Jumat, 01 April 2016

Judul jurnal : Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Penulis : Surya Mani Sharma, Yugal Verma, Kartik Sekar
Penerbit : International Journal of Science and Modern Engineering (IJISME)
ISSN : 2319-6386, Volume-1, Issue-6, May 2013
Peresume : Dimas Andriyanto S. - IM2

Banyak orang bertanya-tanya apa sih UAV atau dikenal dengan Drone? UAV atau Unmanned Aerial Vehicle merupakan pesawat tanpa yang dapat dikendalikan menggunakan kendali baik secara manual maupun secara autopilot. Dengan kata lain, pilot pesawat nggak ikut terbang bersama pesawat. Awalnya UAV dikembangin oleh bidang pertahanan AS dan digunakan dalam kemiliteran. Namun, sekarang ini UAV sudah menjadi hak publik untuk mengembangkannya.

Pertumbuhan UAV sangat pesat bro. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa teknologi UAV akan tumbuh dengan pesat pada tahun 2020, 5 tahun dari sekarang. Sekarang pun sudah terlihat bahwa UAV sudah merambah di kalangan masyarakat, seperti mainan anak-anak. So, buat calon ibu-ibu n bapak-bapak, siap-siap aja kalau anaknya ntar minta dibeliin UAV, he.. 

Tipe UAV itu ada dua, Multi rotor dan Fix wing. Untuk tipe multirotor itu seperti yang ada di Film “Tri Idiot” (CCMIIW) ceritanya mahasiswa ngerjain skripsi quadcopter (4 baling-baling) tapi nggak disetujui sama dosennya, akhirnya frustasi n bunuh diri, #ups malah cerita. Tipe multi rotor itu bisa terdiri dari 2 baling-baling (bicopter), 3 baling-baling (tricopter), 4 baling-baling (quadcopter), dan 8 baling-baling (hexacopter). Semakin banyak baling-baling yang digunakan maka akan semakin stabil terbangnya, tetapi kelemahannya baterainya boros. Biasa yang kita lihat itu yang quadcopter. Nah, untuk tipe Fix wing (sayap tetap) itu seperti pesawat-pesawat komersil, atau pesawat dengan arsitektur capung n ikan. Lho, kok capung n ikan? Iya, karena model kepala n sayapnya itu capung, n model badan pesawat bagian belakang itu seperti ikan.

Terus apa saja manfaat UAV? Kalau bahas manfaat itu banyak banget. Untuk multirotor pada dasarnya digunakan untuk UAV yang nggak perlu butuh lintasan besar untuk take off dan landing, n gerakan pesawat lambat tetapi stabil. Untuk tipe fix wing itu perlu lintasan yang luas tetapi kecepatan terbangnya lebih cepat dan lebih jauh. Dalam dunia militer dan pertahanan sudah banyak digunakan salah satunya untuk pemantauan, dalam dunia sipil biasanya digunakan untuk pemetaan wilayah, dan bagi mbak/mas bro yang suka foto, bisa juga ini digunakan buat foto narsis, hehe..

Nah, gimana UAV bisa terbang tanpa pilot? UAV itu dikendalikan secara manual dan otomatis(autopilot). Secara umum UAV dapat dikendalikan secara manual dengan R/C (Remote Control) untuk multirotor dan fixwing, akan tetapi tipe multirotor sudah semi autopilot karena sudah ada sistem kestabilan pesawat. Untuk sistem kendalinya secara manual bisa menggunakan R/C sebagai kendali dengan pemrosesan ESC di pesawat yang mengendalikan baling-baling untuk tipe multirotor, serta baling-baling dan motor servo untuk tipe fix wing. Itu kendali paling simpel kalau mau buat atau beli UAV, tapi pengembangannya sesuai kebutuhan masing-masing tujuan UAV. 

Oke, sekian dulu resume dari saya, itu gambaran umum tentang UAV, semoga bermanfaat buat yang mau ngambil manfaatnya. Mohon maaf kalau dalam penulisan bahasanya nano-nano nggak karuan n nggak sesuai EYD (aku nggak tahu ada aturan EYD di resume atau nggak, tapi semoga nggak ada, hehe). Oya, bagi yang kecilnya punya cita-cita jadi pilot tapi nggak keturutan nggak usah khawatir, bisa kok jadi pilot UAV asal mau berkorban jiwa dan raga untuk latihan. Jiwa dan raga, kayak latihan perang aja.

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca.
Judul : Menyehatkan Indonesia dengan Sampah
Penulis : Fachmy Casofa
Penerbit : Metagraf
Jumlah Halaman : 101 halaman
Penulis Resume : Dwi Wahyuno

Buku ini adalah buku yang sengaja menyajikan informasi yang menginspirasi para pemuda. Agen harapan yang mesti dimotivasi dari semua arah. Setidaknya, dia yang telah aman dan yakin akan pribadi terminimalis yang perlu dilatih untuk kokoh selayaknya menara pizza, yang meskipun kondisinya miring tetap bertahan hingga hari ini. 

Buku ini mengisahkan perjalanan inovasi seorang dokter masyarakat yang kerap di panggil Maminya dengan ‘Mal’ dengan kehangatan yang selalu dirasakannya. Inovasi yang lahir karena bentuk kesenangannya berinteraksi dengan masyarakat luar dan niatan tulus untuk mengurangi beban orang lain, terkhusus pada perkara “kesehatan”.

Masak iya..sampah bisa bikin orang Sehat??pertanyaan orang normal yang biasanya mulai tertarik dengan judul buku ini.

Ya..ternyata judul buku ini gak bohong, saat ini memang orang bisa sehat walau hanya dengan sampah!!sebuah bentuk sindiran bagi saya pribadi;jadi apalagi yang kita tunggu buat gak sehat ya..??

Oke..kita mulai tengok tulisannya, buku ini diceritakan oleh Fachmy Casofa yang berusah mendeskripsikan pemuda asli Indonesia asal Malang bernama “Gamal Albin Said”. Beliau dikisahkan menampakkan inovasi cemerlangnya berupa klinik yang unik. Klinik yang seyogyanya mayoritas dijadikan sumber penghasilan pendirinya. Namun bertolak belakang karena motifnya yang berfokus sebagai pengetasan masalah masyarakat. Masalah klasik berupa kesehatan dan kebersihan.

Penyajian tulisan sebenarnya dieratkan dengan 3 sisi strategis, yakni konsep ketuhanan, riset dan masyarakat. Mas Gamal adalah satu dari minim manusia yang bahasa tulisnya mengalir dengan kekentalan hubungannya dengan sang Khalik Allah SWT. Beliau berungkapan bahwa berprasangka baik adalah cerimann strategis dalam merajut optimisme di setiap apa saja yang menimpa kita. Beliau selalu suka dengan ayat 216 dari surat Al-Baqarah ini:

“...Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Tambahnya, “ya, siapapun pasti tak menyukai kegagalan. Akan tetapi, Mami begitu luesnya selalu mewejangi dengan lembut dan menenangkan, ketika saya tak mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang saya harapkan dan doakan, “Tak usah kecewa, Mal. Mungkin Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik untukmu.” 

Ternyata, seorang Gamal juga pernah gagal sahabat.. Beliau gak lulus masuk SMAN 3 Malang,saat dibuka kelas rintisan bertaraf Internasional. Padahal uangkapnya, yang mendaftar sedikit dan soalnya mudah. Tetapi Allah punya kehendak. 

Beliau juga pernah gagal menyandang Mawapres di Brawijaya. Yang 0,2 angka dari kandidat lain. Padahal telah dipastikan menang oleh teman-temnnya karena punya bejibun penghargaan.

Pesan beliau; “nah, uniknya, ketika kita tawakal, kita akan bersyukur karena do’a kita tidak dikabulkan. ‘untung do’anya dulu tidak dikabulkan. Kalo nggak, nggak bakalan jadi begini.’ Ubahlah apa yang masih kita ubah, tetapi terimalah apa saja yang tidak bisa kita ubah. Itulah tawakal.”

He...layak rasanya beliau hadirkan makna terdalam dari ayat 216 surat Al-baqarah. Karena ternyata Allah memberinya nikmat yang gak disangka kemudian. Beliau malah diterima di kelas akselerasi di SMAN 3 Malang, di sekolah yang sama dari misinya untuk masuk ke ke kas rintisan bertaraf internasional. Bahkan menurutnya ia mendapatkan kelas yang lebih baik saaat itu. 

Beliau juga mendapat undangan ke Slovakia, Eropa, untuk presentasi di 3rd International Medical Student Congress Kosice (IMSCK), ini terjadi tak kurang dari 48 jam dari gagalnya untuk menjadi Mawapres.a do’a kita

“Syukur kadang lebih tinggi dari sabar. Banyak orang yang terpaksa sabar, tetapi belum tentu orang yang mendapatkan nikmat itu bersyukur. Bukankan Allah tidak pernah membebankan kesulitan yang lebih besar daripada kemampuan kita untuk menyelesaikannya? Bersyukurlah, jika kita berkata hidup ini tidak adil maka pengemis lebih berhak berkata bahwa hidup ini tidak adil.”

Kita kembali ke Klinik Asuransi Sampah. Ide yang diawali dengan pertanyaan “bagaimana kita bisa mengkreasi model keuangan kesehatan yang mana orang-orang bisa mendapatkan akses kesehatan mereka dari sumber daya rumah tangga, yang mana semua orang bebas bergabung?”

Kental baginya kisah nyata di tahun 2005. Ada anak seorang pemulung yang bernama Khaerunisa meninggal karena diare di gerobak ayahnya yang pemulung sampah hanya karena tidak bisa berobat. Karena pendapatannya hanya Rp10.000 per hari. Dunia tak sempat memperhatikan Khaerunisa ini, walaupun ia meninggal tepat pada tanggal 5 Juni 2005 yang kerap dijadikan Hari Lingkungan Hidup.

Awal yang mengantarkanya pada bulan Maret 2010 bersama 4 sahabatnya; Muhammad Maulana, Dofi Hamid Hunaif, Didin Arya dan Sapta Adi untuk belajar kepada gurunya yaitu dr Rista Posita, M.Kes yang memiliki klinik dan menguasai asuransi mikro.

Kemudian, konsep bagaimana dapat mengambil.sumber daya masyarakat untuk melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Apapun yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta tidak akan memiliki pengaruh besar tanpa diikuti kesadaran masayarakat secara mandiri untuk meningkatkan kesadaran kesehatan. Oleh karena itu, Gamal mengembangkan asuransi kesehatan mikro. Ia membeli sampah langsung dari masyarakat yang hanya bernilai Rp1000. Akan tetapi begitu sampah itu masuk sistem asuransi, ceritaya menjadi berbeda.

Akan penting menurutnya mindset yang hadir di tengah masyarakat. Ujarnya “ saya tidak bayar, hanya menyerahkan sampah ketika sakit”. Padahal, aslinya mereka membayar dengan sampah mereka. Itulah rekayasa sosialnya, mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk biaya kesehatan.

“Klinik Asuransi Sampah sebenarnya sama seperti asuransi biasa. Yang preminya berupa uang kemudian kami ganti dengan sampah karena kami membidik masyarakat menengah ke bawah”
Inilah sebuah persembahan inspirasi untuk generasi muda Indonesia. Tepat pada tanggal 31 januari 2014 lalu Klinik Asuransi Sampah Gamal mengantarkannya untuk mendapatkan penghargaan utama HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur yang diselenggarakan di Buckingham Palace, Inggris. Momen itu mengartikan bahwa mas Gamal telah menyisihkan 511 wirusaha unggulan yang berasal dari 90 negara. 

Pangeran Charles bersama CEO Unilever dan perwakilan University of Cambridge adalah yang mengumumkan secara langsung penghargaannya. Tutur pangeran Charles yang menebarkan bagi mas Gamal; “Saya ingin memberikan ucapan selamat hangat saya untuk Gamal Abinsaid atas inisiatifnya yang menakjubkan. Ide ini menangani dua masalah pada saat yang bersamaan. Menangani masalah sampah, untuk menyelesaikan masalah kesehatan.”

Indralaya, 9 April 2015

Dwi Wahyuno

10 Bersaudara Bintang Al-Qur’an

Judul : 10 Bersaudara Bintang Al Qur’an
Penulis : Izzatul Jannah-Irfan Hidayatullah
Penerbit : Arkanleema (Sygma Publishing)
Tebal Halaman : 150 Halaman

“Mendidik satu anak supaya bisa mengaji Al Qur’an sudah subhanallah, apalagi bisa mendidik sepuluh ana hingga menjadi hafiz Al Qur’an dan berPRESTASI. Sungguh, buku ini akan menginspirasi banyak keluarga di tanah air, termasuk keluarga saya” –Ustaz Yusuf Mansyur

“Saya tidak melewatkan masa-masa penting usia emas perkembangan anak. Saya selalu berdoa setiap hari, setiap saat, dari anak kesatu sampai anak kesepuluh, agar meraka menjadi genarasi unggul” –Wirianingsih, ibunda 10 bersaudara bintang Al Qur’an

10 Bersaudara Bintang Al Qur’an bertutur secara inspiratif kepada kita, bahwa di tengah kesibukan seperti apa pun, kita masih bisa menjadikan anak-anak kita bintang. Buku ini berbagi kisah, bagaimana menularkan semangat dan mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak kita dan apa saja ikhtiar yang bisa ditempuh untuk mengantarkan putra dan putri kita menjadi hafiz Al Qur’an, terutama di tengah budaya tontonan yang begitu gencar dan sangat vulgar.

Inilah kisah luar biasa tentang sebuah keluarga supersibuk yang kesepuluh anaknya tumbuh mnejadi bintang.

PART 1
Komitmen Menjadi Bagian dari “Penjaga” Al Qur’an
Di tengah hiruk pikuk teknologi informasi yang lebih sering menjerumuskan pada jurang kemaksiatan seperti sekarang ini yang sering kita temukan. Iya pada baigan ini akan terjawab dengan jawab solusinya.

Sepasang suami-istri yang begitu yakin (kita pun juga meyakini) bahwa Al Qur’an akan menjadi jalan keluar untuk semua problema kehidupan. Pasangan H.Mutamimul ‘Ula, S.H dan Dra. Hj. Wirianingsih telah membuktikannya. Keyakinanya telah membawa  mereka kepada keberhasilan mendidik sebelas putra-putrinya. Semua putranya menjadi para penghafal Al Qur’an yang tidak hanya cerdas secara ukhrawi, tetapi juga cerdas secara duniawi.

Putra-putri Wirianingsih (Wiwi) dan Mutamimul ‘Ula (Tamim) yang berjumlah sebelas: tujuh laki-laki dan empat perempuan. Pasangan ini secara sistematis telah meranccang kurikulum berbasis Al Qur’an bagi putra-putrinya.

-          Alzalurahman putra pertama, hafal Al Qur’an pada usia 13 tahun. Ketua Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai peseerta Pertmina Youth Progamme 2007.
-          Faris Jihady Hanifa, hafal Al Qur’an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Juara 1 lomba tahfiz Al Qur’an yang diselnggarakan  kerajaan Saudi tahun 2003, juara olimpiade tingkat SMA 2004, menjadi Sekum KAMMI Jakarta.
-          Maryam Qonitat (ketiga), hafal Al Qur’an sejak usia 16 tahun. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah 2006
-          Afifah menyelesaikan hafalannya 29 juz saat lulus SMA
-          Yang istimewa putra kedelapan, Muhammad SyaihulBasyir ketika duduk di SDIT  Al Hikmah berazam untuk memecahkan rekor hafal Al Qur’an saat lulus SD. Pada saat itu, dia telah hafal 25 Juz.

Bagaimana dari seorang ayah dan ibu yang supersibuk tersebut lahir sepuluh bersaudara yang mampu menjadi bintang hafalan Alquran? Wiwi dan suaminya berprinsip bahwa pendidikan anak adalah tugas terintegrasi antara ayah dan ibu. sang ayah haruslah seseorang yang memiliki visi besar tentang pendidikan an ibulah yang akan menjalankan misinya, mengisi kerangkanya.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kedzaliman yang besar” (QS. Luqman 31:13)

Tamim meyakini bahwa kewajiban seorang muslim terhadap Al Qur’an ada 6, yaitu:
1.      Meyakini
2.      Membaca dengan tartil
3.      Memahami
4.      Mengamalkan
5.      Memperjuangkan, menyebarkan, mendakwahkan dan
6.      Menghafalkan
Dia langsung mengambil poin keenam agar bisa mendapatkan nomor-nomor sebelumnya. Semacam quantum. Komitmen rabani itu tidak muncul beigtu saja, namun muncul sebelum menikah. Oleh karena itu, memilih pasangan dengan pertimbangan-pertmbangan diniyah, merupakan modal dasar untuk melangkah dengan harmoni.

PART 2
Ikhtiar Membina Keluarga Qur’ani
1.    Keseimbangan Proses
Jika komitmen telah tertanam kuat, hasil bisa diuji dan dibuktikan dengan amaliah. Segala yang tidak dipertaruhkan akan mustahil mendapatkan kemenangan. INSPIRASI RABANI. Dua kata itulah yag menjadi lentera sekaligus petunjuk sebuah keluarga mampu menjadi teladan. Sekuat tenaga sepasang suami-istri itu berusaha menghindari hal-hal yang bisa merusak keimanan, hal itu sebagai berikut
-     Tidak ada televisi di dalam rumah
-     Tidak ada gambar syubhat
-     Tidak ada musik-musik laghwi  diganti nasyid
-     Tidak ada perkataan yang fahisyah (ucapan kotor) diganti ucapan yang baik
Apa kunci keseimbagnan proses? Walaupun mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling bertanggungajawab dan konsisten satu sama lain. Jadwal ruhiyah mereka selepas maghrib berinteraksi dengan Al Qur’an. Jika mereka sedang berada jauh mereka tetap mengontrol putra-putrinya melalui telefon dan menanyakan ibadah putra-putrinya
2.    Visi dan Konsep yang Jelas
Menjadikan putra-putri seluruhnya hafal Al Qur’an adalah visi yang sangat istimewa sebab Al Qur’an adalah mukjizat. Visi  yan kemudian dikembangkan menjadi misi, yaitu sebagai berikut
1)      Anak-anak harus memiliki kemampuanmembaca Al Qur’an sebelum sekolah dasar
2)      Anak-anak harus tumbuh kemauannya untuk berinteraksi secarai ntensif dengan Al Qur’an
3)      Orang tua konsisten terhadap visi
4)      Orang tua menjaga kestabilan anak-anak dalam menghafal Al Qur’an
5)      Orang tua harus menjadi teladan dalam berinteraksi dan mngimplementasikan Qur’an
6)      Orang tua harus mampu memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak untuk menghafal Al Qur’an
Rencana strategi: enam tahun pertama memberikan bekal dan motivasi kepada anak-anak untuk menghafal. Enam tahun berikutnya, mendisiplinkan dan memberikan lingkungan kondusif untuk mengembangkan fitrah Qur’ani anak-anak melalui pendidikan pesantren. Enam tahun berikutnya, diarahkan untuk mengikuti perkembangan kecendrungan ilmu yang diminati
3.    Pembiasaan dan Manajemen Waktu
Ada dua waktu yang tidak boleh dilanggat dari programnya, yakni setelah shubuh dan setelah maghrib. Pada kedua waktu teersebut, Wiwi secara intensif dan istikamah memprogramkan agenda agaar putra-putrinya berinteraksi dengan Al Qur’an.

Pada usia batita Wiwi senantiasa membaca al Qur’an di dekat mereak. Ketika usia balita, Wiwi sendiri yang mengajaarkan huruf Al Qur’an dengan metode belajar sambil bermain, pada usia Sekolah Dasar, Wiwi konsisten menerapkan metode menghafal bagi merreka
4.    Mengomunikasikan Tujuan dan Memberikan Hadiah
Harapan yang disampaikan secara langsung akan memberikan efek psikologis yang positif bagi anak-anaknya. Ibarat seseorang yang melakukan perjalanan, mereka telah diberikan peta yang jelas sehingga mengurangi efek ketidakpastian.

Pemotivasi hadiah adalah metode penguatan positif yang banyak digunakan oleh para pendidik.

Dalam teori psikologi pendidikan, ada 5 strategi pengondisian untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan, yakni
1)      Memilih oenguat yang efektif
2)      Memilih penguat langsung dan tepat waktu
3)      Menggunakan perjanjian atau menyatakan komitmen bersama
4)      Keteladanan, kedisiplinan, konsisten, dan kontrol yang baik
5)      Doa dan kesabaran

PART 3
Tantangan dan Hikamah Mendidik Anak Menghafal Al Qur’an
1.    Metode
Metode Wiwi untuk membiasakn putra-putrinya berinteraksi dengan Al Qur’an pada usia prasekolah adalah metode yang digunakan Sayidina Ali untuk mendidik anak , “jadikanlah ‘raja’ pada usia tujuh tahun, didik dan disiplinkan mereka pada usia tujuh tahun kedua, dan jadikanlah mereka teman pada usia tujuh tahun berikutnya.”
2.    Mengelola Tantangan
Hampir seluruh putra-putrinya tidak ada yang ‘ikhlas’ dalam menjalani proses perjuangan menghafal Al Qur’an. Semua putra-putri pernah mengalami rasa,malas, jenuh dan bosan. Pendekatan Tamim sebagai figur Ayah, dia dikenal disiplin, tegas, sistematis, formalistis dan tipe direktur, sehingga putra-putrinya mencintai sekaligus segan dan hormat padanya
3.    Menemukan Hikmah
Keyakinan kuat mendapatkan berkah dari menghafal Al Qur’an itu kemudian dirasakan individu masing-masing dalam keluarga Mutamimul ‘Ula dan Wirianingsih. Putra-putri mereka semakin terbuka pikiran dan hatinya akan berkah Al Qur’an yang tumbuh bersemi di dalam hati dan jiwa mereka.

PART 4
10 Bersaudara Hafal Al Qur’an
Banyak dan berkualitas, insyallah. Seperti penjelasan sebelumnya. 10 bersaudara itu tak hanya hafal Qur’an namun juga berprestasi di bidang akademik di sekolahnya masing-masing. Subhanallah. Ditengah kesibukan daakwah kedua orang tuanya, namun orang tua mereka tetap memprioritaskan perhatian kepada anak-anaknya. Dampak dari hasil penerapan kehidupan yang berbasis Al Qur’an Wiwi dan suami bisa mewariskan tanggung jawab, karakter yang baik dan jiwa kepemimpinan kepada putra-putrinya


PART 5
Mengapa Menjadi Hafiz Al Qur’an Begitu Penting
Fadhail Dunia
1.    Hifzhul Qur’an merupakan nikmat rabani yang datang dari ALLAH
2.    Al Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah,dan kenikmatan bagi penghafalnya
3.    Seorang hafiz Qur’an adalah orang yang mendapatkan tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)
4.    Hifzhul Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu
5.    Hafiz Al Qur.an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi
6.    Menghormati seorang hafiz Al Qur’an berarti mengagungkan Allah
Fadhail Akhirat
1.    Al Qur’an akan menjadi penolong bagi penghafalnya
2.    Hifzhul qur’an akan meninggikan derajat manusia di surga
3.    Para penghafal Al Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat
4.    Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul keramahan (mahkota kemuliaan)
5.    Kedua orang tua penghafal Al Qur’an mendapat kemuliaan
6.    Penghafal Al Qur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur’an
7.    Penghafala Al Qur’an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak merugi.

Tetty Revo, Jambi 12 Januari 2015

Ayahku. Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama Sumatra

Judul Buku : Ayahku. Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama Sumatra
Penulis : H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
Penerbit : Umminda, Jakarta 1982.
Jumlah Hal : 361 halaman
Peresume : Shofiyati Nur Karimah



Buku yang diberi judul “Ayahku” oleh seorang ulama, sastrawan, sekaligus politikus Indonesia H. Abdul Malik Amrullah atau akrab kita sebut HAMKA, adalah sebuah catatan dari seorang anak sekaligus murid tentang sosok Dr. H. Abdul Karim Amrullah atau Dr.HAKA. “Ayahku” ini tidak hanya semata-mata berisi riwayat hidup seorang ulama besar Sumatra Barat atau catatan kasih seorang anak tentang ayahnya saja, namun di dalamnya juga berisi riwayat perjuangan ulama dan perkembangan Islam di Sumatra Barat khususnya dan seluruh Sumatra pada umumnya.
Berisi 19 Bab, Bab terakhir merupakan Salinan buku “Hanya Allah” yang ditulis Dr. HAKA tahun 1943 sebagai jawaban atas permintaan pemerintahan Jepang kala itu yang meminta komentar beliau tentang konsepsi ketuhanan versi Jepang yang dirangkum dalam sebuah buku berjudul “Wajah Semangat”.  Sedangkan Bab pertama menceritakan sejarah masuknya Islam di Bumi Minangkabau.

HAMKA menuliskan sejarah tersebut dengan sangat rinci bahkan sejak  Zaman Hindu Budha, periode ketika Majapahit sedang berjaya dengan maha patihnya Gajah Mada hingga pengaruh agama itu masuk ke Minangkabau. Ringkas tapi padat HAMKA menceritakan sejarah tersebut hingga akhirnya seperti yang kita tahu abad ke-18 sudah mulai berdiri kerajaan Islam pertama di Sumatra, Kerajaan Samudra Pasai. Namun, menurut HAMKA, pastilah jauh sebelum kerajaan Islam berdiri, sudah ada masyarakat Islam di Indonesia. Terbukti dalam almanac Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 674 Masehi (itu artinya 42 tahun setelah Nabi Muhammad wafat) sudah didapati kelompok masyarakat Arab di Sumatra Barat. HAMKA menduga kata “Pariaman” berasal dari Bahasa Arab “Barri Aman” (tanah daratan yang aman sentosa). Masih di Bab pertama, diceritakan juga tokoh-tokoh ulama dan perjuangan mereka mempertahankan negeri pada masa awal penjajahan Belanda, salah satu perjuangan yang mungkin paling kita kenal di sekolah-sekolah adalah Perang Paderi dan perjuangan Tuanku Imam Bonjol.

Selanjutnya pada Bab kedua mulailah diceritakan nenek moyang Dr. HAKA sejak dari Tuanku Pariaman (Tuanku Nan Tuo, di Koto Tuo, IV Koto), salah satu pejuang Paderi juga (kalau saya tidak salah ingat), hingga sampai pada ayahnya, Syekh Muhammad Amrullah dengan gelarnya Tuanku Kisai yang merupakan Syekh besar Tarikah Naqsabandiyah yang disebut-sebut termasuk “Kaum Tua”, sedangkan Tuanku Rasul (nama Dr. HAKA sebelum keberangkatan ke Mekkah yang kedua dan sebelum mendapat gelar Dr Causal dari Al-Azhar) merupakan salah satu pelopor “Kaum Muda” yang disebut-sebut pembawa aliran wahabi. Pada masa itu pertentangan “Kaum Tua” dan “Kaum Muda” sangatlah panas. Namun, pertentangan itu tidak mengganggu hubungan mesra ayah dan anak yaitu antara Tuanku Kisai dan Tuanku Rasul.

Saya takjub dengan cara perdebat Ulama-ulama pada zaman itu terutama Dr.HAKA sendiri. Nampak sekali keluasan ilmu mereka. Pendapat-pendapat mereka, mereka tuliskan menjadi sebuah kitab. Kitab A dibantah dengan kitab B, kemudian dibalas dengan Kitab C, kemudian muncul aliran pemikiran baru di majalah A di Negara Z, tapi majalah A tersebut diboikot akhirnya lahirlah majalah B di negara Y yang meneruskan ideologi yang dipelopori di majalah A. Kemudian saya membandingkan dengan keadaan sekarang, kalau ulama-ulama itu benar-benar menyelidiki dari kitab ke kitab, kajian ke kajian, diskusi dengan guru ini dan guru itu kemudian baru lah dituangkan semua pemikiran dalam sebuah buku sebagai jawaban, sekarang kalau lihat di media social banyak orang berdebat dengan klik share klik share tulisan-tulisan ‘yang disukai’ padahal entah itu benar atau tidak. Asal suka dan ‘sepertinya valid’, share aja #NgacaSambilNangisMiris.

Kembali ke Dr.HAKA, beliau mendapatkan gelar kehormatan itu pada tahun 1926 saat sedang konferensi perwakilan kaum agama di Mesir bersama Dr. H Abdullah Ahmad yang juga mendapat gelar yang sama. Diceritakan juga kisah persahabatan beliau berdua yang sempat renggang karena selisih pendapat. Dr. HAKA dengan karakternya yang keras dan pemarah tidak pernah mengenal kompromi dengan Belanda dalam berdakwah, sedangkan Dr. H. Abdullah Ahmad bersikap lebih taktis dan lumayan dekat dengan Belanda untuk akhirnya melancarkan rencana-rencana dakwahnya seperti mendirikan sekolah resmi berbasis agama. Meskipun berbeda strategi, beliau berdua saling menghormati dan mengakui kelebihan satu sama lain.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan Dr.HAKA yang digambarkan jelas di buku ini, ada banyak sikap beliau yang membuat saya kagum, diantaranya ketika hendak memotong ceramah yang membosankan yang tidak ada isinya di konferensi di Mesir,  beliau nekat berdiri di atas kursi karena di konferensi itu kursinya besar-besar, ulama yang hadir pun besar-besar, sedangkan beliau kecil. Kemudian saat pendudukan Jepang yang terkenal bengis, beliau diundang dalam suatu acara yang juga dihadiri ulama-ulama dari berbagai daerah di Indonesia. Sesuai adat Jepang, setiap memulai acara ada ritual “Keirei”, yaitu membungkuk hampir rukuk ke arah timur laut, letak Kerajaan Sang Tenno di Jepang. Tak ada seorangpun bahkan ulama-ulama pun yang berani menolak ritual itu, hanya Dr.HAKA seorang yang saat itu tetap duduk dengan tenang di kursinya saat ritual itu berlangsung, padahal kanan kirinya ada prajurit Jepang dengan pedang-pedang samurai yang panjang hampir menyentuh tanah menggantung di pinggang. Dan banyak hal lain yang membuka pengetahuna baru bagi saya tentang perjuangan seorang ulama besar yang melahirkan murid-murid yang kalau kita belajar sejarah nasional Indonesia kita akan mengenali beberapa diantaranya adalah murid Dr.HAKA. Selain itu banyak juga pelajaran sejarah yang banyak luput dari pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah. Sebagai catatan tambahan, HAMKA menceritakan bahwa buku ini mulai disusunnya pada tahun 1944 beberapa waktu sebelum Dr. HAKA meninggal di tahun itu juga dan baru selesai 4 tahun kemudian. Dalam proses penyusunannya, beliau simpan naskah “Ayahku” ini rapat-rapat dan rahasia karena meskipun pada tahun 1945 Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaannya, ancaman Belanda masih mengintai dengan adanya beberapa agresi militer.
Sebagai penutup resume, selain banyak gelar seperti Tuanku Nan Tuo, Tuanku Nan Mudo, Engku, Ninik-Mamak, dll. dan nama-nama yang susah diingat, pengaruh bahasa yang semi melayu yang digunakan dalam buku ini kadang membuat saya bingung. Jadi beberapa bagian ada yang ‘missed’. Tapi sejauh ini “Ayahku” sangat asyik dibaca. Bahkan beberapa bagian tak tahan juga ikutan nangis, terutama saat bagian, persatuan para Ulama yang selama ini bertentangan dan tak jarang beradu sengit, ketika Dr. HAKA dibuang dan Belanda katakan alasan penangkapan Dr. HAKA adalah permintaan dari kalangan ulama sendiri, semua ulama baik dari “Kaum Muda” maupun “Kaum Tua” membantah dan malah bersatu untuk membebaskan Dr.HAKA. “Hanya dalam urusan khilafiat kami berselisih pendapat, tapi dalam urusan Tauhid, kami tak ada bedanya”, begitu kira-kira yang disuarakan para Ulama tersebut.
Sekian. Mohon maaf kalau kurang terstruktur dalam meresume. Semoga mudah dipahami dan tertarik untuk membacanya lansung.

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca.