Jumat, 25 Maret 2016

Let’s Go Into : NARNIA


Penulis : Arie Saptaji
Penerbit : Gradien Books
Cetakan : I dan 2, Juli 2005
Tebal : 136 halaman
ISBN : 979-3574-08-9


Buku yang lebih tepatnya dibilang buku saku ini, hanya berukuran 20 x 15 cm dengan sampul Aslan diantara reruntuhan Cair Paravel dan berwarna hijau-emas ini saya beli cuma seharga Rp. 5.000,- dan itu ada diantara tumpukan buku diskonan Gramedia, jadi saya bisa dibilang cukup beruntung untuk nemuin jarum diantara jerami. Buku ini memang mungkin ringan, atau terlalu sederhana, tapi saat dibaca, kalian akan mengerti kalimat dimana “don’t judge books by it’s cover”. Karena isinya begitu kaya, dan menjelaskan banyak tentang kisah Narnia ataupun tentang penulisnya sendiri, C. S. Lewis.

Buku ini terbagi menjadi 13 bab, menjelaskan awal mula mengapa buku Narnia diciptakan sampai seluruh isi dari buku Narnia. Jadi, buku ini mengandung spoiler tentang keseluruhan cerita, dan resume ini pun juga ikut-ikutan spoiler bagi yang baca, hehe.

“Ada seorang anak laki-laki bernama Eustace Clarence Scrubb, sebuah nama yang sesuai benar untuknya”. Begitulah awal salah satu novel dari serial terkenal C.S. Lewis, The Voyage of the “Dawn Treader”. Lewis biasa dipanggil Clive Staples, tapi beliau tau semenjak kecil, nama ini tidak cocok untuk dirinya, jadi dia memutuskan untuk dipanggil Jacksie, atau Jack. Lahir di Belfast, Irlandia, 29 November 1989. Seperti istilah “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”, orang tua Lewis gemar membaca berbagai buku dan berwawasan luas. Kemarahannya kepada Tuhan, karena mengambil ibu tercintanya, membuat Lewis menjadi atheis. Ayahnya memasukkan Lewis ke asrama agar tidak menjadi atheis, itu pun tidak membantu. Melewati sebuah perjalanan panjang yang akhirnya membuat beliau menjadi penganut yang taat.

Owen Barfield pernah menyatakan, sebenarnya ada tiga “C.S. Lewis”, karena sepanjang hidupnya, beliau menjalani tiga profesi yang berbeda dan ketiganya berhasil, yaitu menjadi sarjana dan kritikus sastra, kedua, sebagai pengarang fiksi ilmiah dan ketiga adalah penulis dan penyiar radio yang membela iman Kristen. 

Lahirnya Narnia, dimulai dari The Lion, the Witch, and the Wardrobe, pada tahun 1949, sercara apik memadukan petualangan humor, fantasi, dan alegori, serta menjadi karya klasik dalam khasanah bacaan anak-anak dunia. Minat dan imajinasi tentang ksatria berbaju zirah, penyihir, peri, dan petualangan mencari negeri yang jauh, sudah memikat imajinasinya. Persahabatannya dengan J.R.R. Tolkien yang brilian pencipta franchise terkenal tentang seorang petualangan Hobbit yang kita kenal sebagai The Lord Of The Rings, memacu Lewis untuk mengembangkan The Chronicles of Narnia, yang seperti kita tahu sekarang menjadi tujuh buah buku.

Pasti kita berpikir mana yang lebih nendang dalam urutan pembacaan buku Narnia? Urutan penulisan dan penerbitan buku ataukah urutan menurut cerita? Sepertinya disini saya berpendapat kalau ingin nyambung dan gak bertanya-tanya, maka sebaiknya membaca menurut urutan cerita, tetapi kalau mau terus penasaran dengan bertanya-tanya “Gimana sih awal pembuatan dunia Narnia?” atau “Kenapa lemari di rumah Profesor itu dapat nyambung ke Narnia?” mungkin lebih tepat jika terus membaca menurut aturan penulisan. Saya udah baca 2x, dari urutan penulisan sampai urutan cerita, dan ternyata, dua-duanya tetap nikmat.

Narnia diangkat ke layar lebar dengan diawali The Lion, the Witch, and the Wardrobe pada tahun 2005, lalu dilanjutkan dengan Prince Of Caspian dan terakhir The Voyage of the Dawn Treader, sampai saat ini belum ada pemberitaan lebih lanjut mengenai proyek The Silver Chair. Di buku ini banyak menjelaskan yang saya belum tahu, kalau ternyata Narnia pun sangat berkaitan dengan ke-kristenan, dari pemulihan ibadah, kedatangan antikritus, kiamat, peperangan melawan kegelapan, kehidupan rohani, penyaliban atau bahkan kebangkitan.

Jadi intinya, saya sarankan baca dulu 7 buku Narnia, terserah mau urutan dari mana, lalu diakhiri dengan buku kecil karya Arie Saptaji ini, dijamin, kita akan terus terperangkap di dunia Narnia ini, lagi, lagi dan lagi. Sekian resume kali ini, terima kasih! :D

-Vanda Deosar IM1-

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca. 

TARIKH KULAFA


Judul                : TARIKH KULAFA
Penulis             : Imam Suyuthi
Penerbit           : Pustaka Al Kautsar

Peresume         : Paramudika H, IM1

Buku ini mengupas tentang sejarah penguasa Islam (Khulafa), dari khulafaur rasyidin sampai para khalifah setelahnya yang menggunakan sistem monarki. Bagi saya buku ini seperti menapak tilas fase-fase kehidupan para penguasa Islam, betapa perjuangan, pengorbanan dan keimanan mereka mampu menyadarkan diri bahwa kita hari terutama saya masih jauh dari kata teladan. Maka wajar jika dikatakan membaca sirah nabawiyah dan para sahabat sahabiyahnya menjadi wajib mengingat motivasi dan semangat juang serta ibadah yang kerap lemah. Semoga kita tetap jadi jiwa pembelajar dan pengambil teladan.

Saya awali dengan Khalifah pertama setelah Rasulullah yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq. Orang yang paling bersih di masa jahiliyahnya. Abu Bakar tidak pernah melantunkan sebait syairpun dimasa jahiliyahnya pun di masa Islamnya. Dia juga tidak pernah minum minuman keras di zaman jahiliyahnya meski belum ada larangan kala itu.

Beliau 2 tahun 2 bulan lebih muda dari Rasulullah, wafatnya sama dengan umur wafatnya Rasulullah. Para ulama berkata Abu Bakar menemani Rasulullah dari sejak masuk Islamnya hingga meninggalnya Rasulullah. Dia selalu ada dimana Rasulullah berada kecuali jika Rasulullah mengizinkan beliau untuk mengerjakan sesuatu hal. Dia mengikuti semua peperangan, hijrah bersama Rasulullah, meninggalkan istri, anak dan kerabatnya sebagai bukti kecintaannya kepada Allah dan RasulNya. Hingga Rasulullah bersabda “sesungguhnya orang yang paling setia dalam persahabatannya denganku dan dalam hartanya adalah Abu Bakar. Andaikata saya boleh mengambil khalil selain Tuhanku , niscaya saya akan memilih Abu Bakar.

Abu Bakar sahabat yang paling dermawan. Ketika awal masuk Islam hartanya dipergunakan untuk membebaskan budak-budak yang disiksa kafir Quraisy karena keimanannya kepada Allah. Sehingga banyak budak-budak yang bebas dan merdeka olehnya. Suatu ketika Rasulullah menyuruh untuk mengeluarkan sedekah, Umar kemudian maju dan memberikan setengah hartanya. Rasulullah bertanya “apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Umar menjawab “saya meninggalkan seperti apa yang saya sedekahkan”. Lalu Abu Bakar datang kepada Rasulullah dan menginfakkan seluruh harta yang dimilikinya. Rasulullah bertanya “apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab “saya menyisakan untuk mereka Allah dan RasulNya. Kemudian Umar berucap saya tidak akan mampu mengalahkan Abu Bakar dalam segala hal.

Abu Bakar sahabat yang paling utama. Jika ada yang menanyai Rasulullah tentang siapa orang yang paling dicintainya, maka Rasulullah akan menjawab Abu Bakar (dari kalangan laki-laki). Kemudian ada beberapa ayat juga yang turun berkenaan dengan Abu Bakar, seperti QS At taubah ayat 40 yang menceritaka tentang keberadaan dirinya didalam gua bersama Rasulullah.

Setelah Rasulullah wafat, tatkala dirinya telah menjadi khalifah, banyak kemudian muslimin yang membelot, shalat namun enggan berzakat. Umar meminta Abu Bakar tetap bersikap penuh kasih namun Abu Bakar menolaknya, beliau akan tetap memerangi mereka yang membelot meski hanya menolak memberikan seutas tali yang pernah diberikan Rasulullah. Betapa berani dan kuat keinginannya dan yang paling semangat terhadap satu perkara yang mungkin sepele bagi orang lain tatkala dimasa kekhalifannya. Inilah kemudian yang menimbulkan semangat juga bagi sahabat-sahabat lainnya.

Pengumpulan Alqur’an juga dimasa kekhalifannya, mengingat banyak para sahabat hafal Qur’an yang gugur dimedan perang sehingga ada ketakutan jika tidak dikumpulkan maka Qur’an itu terkubur bersamaan dengan wafatnya seluruh para penghafal Quran. Maka ayat-ayat Qur’an mulai di tulis di daun, pelepah korma dan tulang belulang. Abu Bakar menyimpannya hingga akhir hayatnya. Baru kemudian diserahkan ke khalifah setelahnya.

Abu bakar sakit sesaat setelah mandi, dia merasa kedinginan lalu demam selama 15 hari sehingga tidak bisa mengikuti shalat berjamaah. Dia meninggal pada malam selasa pada umur 63 tahun. Setelah berunding dengan sahabat lainnya Abu Bakar memilih Umar menjadi khalifah setelahnya.

Begitulah sosok seorang Abu Bakar, sangat ringkas memang yang ditulis. Tentangnya, takkan cukup untuk dituliskan meski satu rim kertas sekalipun. Dan pada mereka para generasi terbaik sepanjang zaman sajalah hendaknya kita berkiblat dalam berakhlak dan bersikap.

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca. 

ARAB SPRING: ‘Badai Revolusi Timur Tengah yang Penuh Darah’


Judul             : Arab Spring
Penulis          : M. Agastya ABM
Penerbit        : IRCiSoD
Tebal             : 236 halaman
Resumed by   : Ayu Afsari

Apa yang terlintas di pikiran kita ketika mendengar atau membaca kata Arab Spring? Baiklah, supaya tidak berpanjang lebar, langsung saja. Arab Spring, jika diartikan secara literal maknanya pemberontakan Arab. Namun secara istilah ada pendapat yang menyatakan bahwa Arab Spring adalah istilah untuk kebangkitan dunia Arab atau pemberontakan yang dimulai di Tunisia pada musin semi, Desember 2010. Adapun pandangan lain menyatakan bahwa Arab Spring adalah gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab, yang bertujuan menggulingkan diktator yang berkuasa di negara-negara di Timur Tengah.
Protes yang bernama Arab Spring ini menggunakan teknik pemberontakan sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media sosial, seperti facebook, twitter, youtube, dan skype. Tujuannya adalah mengorganisir, berkomunikasi, serta meningkatkan kesadaran terhadap usaha-usaha penekanan oleh pemerintah. Dalan kejadian tersebut, banyak unjuk rasa ditanggapi keras oleh pihak berwajib.
Motor penggerak Arab Spring adalah para pemuda berpendidikan di masing-masing yang dilanda revolusi. Dalam prosesnya, mereka menghimpun dukungan melalui berbagai media, terutama media sosial. Walau demikian, munculnya revolusi ini (Arab Spring) bukan tanpa dukungan pihak lain, justru banyak pendapat yang beranggapan bahwa revolusi ini tersebut tidak lepas dari campur tangan luar negeri, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan sekutunya, serta negara-negara Timur sosialis yang memiliki kepentingan terhadap Timur Tengah.
Adapun beberapa keadaan di luar Arab Spring, namun memiliki arti pendukung dalam mmudahkan terjadinya Arab Spring, di antaranya kasus meledaknya WTC, pada tahun 2008 terjadi turbulensi ekonomi di Amerika Serikat, kemudian dua tahu setelahnya terjadi pula di berbagai negara Eropa, yang membuat perekonomian mereka guncang, bahkan sebagian mereka terpuruk.
Akumulasi dari berbagai kejadian tersebut telah turut mendukung dan memudahkan terjadinya Arab Spring. Namun, pemicu utamanya adalah situasi dan kondisi negara yang bersangkutan, yaitu kesenjangan sosial antara pemegang kekuasaan dan rakyat.
Buku ini secara garis besar membahas tentang perjalanan dan perkembangan Arab Spring di beberapa negara di Timur Tengah, di antaranya Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, Suriah, dan Bahrain. Alasan pemilihan hanya enam negara tersebut (padahal Arab Spring meledak hampir di seluruh wilayah Timur Tengah) adalah karena keenam negara itu merupakan negara-negara strategis dan penting di Timur Tengah, yang menjadi rebutan banyak pihak.
*Sekian, semoga bermanfaat^^

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca. 

Melatih Logika Bareng Kyai Adung


Judul Buku      : Kyai Kocak VS Liberal Ronde #2
Penulis             : Abdul Mutaqin
Penerbit           : Salsabila
Jumlah Hal      : 228
Tahun Terbit   : Februari 2014
Peresume        : Novi Trilisiana, IM2

Kyai Kocak VS Liberal Ronde #2 adalah bagian dari seri Rehat Bersama Kyai Kocak yang ditulis oleh seorang Guru Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Buku ini mengunakan pendekatan santai dan humor dalam mengimbangi logika liberalisme. Melalui tokoh fiksi Kyai Adung yang simpel dan berisi, buku ini sangat cocok untuk semua kalangan remaja dan dewasa.

Penulis bermanuver melalui sudut pandang Kyai Adung untuk mematahkan usaha segelintir orang yang ingin meliberalisasikan agama. Kyai Adung yang dianggap kolot tetap nyentrik dengan kekonyolannya kepada Pahlawan Bertopeng__sebutan aktivis liberal dalam buku ini. Karakter Kyai Adung yang blak-blakan semestinya membuat pembaca yang menuhankan nafsu dan logika harus belajar lebih karena ternyata logika mereka sangat lemah dan nafsu mereka keterlaluan.

Terdapat 39 bab yang bisa dinikmati sekali duduk sampai selesai. Dan diawali dengan tagline, “Daripada sok ngikut liberal mending ngikut Kyaikocakisme! Setuju?” Ketiga puluh Sembilan bab tersebut juga diawali dengan sebuah prolog mengenai Pahlawan Bertopeng. Berikut adalah kutipannya, “Pahlawan bertopeng adalah istilah yang dicomot Kyai Adung untuk menyebut siapa saja yang gemar melontarkan pendapat, wacana atau pembelaan mereka terhadap paham dan kelompok yang secara kasat mata jelas-jelas menyimpang dari kebenaran yang telah diterima secara ijma’ (sesuai kesepakatan para ulama). Mereka mencemplungkan diri dalam kancah wacana Ghozwul Fikr secara sukarela, karena pesanan atau sekadar cari sensasi belaka. Ada juga yang fokus melempar-lempar kicauan di media sosial yang ‘ngerusak’. Walau begitu, mereka merasa keren karena berani bebas berpendapat nyeleneh sekalipun itu menyangkut hal penting dalam agama.”

Ada bab yang menyentil berjudul Ngambek dan rasanya sayang kalau tidak saya tulis ulang percakapan ala Kyai Adung dan Si Dimun berikut ini.
“Ya, diubah!”
“Pagimana ngubah surga dan neraka, Mas Dimun?”
“Sudah saatnya dogma orang di luar Islam itu masuk neraka diubah.”
“Diubah bagaimana?”
“Mereka juga berhak masuk surga seperti kita!”
“Lha? Kalau mereka ingin masuk surga bareng-bareng, ya, hayo jadi muslim yang taat. Bukan teologi Islam tentang surga dan nerakanya yang diubah. Kalau engga mau, ya, yakini saja konsep surga mereka masing-masing. Gitu aja, kok, reppooot.”
“Egois!”
“Kan, mereka punya konsep surga sendiri?” Kyai Adung bingung.
“Betul. Tapi jika Islam tetap ngotot bahwa yang masuk surga Cuma orang Islam, itu melukai perasaan mereka.”
“Lha, itu, ‘kan konsep Islam. Mereka masuk surga juga berdasar konsep agamanya masing-masing. Mengapa harus terluka?”
“Iya, tapi tetap tidak etis.”
“Yang etis bagaimana?”
“Kita masuk surga bareng-bareng. Tak peduli agamanya apa. Islam harus berpandangan seperti itu. Itu namanya rahmatan lil ‘alamin.”
“Kalau enggak bisa diubah, bagaimana?”
“Saya keluar dari Islam!”
“Ente enggak takut murtad terus masuk neraka?”
“Saya beragama bukan karena ingin surga dan takut neraka. Saya beragama karena ingin menunjukkan watak agama yang toleran!”
“Ah, ente kalap, tuh. Jangan main-main, Mas Dimun. Entar beneran murtad, lho,” Kyai Adung santai.
“Itu urusan saya. Bagi saya, agama untuk memberikan kasih sayang kepada sesama. Untuk apa beragama dengan dogma yang menyakiti orang?”
Akhirnya Kyai Adung malas menimpali obrolan soal surga dan neraka lagi. Malah, si Dimun dibawa ke restoran untuk diajak makan siang.
Makan.
Selesai makan.
Tengs, Kyai. Gila, enak benar dagingnya.”
“Itu babi, tahu!”
Wot?”
“Babi. Emang nape?”
“Babi itu haram!”
“Lha, ente yang makan. Ane, mah kagak!”
“Tapi…”
“Tapi, apa? Murtad juga haram, tahu! Udaaah, enggak usah dipikirin. Itu orang yang ente kasihani supaya bisa masuk surga bareng ente, hampir saban hari makan babi. Yang penting, ‘kan masuk surga juga!”
“Tapi…”
“Yah, ente kagak takut neraka, malah takut makan babi.”
“Huek! Huek! Huek!”
Qiqiqiqi
Sambil lari ke rest room, orang itu meracau tidak karuan. Di rest room, si Dimun memuntahkan semua isi perutnya hingga tak tersisa. Perutnya kembali keroncongan. Dengan wajah campur aduk antara kesal, sewot, dan gondok, si Dimun kembali ke meja hidang. Dilihatnya Kyai Adung sudah pergi. Iseng dia bertanya pada pelayan restoran.
“Mba, maaf, tadi menu yang dipesan orang kolot itu, apa saja, ya?”
“Orang yang kolot yang mana, ya?”
“Yang tadi makan bareng saya.”
“Oh itu. Sudah dibayar, Mas.”
“Maksud saya, menu daging yang tadi saya makan.”
“Ooh. Ayam rica-rica dan stik domba muda, Mas.”
Wot?”
Wkwkwkwkwkwkw…
Si Dimun melongo. Rupanya dia dikerjai Kyai Adung. Hatinya dongkol. Rupanya daging babi hanya tipuan Kyai Adung. Dalam hati si Dimun malu sendiri, kenapa dia ngotot bilang babi haram, sementara dia sendiri mau murtad.

Itulah sebagian cuplikan isi buku yang menggambarkan gaya Kyai Adung memberi pelajaran. Masih ada kisah lainnya yang kalau dibaca, pembaca akan dibuat mulai dari ketawa sampai introspeksi diri. Logika percakapannya memang masuk akal namun pada alur ceritanya sangat terasa fiktifnya. Yah, namanya juga dikemas dengan pendekatan Kyaikocakisme. Ada-ada saja tapi oke!

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca. 

Bilang Begini, Maksudnya Begitu


Judul                : Bilang Begini, Maksudnya Begitu
Pengarang        : Sapardi Djoko Damono
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
ISBN               : 978-602-03-1122-7

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana ;
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana ;
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Puisi diatas, seperti kita tahu adalah karangan dari Guru Besar UI, Bp. Sapardi Djoko Damono, yang dengan karyanya menjadi sebagian kita, yang walaupun bukan anak sastra, ikut menjadi mencintai suatu puisi. Kali ini, yang saya ingin bahas dan resume adalah buku beliau yang berjudul Bilang Begini, Maksudnya Begitu. Berbeda dengan bukunya yang lain, buku ini semacam ajakan dari beliau untuk mengapresiasi karya sastra dengan pengenalan akan sejumlah alat kebahasaan yang dimanfaatkan penyair untuk menyampaikan maksud yang mungkin saja sebenarnya adalah sebuah cerita, gagasan, sikap, atau mungkin amanat.
Gerimis bukan berarti hujan, bunga belum tentu berarti kembang dan karena puisi adalah hasil dari kemampuan penyair bermain kata-kata, tak semua orang serta-merta dapat mengartikannya secara harfiah. Buku setebal 138 halaman ini menjelaskan bermacam-macam arti dari karya sastra per kata, hasil dari beberapa penyair terkenal. Dengan cover yang menarik, malahan membuat buku ini menjadi lebih menarik lagi untuk dibeli, karena jujur saja saya beli karena covernya yang lucu dan berwarna-warni. Sayangnya, bagi bukan pecinta sastra, buku ini mungkin akan membuat bosan, karena di dalamnya hanya terdapat penjelasan dan tak ada cerita penghiburan sama sekali.
Di buku ini juga dijelaskan bermacam-macam bentuk puisi, seperti contohnya adalah Soneta, yang sampai sekarang masih tetap dipakai oleh penyair-penyair. Aturan utama dari Soneta adalah terdiri dari 14 larik, peraturan ini mutlak dan tak boleh dilanggar walaupun rimanya dalam setiap bait berubah-ubah, contohnya bait utama a-b-a-b, bait kedua b-a-b-a laliu bait ketiga c-c-c dan bait keempat juga c-c-c. Karya sastra juga menyediakan jawaban bagi berbagai persoalan yang kita hadapi dalam hidup, atas dasar kenyataan itulah pembaca menganggap bahwa amanat adalah suatu bagian dari karya sastra. 

Kalau Tuan pergi ke Kelang,
Sahaya antar sampai ke Linggi ;
Kalau Tuan menjadi Elang,
Sahaya menjadi kayu tinggi.

Apa maksud pantun diatas? Awalnya saya pikir  mungkin kalau sudah menjadi orang yang tinggi, kita tidak boleh sombong dan ternyata arti sebenarnya adalah hubungan cinta antara pria dan wanita yang diibaratkan dengan burung elang dan kayu tinggi. Pantun juga adalah sebuah tradisi lisan yang sekali diucapkan maknanya harus sampai kepada pendengar, bukan pembaca. Dari buku ini saya banyak mengerti apa maksud dari suatu karya sastra dan mendapat banyak kosakata bahasa Indonesia yang baik, intiya buku ini seperti panduan bagi kita, yang baru terjun mengagumi karya sastra. Sekian resume saya kali ini, semoga bermanfaat.

-Vanda Deosar-

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca. 

Road Map For Success

Menurut Maxwell, mendefinisikan sukses adalah tugas yang sulit. Sebagian besar orang ketika ditanya tentang sukses mereka akan menyamakannya dengan kekayaan, kebahagiaan, kekuasaan, jabatan, atau pencapaian lain dalam hidup. Well setiap manusia memang punya keunikan tersendiri termasuk dalam cara pandang terhadap sukses. Dengan gaya bahasanya yang lugas dan segar, Maxwell mengajak kita untuk memahami arti sukses yang sesungguhnya. Bahasanya yang lugas, penuh spirit, dan tak ada kesan menggurui membuat sayapun penasaran dengan setiap halaman yang ia tuliskan.

Kata Maxwell adalah keliru jika hanya menyamakan kesuksesan dengan pencapaian target duniawi seperti kekayaan, prestasi, kekuasaan, jabatan, atau kepemilikan terhadap sesuatu. Benar bahwa gambaran sukses itu berbeda setiap orang, namun selalu ada kesamaan bahwa setiap kesuksesan harus diraih melalui sebuah proses. Proses inilah yang akan menentukan seseorang meraih sukses atau tidak. Proses ini didasarkan atas dua prinsip baku yang harus dipegang teguh, yakni memahami gambaran yang benar tentang kesuksesan dan memegang prinsip yang benar untuk mencapainya.

Pertanyannya, seperti apa gambaran sukses yang benar? Ada tiga hal pokok dalam definisi sukses menurut Maxwell, yaitu tahu tujuan hidup, tumbuh untuk meraih potensi tertinggi, dan menebar manfaat untuk orang lain. Simpelnya bahwa sukses bukanlah hasil akhir tetapi proses perjalanan. Dengan memahami sukses sebagai sebuah proses maka kita tak perlu berjuang mati-matian untuk mencapai tujuan yang sulit dicapai. Just do the best. Jika kita fokus pada proses, bukan hal yang mustahil pula untuk meraih sukses setiap hari.

Mampu memahami tujuan hidup yang benar adalah tahap pertama untuk sukses. Menurut Maxwell bahwa tujuan hidup yang kita bangun harus selaras dengan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Bagi muslim, tujuan penciptaan manusia sudah sangat jelas : beribadah (adz-dzariyat: 56) dan menjadi khalifah (Al-Baqoroh: 30). Jika ibadah adalah hubungan vertikal kita dengan Allah, maka menjadi khalifah adalah hubungan horizontal kita dengan lingkungan dan sesama makhluk hidup. Ibadah tidak hanya dimaknai ritual shalat, puasa, zakat, haji. Makan, minum, tidur, kuliah, bekerja, membantu orang lain bukankah semua diniatkan untuk ibadah. Perbedaan niat ini yang kemudian akan berkorelasi dengan prinsip kedua, berproses dengan cara yang benar.

Kedua, mengoptimalkan potensi. Potensi ini terutama diarahkan untuk mencapai tujuan jangka pendek seperti studi, karir, atau yang lainnya. Menurut Maxwell, ada empat prinsip yang dapat membantu kita untuk memaksimalkan potensi, yaitu fokus pada satu tujuan utama, fokus untuk mengembangkan diri, lupakan masa lalu, dan fokus pada masa depan. Fokus pada satu tujuan utama bukan berarti kita tak harus punya mimpi yang lain. Sah saja selama kita bisa membagi peran dan prioritas. So, mari kita bersemangat untuk melakukan manajemen diri, buat target (planning), dan konsisten berproses.

Ketiga, menebar manfaat untuk orang lain. Kata Maxwell, poin ketiga inilah puncak kesuksesan. Sukses itu bukan tentang apa yang dicapai untuk diri sendiri, tetapi tentang apa yang dilakukan untuk orang lain. Contoh sederhana, artikel ini menjadi artikel yang gagal jika saya hanya mencari kepuasan pribadi dari menulis. Namun artikel ini bisa menjadi artikel yang sukses jika saya niatkan untuk menebar manfaat bagi orang lain. Karena saya niatkan agar berguna bagi orang lain, maka saya nulis sepenuh hati agar orang yang baca terinspirasi untuk melakukan. Beda niat sudah beda hasil akhir dan prosesnya kan. So, sejatinya hidup kita ini dibangun dari apa yang kita berikan kepada orang lain. Semakin banyak kita memberi kebaikan untuk orang lain, insyaAllah semakin banyak juga kebaikan yang menghampiri kita.

Bukanlah hidup namanya jika hanya ada jalanan yang lurus. Seringkali kita sudah membuat target tapi tak berjalan mulus sesuai rencana. Hasilnya mungkin kegagalan dan takut untuk mencoba lagi. Akhirnya berfikir lebih baik jadi orang yang biasa-biasa saja. Justeru kita akan temukan bahwa orang-orang sukses adalah manusia ekstraordinary, punya spirit dan kemampuan diatas rata-rata. Termasuk salah satunya kemampuan menghadapi rasa takut untuk mencoba sesuatu dan kegagalan.

Ada tiga alternatif untuk menangani rasa takut. Pertama, menjauhi sumber ketakutan, jika sumber ketakutan itu adalah orang, tempat, atau kondisi tertentu, ya jauhi semua itu. Kedua, menangani rasa takut dengan berharap rasa takut itu akan hilang sendirinya. Ketiga, hadapi dan atasi rasa takut itu. Dan cara ketiga ini adalah yang paling efektif. Sebuah penelitian di University Michigan menyimpulkan bahwa 60% ketakutan manusia itu tidak berasalan, 20% ketakutan berasal dari masa lalu, 10% ketakutan berasal dari hal-hal yang sangat remeh, dan 10% ketakutan berasal dari 4% atau 5% ketakutan yang pernah terjadi.

Gimana kalau gagal? Sayapun pernah merasa gagal sodara-sodara, sering malah haha. Salah satunya adalah ketika lulus kuliah januari kemarin (ah ini masih hangat banget). Target saya ketika itu adalah lanjut kuliah tapi tahun depannya. So saya punya waktu kosong setahun. Target saya waktu satu tahun itu adalah punya usaha sendiri. Disisi lain usaha butuh modal kan ya. Sementara tak banyak tabungan tersisa, kira-kira cukuplah untuk 3 bulan bertahan di yogya. Sejujurnya galau, takut untuk memulai, dan takut gagal. Kalau saya pakai uang sisa tabungan ini untuk modal usaha, terus gimana dengan kebutuhan pokok saya? Dan kalau gagal tabungan saya melayang semua. Akhirnya option lainnya pulang dan ngembangin usaha online dari rumah. Tapi terus saya kayak pengangguran dong, apalagi setahun bukan waktu sebentar.

Akhirnya, saya ajak teman untuk bisnis jilbab patungan, kami buat jilbab sendiri. Tapi apalah daya persaingan terlalu ketat jadilah cashflownya lama. Baru jalan sebulan, akhirnya kami menyerah padahal BEP aja belum. Rugilah pastinya, tabungan tersisa kurang dari 500rebu. Takut mulai lagi sebenarnya, tapi saya menguatkan diri kalau gak mau ambil resiko saat ini selamanya saya tidak akan mampu memulai. Doa yang saya kuatkan saat itu adalah salah satu doa yang ada di Al-Matsurat, yang intinya adalah jauhkan saya dari kekufuran dan kefakiran, dan dijauhkan dari kemalasan dan utang. Utang itu yang paling rawan saat kita tak beruang dan saya minta sama Allah agar dijauhkan dari utang. Sisa tabungan dan hasil jual kalung saya akhirnya saya pakai untuk modal usaha lain. Alhamdulillah bisnisnya saat ini sudah berjalan. Bahkan sampai kewalahan dengan pesanan. Dan disaat lagi muter otak buat tambahan modal, tak disangka teman menawarkan untuk tanam modal.

Kasus lain, barangkali kita pernah juga merasa salah memilih jurusan sesuatu seperti jurusan studi, pekerjaan, atau apapun. Kata Maxwell itu bisa juga penyebab kita merasa gagal. Cara efektif untuk mengatasinya adalah jadikan itu sebagai batu loncatan. Ambil sebanyak mungkin pengalaman dari sana sebagai persiapan untuk meraih mimpi yang kita inginkan.

Saya sudah membuktikan nasehat Maxwell, bahwa cara efektif untuk melawan ketakutan dan kegalalan adalah melawannya. Kegagalan itu jadi jadi pelajaran berharga untuk saya. Nilainya terlalu berharga untuk saya sesali, so saya tetap fokus ke depan. Kegagalan pada dasarnya adalah isyarat bagi kita untuk mengubah arah, barangkali ada yang salah dalam manajemen bisnis saya yang pertama sehingga gagal. Dan pengalaman ini cukup membuktikan bahwa ternyata saya termasuk risk taker, padahal saat kuliah ditanya dosen saya bilang saya tipe risk neutral hehe...

So, mulai sekarang mari kita miliki gambaran yang benar tentang kesuksesan. Bahwa kesuksesan adalah tentang apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain dengan cara dan prinsip yang benar. Dan itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang mampu menentukan tujuan hidupnya dengan benar.

Judul Buku       : Your Road Map For Success
Penulis              : John C. Maxwell
Penerbit           : MIC Publishing
Tebal                : 274 Halaman

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca. 

GAJAH MADA


Judul Buku                : Gajahmada
Penulis                      : Langit Kresna Hariadi
Penerbit                    : Tiga Serangkai
Jumlah halaman       : 592

Berawal dari rasa penasaran tentang siapa dan mengapa nama Gajahmada begitu populer, saya antusias berburu novel serial Gajahmada. Kresna Hariadi dengan sangat piawai menampilkan sosok politikus dan ambisius Gajahmada dalam novel ini. Menegangkan, bikin penasaran, dan selalu penuh kejutan. Kresna Hariadi mampu memadukan romantisme, kelucuan, emosi, dan konflik dengan sangat apik pada buku ini.
Serial Gajahmada 1 mengisahkan perjalanan karir Gajahmada pada titik nol. Seorang prajurit biasa yang baru diangkat menjadi Bekel, jabatan terendah dalam satuan keprajuritan Majapahit kala itu. Ia memimpin sebuah pasukan kecil bernama Bhayangkara. Pasukan ini sangat istimewa karena disaring dari orang-orang pilihan dan digembleng secara khusus sehingga masing-masing anggota punya kemampuan diatas rata-rata baik dalam kecerdasan, olah kanuragan (kemampuan bela diri), ataupun senjata (panah dan pisau).

Tugas pasukan Bhayangkara selain sebagai pengawal kerajaan adalah sebagai telik sandi (mata-mata), tak ada benteng musuh serapat apapun yang tak dapat ditembus oleh telik sandi Bhayangkara. Pasukan ini menjadi layer terakhir untuk menjaga keamanan raja dan keluarganya. Pasukan ini pula yang menjadi inspirasi dibentuknya Kopasus pada tubuh TNI. Strategi militer pasukan Bhayangkara banyak diadaptasi menjadi strategi militer saat ini.

Kerajaan Majapahit saat itu dipimpin oleh Kalagemet yang bergelar Sri Jayanegara, keturunan lelaki satu-satunya Raden Wijaya yang menjadi raja Majapahit sebelumnya. Petualangan Gajahmada dimulai saat suatu hari kabut tebal tiba-tiba menyelimuti Majapahit. Kemunculan bintang kemukus berekor panjang (meteor kali yah?) menambah suasana semakin ganjil dan mencekam. Suara burung gagak dan lolongan anjing yang terus menerus menambah suasana semakin mencekam. Beberapa orang sepuh yang awas paningal salah satunya adalah Arya Tadah, Mahapatih Majapahit saat itu, mempercayai hal itu sebagai pertanda buruk.

Kabut tebal dan badai bintang kemukus di malam hari pernah terjadi di masa lampau, sehari sebelum Ken Arok menyerbu Kediri saat menggulingkan Kertajaya. Suasana serupa juga pernah melanda kotaraja Singasari sebelum digempur oleh Jayakatwang. Di masa lampau, dua suasana aneh itu rupanya penanda akan terjadinya perang besar yang menelan banyak korban. Apakah ini juga penanda perang untuk Majapahit? Pertanyaannya, siapa yang berani melakukan makar mengingat saat itu Majapahit tak pernah ada konflik dengan pihak manapun.

Dalam kondisi malam yang mencekam itu Gajahmada didatangi oleh orang tak dikenal dengan nama sandi Bagaskara Manjer Kawuryan (matahari bersinar terang) memberikan informasi rahasia yang mengejutkan. Bahwa besok pagi akan ada pasukan pemberontak berkekuatan segelar sepapan yang akan menyerbu Majapahit untuk membunuh raja dan mengambil alih kerajaan (istilah sekarang kudeta). Untuk mengetahui pergerakan musuh, Gajahmada mencoba memilah setiap nama yang mungkin berpeluang sebagai pemberontak, tapi nihil, ia tak punya gambaran siapapun. Malam itu Gajahmada harus menemukan siapa dalangnya atau dia akan kehilangan Majapahit.

Dalam situasi ini terlihat betapa cerdas dan tangkas Gajahmada mengomando pasukan Bhayangkara dalam mengatasi situasi yang rumit dan sangat mendesak. Majapahit saat itu memiliki tiga kesatuan prajurit yang masing-masing berkekuatan segelar sepapan, yakni Jala Rananggana, Jalapati, dan Jalayuda. Hasil olah telik sandi Bhayangkara menemukan bahwa salah satu pasukan itu berada di pihak pemberontak. Gajahmada yang hanya berpangkat bekel, dengan bekal lencana kepatihan dari Mahapatih Arya Tadah dengan sigap malam itu juga melakukan diplomasi dengan dua kesatuan lain yang belum diketahui afiliasinya.

Rupanya hanya pasukan Jalapati yang dipimpin oleh Banyak Sora yang masih mendukung raja. Pasukan Jala Rananggana yang dipimpin Pujut Luntar sudah dipastikan pro pemberontak. Pasukan Jalayuda yang dipimpin Panji Watang bersikap netral tapi dibalik netral tersebut sungguh ada niat yang lebih keji untuk melibas siapapun yang menang dan menjadikan dirinya sebagai raja. Yang lebih mencengangkan adalah otak pemberontakan ternyata pejabat-pejabat yang baru saja diberi gelar kehormatan oleh raja. Mereka adalah para rakrian winehsuka yaitu Ra Kuti sebagai pemimpin, Ra Tanca, Ra Pangsa, Ra Banyak, Ra Yuyu, dan Ra Wedeng. Mereka adalah orang-orang yang tidak puas atas kepemimpinan raja dan haus kekuasaan. Sejarah telah membuktikan bahwa hanya pasukan militer yang berani melakukan kudeta. Kedua bahwa keserakahan manusia akan kekuasaan dan jabatan menjadi penyebab berbagai konflik politik bahkan peperangan.

Singkat cerita Ra Kuti, dkk, berhasil menguasai Majapahit yang menyebabkan Sri Jayanegara dan keluarga harus mengungsi dan nomaden untuk menghindari kejaran pasukan Ra Kuti yang terus memburunya. Dalam pelarian ini banyak kisah tragis tapi lucu menimpa raja karena raja yang terbiasa hidup mewah dan dilayani harus hidup ala prajurit Bhayangkara. Dalam pelarian, dengan menyembunyikan identitasnya, Sri Jayanegara berlindung di rumah-rumah penduduk di pelosok desa. Pengalaman itu membuatnya lebih tahu kondisi rakyat yang miskin dan berjanji untuk lebih memperhatian kesejahteraan rakyat kelak jika ia selamat.

Selama pelarian, raja hanya ditemani oleh Gajahmada, jasa inilah yang membuatnya kelak sangat dipercaya oleh keluarga kerajaan Majapahit. Awalnya, Gajahmada melibatkan pasukan Bhayangkara untuk melindungi raja saat pelarian. Namun rupanya ada dua pengkhianat diantara mereka sehingga beberapa kali raja hampir terbunuh saat bersembunyi. Gajahmada pun memutuskan hanya dia yang menemani raja saat pelarian.

Ra Kuti, si otak pemberontak, menerapkan sistem tangan besi saat berkuasa. Terjadi banyak perkosaan, perampasan harta, bahkan pembunuhan massal saat rakyat melakukan pepe (unjuk rasa) yang dilakukan oleh prajurit Ra Kuti. Siapapun yang berani menentang Ra Kuti dihukum gantung atau dipenjara. Rakyat secara nyata tidak suka terhadap Ra Kuti. Apalah artinya raja tanpa dukungan rakyat. Gajahmada dan pasukan Bhayangkara memanfaatkan kondisi itu untuk menghimpun kembali kekuatan rakyat dan pejabat yang masih pro raja.

Seperti kisah sejarah pada umumnya, dalam novel ini banyak sekali nama-nama tokoh dan gelar-gelar raja yang panjang-panjang dan sulit dieja. Di buku pertama ini saya kudu beberapa kali back to halaman sebelumnya untuk ngecek lagi tokoh ini siapa yah? Bahkan untuk nulis resume ini saya juga kudu ngecek lagi nama-namanya untuk menghindari kesalahan speeling. Trus ada beberapa istilah Jawa yang tak dijelaskan artinya ditulis italic seperti brubuh, nabastala, klebet, jigang, dampar, dll. Untuk buku Gajahmada 2 dan 3 tak terlalu banyak nama tokoh, kalaupun ada nama tokoh baru atau istilah baru diberi footnote sehingga tak harus back to previous page.

Semasa sekolah menengah, pelajaran sejarah bagi saya paling membosankan. Monoton, gak jelas alurnya, enggak banget terbawa arus emosi sejarahnya saat baca. Menulis ulang sejarah dalam bentuk novel akan menjadi inovasi unik dalam memahami sejarah. Kreshna Hariadi pun perlu riset bertahun-tahun untuk menyajikan inti cerita sehingga mendekati kejadian sebenarnya. Tentu ditambah bumbu fiksi yang membuat alurnya semakin gurih. Adalah Prapanca yang juga memiliki banyak nama, sang wartawan sejarah, penulis kitab Negarakertagama, melanglangbuana ke berbagai wilayah Nusantara untuk menuliskan berbagai kejadian yang ia lihat dan ia alami, termasuk salah satunya kesaksian tentang kisah Majapahit dan sepak terjang Gajahmada. Berkat kepiawaian dan kegigihan mereka dalam menulis sejarah, kita yang hidup di jaman sekarang, ratusan tahun melewati masa itu, bisa mengambil hikmah dari kisah masa lampau.

Finally, apakah Gajahmada berhasil merebut kembali kekuasaan dari tangan Ra Kuti? Siapakah prajurit Bhayangkara yang berkhianat? Siapakah Bagaskara Manjer Kawuryan, orang yang selalu hadir secara misterius dihadapan Gajahmada untuk mengabarkan sepak terjang musuh? Orang misterius ini pula yang mengabarkan adanya mata-mata di tubuh Bhayangkara. Perjalanan untuk menemukan tiga teka-teki tersebut menjadi kenikmatan tersendiri dalam melahap novel ini. Endingnya seperti saya bilang, sungguh tak terduga. Jika penasaran silahkan temukan sendiri dalam novelnya. Recomended bagi penyuka thriller dan atau literasi sejarah.

Yogyakarta, Maret 2016
-THW-

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca.