Kita menikah dengan membawa banyak kekurangan dalam diri. Dengan begitu, pernikahan akan menjadi momen untuk terus belajar dan memperbaiki secara terus menerus. Banyak yang bilang sebelum menikah kita harus mapan, harus meyakinkan diri bahwa sudah mapan. Menurut beliau, sebelum menikah kita harus sadar bahwa diri punya banyak kekurangan, sedang dalam proses, being dan becoming individu yang 'membelum'.

Lalu ketika ditanya bagaimana agar bisa saling bersinergi dengan pasangan dalam mencapai impian masing-masing? Mas Fahd mengatakan bahwa dengan merasa bukan pribadi yang sempurna, maka kesombongan, ego, dan arogansi bisa sedikit dikurangi. Terutama bagi laki-laki dalam kultur masyarakat kita. Berbekal niat untuk selalu belajar, sambil sadar sebagai individu yang membelum, cara pandang terhadap pasangan pun akan berbeda. Kita akan bisa melihat ada sisi lain dari pasangan  yang akan menyempurnakan kita, menemani selama proses belajar, bersama-sama saling melengkapi. Di situlah terjadi sinergi. Sinergi itu untuk semua hal. Dari yang paling simple sampai impian-impian besar.

“Kalau sinergi cuma untuk mencapai impian besar, lebih baik ikut organisasi atau partai politik.” Katanya menutup jawaban dari pertanyaan kedua ini. Hmmm, catet.
Pertanyaan ketiga adalah pertanyaan khas anak muda aktif yang belum menikah, hehe. Bagaimana bisa tetap produktif menulis dan beraktivitas lainnya walaupun sudah berumah tangga? Beliau menjawab, “Saya sudah menulis sebelum berumah tangga. Menulis sudah jadi bagian dari diri saya. Dengan berumah tangga, saya tidak tetap produktif menulis, tapi saya semakin produktif menulis. Itu dua hal yang berbeda. Buat saya, berumah tangga memberi energi lebih.”

Wow, semoga jawaban ini mengurangi jumlah pemuda galau setelah membacanya hoho. Dan bocoran behind the scene dari diskusi ini, beliau aktif menjadi narasumber dalam diskusi ini sambil bermain dengan anaknya. See? Menikah dan mempunyai anak bukan penghalang untuk tetap produktif. (Haha gaya banget. Yang nulis ini juga bercerminlah! :v)

Nah, pantikan terakhir dari moderator adalah, bagaimana meredam konflik atau ego kepentingan pribadi dlm berumah tangga? Bagaimana kaitannya dg aktivitas berkarya? Menurut beliau, berkarya yang baik itu adalah proses menemukan diri sendiri. Kata Syaikh Naqsabandy, seorang Sufi dari Maroko, berkarya itu seperti memahat diri sendiri. Berkarya adalah proses memahatnya hingga membentuk siapa diri kita sebenarnya. Proses memahat diri itu adalah proses yang terus menerus dan tak pernah selesai. Sebab kata Naqsabandy, sejatinya kita juga sedang berusaha memahat wajah Tuhan. Hingga mati tak akan selesai. Karena berumah tangga juga cara lain menyempurnakan diri, maka berkarya dan berumah tangga seharusnya bisa saling mendukung. Bukan saling melemahkan.

“Kalau niatnya ingin terus belajar, menemukan gambar diri yang terbaik, rumah tangga justru semacam akselerator dalam berkarya. Tak perlu ada konflik ego di dalamnya. Kecuali, meminjam istilah Chairil Anwar, jika kau menulis hanya untuk pergi ke pesta!” Tutupnya sebelum sesi diskusi dengan peserta dimulai.

Tanggapan dari peserta sangat antusias. Salah satu pertanyaan dari peserta adalah, bagaimana kalau sudah siap namun jodohnya atau pasanganya belum ketemu? Apa yang sebaiknya di lakukan? Jawaban beliau pun cukup singkat. Menunggu dengan aktif. Maksudnya, jodoh itu seperti invensi. Kalau kita menemukan seseorang, sebenarnya kita 'menemukan' atau 'ditemukan'? Maka jikapun perlu menunggu, menunggulah dengan aktif. Kalau kita menunggu pesawat yang akan memberangkatkan kita ke suatu tempat, kita akan menunggunya dengan aktif. Kita cari tahu jadwalnya, kalau delay kita akan mencari tahu alasannya kenapa, kita menyiapkan tiketnya, kita menyiapkan barang bawaan, dst. Itu yang dimaksud menunggu dengan aktif.

Selanjutnya pertanyaan dari seorang wanita hehe, bagi seorang wanita, bagaimana sikap dan cara terbaik yang dilakukan untuk memulai berumah tangga? Karena semua kan dipersiapkan diawal. Jawab Mas Fahd,” Mulailah dengan pikiran yang baik. Tuhan itu Maha Oke. Dia akan meng-Oke-kan apa yang kamu pikirkan.” Atau dengan kata lain, dalam agama Islam, Allah itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Termasuk dalam hal jodoh, mungkin maksud Mas Fahd adalah, tetap berprasangka yang baik terhadap Yang Mengaturnya. Mantap.

Pertanyaan selanjutnya, khas kegalauan jomblo (#ups). Apakah diperbolehkan jika kita berdoa untuk dijodohkan dengan seseorang yang kita nilai dia mampu menjdi imam untk hidup? Sepertinya demi membaca kata ‘imam’, yang bertanya adalah kaum hawa lagi hehe. Kata Mas Fahd, “Boleh, kenapa enggak? Boleh sebut namanya, bahkan bayangkan wajahnya.” #eaaa sepertinya setelah ini ada nama-nama yang bermunculan dalam doa.
Masih dengan penanya yang sama lanjutan pertanyaan di atas,” Tertuju pada seseorang gitu??? Kalau nggak terkabul pasti sedih.”
Jawab beliau,” Kalau terkabul juga belum tentu kita nggak sedih, kan? Nggak ada yang tahu. Prayer is always worth to try.” Noted it (y).

Pertanyaan berikutnya juga tak lepas dari kegalauan, cuma kali ini kegaluan ala jomblo dengan cita-cita besar bro, yaitu apakah perlu membuat perjanjian di awal pernikahan agar sama-sama mendukung cita-cita antara suami dan istri? Nah kan, biasanya mereka ini gamang menuju langkah ke jenjang pernikahan karena ini. Lalu apa jawaban Mas Fahd? Beliau mengatakan tidak perlu. Karena nanti akan tahu bahwa orang itu tidak sama dengan robot. Impian kita bisa berubah. Cara kita mendekatinya bisa berubah, dll. Saling percaya saja menurutnya sudah cukup. Karena yang paling penting dalam pernikahan itu adalah kejujuran dan komunikasi. Warbyasah. Buat jomblo-jomblo bercita-cita tinggi, sepertinya setelah baca ini bisa make up your mind hohoho.

Terakhir, seorang penanya sepertinya ingin mendapat inspirasi lebih dari kehidupan pribadi rumah tangga Mas Fahd. Pertanyaannya seberapa besar peran istri bagi Mas Fahd dalam mendukung proses berkarya dan pendidikan? Beliau menjawab, bahwa peran istri bagi beliau besar sekali. Karena beliau dan istri sama-sama tahu menikah adalah untuk saling menyempurnakan satu sama lain, saling membantu mewujudkan impian satu sama lain. Lagi-lagi jempol deh.

Itulah penutup diskusi tentang rumah tangga dengan Mas Fahd. Semoga semakin banyak jomblo-jomblo yang tercerahkan. Karena dipungkiri atau tidak, semua hal yang dibahas di atas itu ditanyakan oleh jomblo hohoho. Sekian reportase Bin2 IM, jangan lupa untuk tengok reportase Bin2 selanjutnya jika masih ada kesempatan.

Catatan:
Beberapa dari diskusi ini telah ditulis dan di-elaborasi lebih lanjut oleh narasumber di artikel yang bisa ditemukan dalam link berikut: http://islamlib.com/keluarga/menikahlah-sebelum-mapan/




Sabtu, 22 Agustus 2015

Life Story 2



Judul                : Life Story 2 .
Editor               : Dino Patti Djalal
Penerbit           : Red and White Publishing
Tebal Buku      : 259 Halaman







