Minggu, 01 Maret 2015

Wawasan Kebangsaan Menuju NKRI Bersyariah



Judul buku                           : Wawasan Kebangsaan Menuju NKRI Bersyariah
Jumlah halaman                  : 288 Halaman
Penulis                                 : Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab
Penerbit                               : Suara Islam Press
Cetakan                               : Mei 2013



Buku ini saya beli karena penasaran seperti apa sih konsep berbangsa dan bernegara menurut pentolan utama FPI (Front Pembela Islam). Mendengar kata FPI pasti sebagian besar orang sudah terbentuk pemikiran stereotype. Tidak salah, tapi tiap orang juga punya kehendak untuk ikut stereotype arus utama itu atau tidak. Bagi saya, buku ini semacam tawaran menarik untuk melihat FPI atau sosok ketuanya dari sisi lain. Sisi yang mungkin malas digali oleh kebanyakan commenter di portal media online yang katanya representasi rakyat yang sudah cerdas itu.

Sepintas melihat daftar isi dan skimming buku tersebut, ternyata terminologi pemikiran dan konsep yang disampaikan tidak serta merta menggunakan terminologi timur tengah. Sangat berbeda dengan pemaparan konsep berbangsa dan bernegara yang disampaikan oleh harakah lain. Di buku ini kita akan menemukan terminologi yang familiar dengan konsep tata bernegara dan berbangsa yang sudah ada. Walaupun ada beberapa yang familiar, tapi jelas ada yang menjadi pembeda. Itulah yang menarik di buku ini. Kita akan menjumpai konsep memahami Pancasila sebagai salah satu pilar kebangsaan dan beberapa istilah lainnya.

Bukuinihadiruntukmenjawab phobia terhadapgerakan Islam. Habib memulainya dengan mengetengahkan sejarah bahwa nilai-nilai yang ada di Pancasila sesungguhnya diramu oleh pejuang kemerdekaan yang juga kebanyakan beragama Islam. Nilai-nilai ini juga sejalan dengan Islam. Lantas mengapa seakan Islam dan Pancasila dibeda-bedakan? Habib menjawab bahwa tokoh bangsa di negeri ini banyak yang salah menafsirkan. Pandangan Habib mengenai Pancasila dan Islam cukup menarik dibahas di buku ini.

Selain itu juga ada istilah yang cukup unik. Habib tidak menggunakan istilah kesetaraan gender karena dalam Islam tidak ada konsepsi semacam itu. Yang ada adalah keserasian gender, yang mengungkapkan bahwa sebenarnya konsep islam mengatur tentang gender telah sesuai berdasar pada identitas gender yang ada.

Lantas apa yang menjadi perwujuda ndari NKRI bersyariah ini. Sebagian dari kita akan berpikir bahwa penerapan syariat langsung terasosiasi pada aturan dan ketentuan. Namun fokus dari buku ini mengenai NKRI bersyariah ternyata terletak pada bagaimana mewujudkan Indonesia yang bebas korupsi, bagaimana mengimplementasikan interaksi masyarakat dalam bermusyawarah mufakat, bagaimana memperlakukan paham-paham temporer yang demikian massif zaman kini berdasar pada Islam sebagai konsepsi pemikiran yang sempurna. Buku ini seakan menertawai anggapan kebanyakan orang mengenai konsep penerapan syariah Islam dalam sebuah Negara.

Memang tidak bisa dipungkiri, dengan gayanya yang khas dan keras, Habib mengutarakan konsep tersebut dengan metode komparasi dan selalu berakhir pada metode ajakan. Apalagi di buku ini juga dicantumkan beberapa materi wawancara dari berbagai media dengan Habib. Tapi porsi sajian ini tidak terlalu banyak. Secara umum buku ini dibagi tiga bagian. Mengenai konsepsi bernegara, tujuan bernegara dan materi wawancara dengan media. Bagi yang tidak terlalu fanatic terhadap suatu paham atau aliran pemikiran, mungkin dua bagian awal di buku ini lebih bisa mencerahkan.



Deri IM1

2 komentar:

IFAN MUHAMAD SULAEMAN mengatakan...

mas beli bukunya dmna ya itu

Unknown mengatakan...

Yang tau jual buku ini minta informasinya