Bissmillah.. buku yang ingin saya resume kali ini tentang cerita hidup beberapa tokoh Indonesia yang sukses di kancah Nasional juga Internasional. Buku ini saya dapatkan gratis pada 2 tahun lalu, tepatnya 18 agustus 2013 bertepatan pada acara Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta International Conference. Acara yang dilaksanakan Kementrian Diaspora Indonesia, menghadirkan para suksesor Indonesia yang meraih kesuksesan di negeri asing.
Berhubung karena kongres yang ke-2 maka buku yang diberikan kepada para peserta juga Life Story 2, dan saya masih mencari yang part-1 nya, tapi belum nemu.. Hehe..
Ada 21 cerita hidup tokoh di dalam buku ke-2 ini, mulai dari Dinno Patti Djalal, Nissin Sunito, Sri Mulyani, Sandiago Uno dan 17 tokoh lainnya menurut saya yang sangat menggugah dan perjalan mereka yang penuh inspiras. Secara ringkas buku ini berisi tentang perjalan hidup dari tokoh-tokoh tersebut, mulai dari awal kehidupan mereka, suka-duka, sampai mereka meraih kesuksesan ditingkat internasional, dan ada pesan-pesan moral yang disampaikan setiap ending cerita mereka.
Untuk kali ini, saya ingin sedikit menyampaikan salah satu kisah hidup dari 21 tokoh tersebut, yaitu Sandiago S Uno. Alasan saya memulai dari tokoh ini, selain dari kesuksesan yang beliau raih yang begitu wah, karakter kuat beliau, serta beliau juga terkenal dengan karakter sholeh-Nya, dan jarang sekali tokoh-tokoh sekaliber beliau ini memiliki pemahaman yang baik tentang islam, contoh saja Dino Patti, atau Sri Mulyani yang mungkin kita tahu bagaimana mereka.
Sandiago Uno sejak kecil hidupnya penuh dengan tantangan dan perantauan, lahir dari ayah bernama Razik Halik Uno, dan ibunya Mien Uno, yang semula tinggal di Gorontalo kemudian pindah ke Bandung, pindah lagi ke Rumbai, dan terakhir pindah ke Jakarta. Beliau anak ke 2 dari 2 bersaudara. Menyelesaikan SMA di Jakarta, dan berencana melanjutkan studi di FE UI, tetapi ditengah persiapannya menuju UI dia ditawarkan oleh ayahnya 1 tiket berangkat kuliah di Amerika. Hal yang menarik adalah ketika ditanya alasan ayahnya hanya memberikan 1 buah tiket, karena ayahnya berharap Uno tidak pulang sebelum menyelesaikan studi dan pulang dengan usaha sendiri, dengan penuh pemikiran tawaran tersebut beliau ambil dan beliau memulai tantangan hidupnya di kota Wichita, sebagai mahasiswa Akutansi di Wichita State University, kampus terbesar dibagian Kansas.
Belajar di negeri orang lain memberikan motivasi dobel bagi Sanidago Uno, selain dari sisi kompetitif sebagai mahasiswa, juga tanggung jawab menjaga harkat martabat bangsa Indonesia, mengantarkan beliau meraih kelulusan dengan predikat Summa Cumlaude.
Kabar tentang Sandiago Uno sampai ke Indonesia, dan beliau ditawari tiket pulang untuk bekerja di Bank Summa (Bank Swasta yang tumbuh pesat milik Edward Soeryadjaya. Karier beliau begitu pesat, dan beberapa tahun bekerja beliau ditawari kuliah untuk meraih gelar M.BA di George Washington DC, Amerika, dengan beasiswa dari Bank Summa.
Namun beasiswa dari Bank Summa hanya 1 tahun beliau dapatkan, dikarenakan Bank Summa mengalami kredit macet, dan mengalami trouble, sehingga imbasnya terhentinya beasiswa yang beliau terima. Pergolakan besar terjadi dalam pikiran beliau, cara untuk bertahan hidup dan bisa melanjutkan studi, dan karena nilai akademik Uno sempurna, maka maka beliau diterima sebagai asisten lab, dan diangkat menjadi tutor. Kepiawaiannya untuk bisa mengatur waktu kuliah dengan bekerja, mengantarkannya sampai menyelesaikan studi dengan predikat Summa Caumlude dengan usia 23 tahun. Dengan nilai yang begitu cemerlang membuat beliau ditawari banyak perusahaan, namun karakter loyal membuat beliau ingin kembali ke Bank Summa.
Dikarenakan Bank summa dilikuidasi oleh BI, maka sifat loyalnya, harus melawan realitas, dan terpaksa bekerja di Singapura. Mutiara akan selalu terlihat, walaupun di semak belukar, itulah yang terjadi ada Mr. Uno, memiliki sifat loyal, kerja keras mengantarkan beliau pada usia 26 tahun menjabat sebagai Executif Vice President di NTI Resources Ltd, Kanada. Di usia tersebut juga beliau Menikah dengan Nur Asia Uno.
Dalam 10 tahun perjalan dari memulai ke Amerika sampai menjadi Executif Presiden, kandas ketika Krisis terjadi, dan terpaksa Uno kembali ke Indonesia, dengan tanpa membawa apa-apa, bahkan menumpang dengan orang tua.
Banyak kisah dan cerita perjalanan hidup Uno yang begitu inspiring, sampai pada akhirnya beliau berhasil dan sukses membangun perusahaan Recapital, sampai penasehat perusahaan raksasa.
Ada beberapa quote yang beliau sampaikan, jangan senantiasa menduga-duga misteri hidup yang Allah siapkan bagi kita, senantiasa memantaskan diri untuk menerimanya, hidup yang baik adalah hidup yang dilanda kegagalan, karena itu adalah komplemen dari kesuksesan. Kehidupan hanya menyediakan satu tiket untuk kita, satu tiket untuk membuka lembaran hidup kita, maka jangan sampai kita menumpang pada mimpi orang lain. Jangan hanya berfikir untuk menjadikan diri kalian berdaya, tetapi berusaha memberdayakan sesama manusia. Allah memberikan kita satu tiket untuk merantau atau berdiaspora, untuk menyiapkan sepetak tanah yang dijanjikan Allah kepada kita, maka kitalah yang menyiapkan tiket pulang, baik atau buruknya.

Medan, Indra Lasmana Tarigan, 2015

The Giver ‘Sang Pemberi’

Judul                     : The Giver ‘Sang Pemberi’
Penulis                  : Lois Lowry
Penerjemah           : Ariyantri Eddy Tarman
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Tebal                    : 232 halaman
Genre                   : Distopia



Buku ini salah satu favorit saya, karena saya mendapatkan buku ini waktu premiere The Giver di Plaza Indonesia dari Gramedia, ini buku dengan genre Distopia pertama saya. Buku ini bercerita dengan karakter utama bernama Jonas berumur 12 tahun, yang kehidupannya sungguh sempurna, tinggal di komunitas bersama  dengan “Ayah dan Ibu” serta Lily, adik perempuannya yang sudah berumur 7 tahun. Kenapa bisa dibilang sempurna? Karena di komunitas ini tidak ada perkelahian, kecemburuan, perang, kelaparan, perbedaan, semua pekerjaan sudah diatur, bahkan pasanganpun sudah dipilihkan oleh komite, ketika sakit atau luka kecil-pun, komite dan unit keluarga akan bertindak sangat cepat untuk mengobati.

Cerita dimulai ketika memasuki bulan Desember, Jonas merasa takut, bukan, bukan takut, lebih tepatnya merasa khawatir. Karena di umur 12, bersama dengan anak 12 lainnya, setiap anak akan dipilihkan pekerjaan untuk di komunitas ketika kemarin ketika umur 11, mereka sudah kerja praktek selama setahun dan sudah diawasi serta dinilai oleh komite. Dalam upacara 12-nya, Jonas berharap mendapatkan pekerjaan penting dalam komunitasnya. Dulu, ketika seorang anak lahir, semua anak diberi nomor sebelum nama, dan Jonas mendapat nomor 19, walau sekarang bernama Jonas, Jonas tetap 19 saat upacara, atau ketika ayah dan ibu marah, maka kemarahannya seperti “cukup, sembilan belas” begitu, karena menurut komite anak yang “nakal” tidak pantas dipanggil dengan nama mereka. upacara berjalan lancar sampai ketika urutan 19 tidak dipanggil, tetapi langsung menuju nomor 20 setelah 18, Jonas mulai merasa takut dan malu, apa yang telah dilakukannya sampai komite melupakannya, bahkan Jonas tidak berani melirik ke orang tuanya.

“Jonas tidak ditugaskan,” dia memberitahu hadirin, dan jantung Jonas mencelus..
Kemudian Tetua Kepala melanjutkan. “Jonas sudah terpilih.”
—The Giver ‘Sang Pemberi’, hlm. 77

Begitulah komite mengakhiri pidato dalam upacara, mengatakan bahwa Jonas sudah terpilih, terpilih untuk menjadi “sang penerima” dan seperti yang dikatakan oleh penerima sebelumnya, Jonas mempunyai kemampuan “melihat jauh”. Jonas tidak mengerti, Jonas ketakutan, awal mulanya semua hadirin yang datang mengelukan nama Jonas dalam bisikan hingga menjadi teriakan semangat “JONAS, JONAS, JONAS”.

Hari pertama Jonas ditugaskan, Jonas sangat bersemangat, Jonas menemui pelatih barunya yang menyebut dirinya sebagai “The Giver” karena Jonas sekarang adalah “The Receiver”, Jonas diperbolehkan menanyakan apapun yang dia suka, diperbolehkan berbohong, tidak diijinkan menceritakan tentang pelatihannya atau menceritakan mimpinya dan diperbolehkan tidak meminum obat pagi.

Pelatihan Jonas sungguh unik, Jonas hanya disuruh berbaring dan The Giver, meletakkan tangan di punggung Jonas lalu memberikan kenangan, kenangan tentang masa lalu, manusia beribu-ribu tahun lalu, yang ada sebelum Jonas dan The Giver lahir. Jonas tercengang, atau lebih tepatnya kaget, dengan apa yang diberikan oleh The Giver, Jonas diberi kenangan tentang salju, kereta luncur, dan segala macam warna. Jonas menanyakan kenapa tak ada warna di komunitas? Kenapa tak ada salju? Padahal semua itu menyenangkan dan membuat Jonas merasa hidup.

“Tetapi, setelah sekarang aku bisa melihat warna, setidaknya kadang-kadang aku berpikir: bagaimana jika kita bisa menunjukkan benda-benda berwarna merah manyala, atau kuning menyala, dan dia bisa memilih? Ketimbang Kesamaan.” —The Giver ‘Sang Pemberi’, hlm. 121

Semua dicegah dalam komunitas, tak boleh ada warna, karena perbedaan memunculkan perselisihan, tak ada salju, karena iklim tersebut dapat membuat penanaman menjadi sulit. Tak dapat berbicara dengan bebas, tidak ada yang namanya kelaparan, yang ada itu lapar, pekerjaan-pekerjaan yang ada pun unik. Ada pekerjaan dinamakan ibu kandung, yaitu wanita yang diberi segala macam kenikmatan dalam komunitas selama 3 tahun dan diharuskan melahirkan 3 anak, setelah melahirkan 3 anak, maka ibu kandung tersebut dibuang untuk bekerja menjadi buruh. Dalam setiap komunitas hanya boleh terisi 1 wanita dewasa, 1 laki-laki dewasa, seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Jika pelanggaran yang ditetapkan tidak dipatuhi, maka anggota komunitas akan dihukum  sampai yang terberat adalah dibuang ke “Tempat Lain”, disini pembaca akan tercengang apa itu yang dimaksud “tempat lain”.

Lois Lowry menggambarkan karakter Jonas sebagai remaja yang penuh rasa ingin tahu, pemberani, mempunyai semangat tinggi, berkemauan keras dan pengamat yang baik. Kisah ini lamban tapi menghanyutkan. Pun diakhiri dengan tipikal sebuah cerita yang saya suka. Tanpa sebuah jawaban yang konkret, pembaca dibiarkan menerka tentang apa yang terjadi selanjutnya.

Karena ada sifat pemberontak dalam diri Jonas, Jonas pada akhirnya membuat perbedaan besar dalam komunitasnya,saya gak akan menceritakan lebih lanjut tentang kisah Jonas, karena lebih asyik bila baca sendiri atau mungkin nonton filmnya. Selain dari segi cerita, saya juga suka dengan sampul The Giver yang penuh warna, ceria dan terkesan seperti buku cerita anak-anak. Penerjemahannya juga smooth dan tak ada kata sulit sehingga susah dipahami. Buku ini punya kesan sendiri di dalam diri saya, saya baca buku ini mungkin udah yang kelima, bahkan filmnya pun udah saya nonton 8 kali haha.

Jadi, kalau mau baca buku ber-genre Distopia yang menurut saya gak terlalu berkesan mikir dan dark, The Giver cocok banget buat referensi. Sekian resume saya kali ini, terima kasih J

The Miracle of Hug



            Judul                : The Miracle of Hug
            Penulis             : Melly Puspita Sari
            Kategori buku : Parenting
            Tebal buku      : 113 halaman 
            Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama








                        Pelukan ?
                        Apa yang langsung muncul di pikiran anda ?
                        Sudahkah anda memeluk orang yang anda sayangi dan cintai hari ini ?
                        Berapa banyak anda memeluknya ? 


            Jika kita tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang hangat serta mendapat banyak pelukan dari orang- orang yang menyayangi kita maka secara otomatis “ Pelukan “ akan mengalirkan sensasi emosi yang nyaman, tenang dan hangat dalam diri kita. Pelukan adalah magnet yang membuat hubungan jauh menjadi dekat dan rasa takut menjadi nyaman. Senyaman itulah perasaan anak- anak jika mereka dalam pelukan ternyaman yang kita berikan kepada mereka. Anak merupakan anugerah yang terindah yang ALLAH SWT berikan kepada para orangtua , anak adalah amanah yang harus dijaga oleh orangtua namun orangtua kerap mengarahkan telunjuknya kepada anak dan lingkungan sekitar sebagai biang keladi. Jarang orangtua mengarahkan telunjuknya kearah dirinya sendiri serta instropeksi dirinya sendiri. Ketika anak masih kecil , orangtua menyayangi sang anak serta memeluk anak sebanyak yang ia inginkan akan tetapi rasa sayang tersebbut berubah ketika anak sudah memasuki fase “ nakal “ dan sering  kali orangtua menggunakan kekerasan sebagai solusinya. Sang anak akan berlari dan mencari kenyamanan ditempat lain. “ PELUKAN “ sesuatu yang mudah untuk dilakukan namun tak banyak yang mengetahui efek dari pelukan yang diberikan. Buku ini terdiri dari Lima kasus : Setiap kasus memuat perilaku anak yang kerap kita temui pada buah hati/ anak murid kita. Salah satu contohnya : Seorang anak yang tidak mau dipeluk ibunya dan anak itu sering mengamuk jika didekati ibunya , belakangan baru diketahui anak tersebut tidak mau dipeluk ibunya karena sang ibu sibuk bekerja dan anak menjadi jauh ketika sang ibu sibuk dengan rutinitasnya sendiri. Sang anak lebih nyaman dengan ayahnya karena sang ayahlah yang menemani anaknya setiap hari , sang ayah seorang wiraswasta dan sang ibu seorang karyawan kantoran . Kurangnya kedekatan antara ibu dan anak dapat berakibat hubungan tidak harmonis dengan sang buah hari. Sang ibu pun mendapat tugas dari mbak melly untuk meluangkan waktu selama 3 hari berlibur dengan anaknya, memeluk anaknya minimal 8 kali dalam sehari dan membangun kenyamanan disekitar anaknya. Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari tahu manfaat dari sebuah pelukan, hasilnya cukup menakjubkan bahwa pelukan memberikan manfaat untuk kesehatan fisik, mental dan psikologis setiap orang. Para peneliti dari University of  North Carolina Amerika serikat menyatakan bahwa pelukan yang sederhana mampu menurunkan tekanan darah dan mengurangi stress. Mereka mengeluarkan teori bahwa pelukan bisa menahan hormon stress atau kortiosol dan meningkatkan level oksitosin yaitu hormon yang mampu mengurangi tekanan darah dan resiko penyakit jantung. Selain itu, pada anak- anak pelukan dapat meningkatkan kecerdasan otak  ( merangsang keluarnya hormon oksitosin pada anak dan mengurangi racun dari Zat derifat glutamat pada otak ) Zat derifat glutamat adalah zat yang berbahaya jika anak mengalami stress maka zat tersebut terpicu untuk keluar san dapat berujung pada penyempitan otak sehingga mengakibatkan fungsi intelegensi , perilaku , serta mental anak terganggu. Pelukan yang penuh kasih sayang dan menenangkan dapat memberi energi baru sehingga anak bisa beraktivitas dengan percaya diri , kreatif, serta memiliki respon yang baik bagi lingkungan anak sendiri. Saya jadi teringat dengan sikap Rasullulah SAW yang mencintai anak – anak dan salah satu sikap beliau adalah saat Rasulullah SAW pernah lama sekali sujud dalam shalatnya, maka salah satu seorang sahabat bertanya : Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda lama sekali sujud, hingga kami mengira ada suatu kejadian atau anda menerima wahyu. Rasulullah SAW menjawab, “ Tidak ada apa- apa tetaplah aku ditunggangi oleh cucuku , maka aku tidak mau tergesa- tergesa sampai dia puas”. Dan  kata- kata mutiara dari Dorothy Law Notle : Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan , ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya. “ You know that concept of psychology , NLP and Hypnosis are beautiful combination tobe implemented in life especially to communication and interaction. “ Dr. William hurton, Psy, Founder NFNLP” Berikut resume dari saya dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengetikan .