Minggu, 02 September 2018

Why Good Things Happen To Good People


Buku ini sudah ada sejak 2012, sekilas melihatnya, jadi tertarik. Apalagi setelah melihat ada di surat kabar dan kebetulan juga yang mengenalkan isi buku ini adalah dosen sendiri. Tapi ternyata tidak cukup hanya tertarik saja, harus ada tindakan. Dan tindakan itu ternyata baru kesampaian sekarang. Dan sepertinya tidak akan disampaikan secara menyeluruh, mungkin sebagian garis besar dari sebagian halaman yang terdiri dari 399 halaman ini.

Oke, sederhananya, buku ini berkutat dengan satu kata. Yupp, memberi. Sekilas kata memberi biasanya yang diketahui berdampingan dengan benda atau wujud. Namun, setelah membaca sebagian dari isi buku ini, seperti dikenalkan dengan dimensi memberi. Maksudnya, ruang luas tentang poin memberi.

Bahwasannya, memberi adalah kunci, kunci yang menghantarkan pada pintu-pintu kebaikan lain. Dan di sini, di buku lebih jelasnya. Sang penulis, Stephen Post, membaginya ke dalam sepuluh bagian dari memberi. Upss ditambah tiga, jadi ada tiga belas kategori dari pembagian memberi.

Mungkin sebagian dari teman-teman ada yang sudah mengenal dengan penulis satu ini, bahkan mendalam. Oke, sebelum masuk ke ranah memberi. Ada yang ingin diberitahukan bahwa di sampul buku, tepatnya di bawah nama penulis, tercatat kalimat Presiden Institute for Research on Unlimited Love. Asal tahu saja, sebelum menjadi besar seperti yang terjadi pada institusinya, dulu saat merekomendasikan pada teman-teman penulis untuk ikut bergabung bersamanya, semuanya menertawakan, atau tepatnya menyepelkan, memandang sebelah mata. Suatu hal yang mustahil, merupakan crazy thing dari ide konyol nya.

Namun, setelah dilakukan penelitian atau research secara berkala. Pembuktian akan unlimited love mulai menampakkan wujudnya, yakni tidak lain memberi. Salah satu penyokong dana dalam penelitian itu adalah Sir John Templeton, orang besar yang percaya akan gagasan penulis.

Alasan mengapa pada akhirnya jatuh pada buku ini adalah. Karena saya ingin sesuatu yang menggugah, yang membangkitkan semangat, yang menyentil kesadaran saya akan suatu hal. Dan sepertinya, buku ini sedikit berhasil menyentil kesadaran saya, atau alam bawah sadar saya? Tentang apa sih yang dapat kamu lakukan di waktu atau kesempatan kali ini?. Dan, baru saja dimulai, saya sudah mendapatkan apa itu memberi. Memberi pada hati sanubari saya tentang waktu yang masih dapat dilalui, dalam keadaan sehat walafiat, tak kurang suatu apapun, dapat mengerjakan pekerjaan di harinya. Yupp, saya memberi hati sanubari saya rasa syukur, rasa syukur kepada Sang Pencipta. Karena rasa syukur bagian dari memberi, seperti yang di bahas dalam buku tersebut.

Dengan bersyukur, maka saya dapat mengontrol 'keinginan' saya, emosi saya, nafsu saya pada lain-lain hal. Bahkan sebaliknya, dengan bersyukur, maka perasaan 'merasa cukup' menghinggapi, hingga yang ada adalah generalitas. Apa itu generalitas? Sedikit saya ketahui, kalau generalitas, kata dasarnya generasi, lanjutan.

Dari rasa syukur, kemudian merasa cukup, dan pada akhirnya melihat sesuatu hal jadi terasa indah, menggembirakan, menyenangkan. Sehingga apa? Menularkan pancaran dari rasa yang positif itu pada lingkungan sekitar, disadari maupun tidak. Karena keseluruhan lahiriah dan batin memancarkan rasa positif. Itulah mengapa hadir generalitas.

Baik, pertama-tama kita akan bertanya, apa yang dilakukan oleh institusi ini? Ternyata penulis sudah menyiapkan jawabannya, diantaranya; Pertama, mereka mendanai penelitian perintis tingkat tinggi dan empiris mengenai cinta tanpa pamrih dalam setiap aspek, mulai dari pertumbuhan manusia dan genetika, hingga psikologi dan sosiologi positif. Kedua, Mr. Rogers. Ia mengatakan kepada para orangtua terkait tragedi 11 Septem 2001. Bahwa perhatikan saja mereka yang menolong. Dan mungkin, menurut saya itu bisa jadi inspirasi penulis, bahkan sebagai tujuan dari institusinya.

Lalu sebagai tujuan terakhir adalah (begini kalimatnya) dalam pemberian diri, terjadi penemuan diri tanpa dicari. Dengan kata lain, saat memberi, kita menemukan diri kita yang sesungguhnya. H. 23

Berikan cinta, dan anda akan menemukan hidup dalam segala kekuatan, vitalitas, kebahagiaan, dan keriangannya. Dalam kemurahan hati terdapat penyembuhan dan kesehatan. H.25

Basic pendidikan penulis adalah kedokteran, jelas ya,, hal ini berkaitan dengan kesehatan.

Jika penulis baru menemukan itu, maka Rasulullah saw., sudah meneladankan sekaligus mempraktekannya beratus-ratus abad lamanya. Sejatinya, hal itu ada dalam keseharian para pemeluknya, bahkan mungkin mendarah daging, walau teramat sangat sulit pada kenyataannya untuk dilakukan dan sangat jarang terlihat. Walau tidak berarti tidak ada.

Jika dikaitkan dengan IM, bisa jadi group ini merupakan bagian yang disebutkan oleh penulis dalam bukunya. Tentu terkait memberi-nya. Motivasi, power atau semangat membaca dan menulis, influencer bagi yang lain. Intinya bermanfaat. Bahkan mungkin para founding father-nya (biar ketjeh) ikut mengalir pahala pada mereka.

Seperti kisah Maggie, seorang ahli terapi pijat dari Newport, Washington. (H.38) bagaimana dia merayakan dengan caranya sendiri. Yupp, dia mendonasikan sumsum tulang belakang kepada seorang anak berusia dua belas tahun, Michael. Yang dia tidak mengenal anak itu sebelumnya, tinggal jauh dari kediamannya, dan segala hal asing. Ketika suaminya mengidap melanoma ganas, dan beruntungnya dapat sembuh total. Itulah yang dilakukan Maggie untuk merayakannya. Memberi.

Dan setelah mendonorkan sumsum tulang belakang miliknya pada Michael. Tentu cocok, karena sudah melalui tahap uji lab. Ia di undang ke rumah kediaman Michael. Dan ternyata ia disambut banyak orang, orang-orang berbeda. Pelatih bola basket Michael salah satunya, yang menghampiri dan memeluknya dengan berkata 'Anda tidak tahu betapa besarnya kehilangan yang akan dirasakan komunitas ini jika Michael tidak ada di sini .... Anda tidak tahu'.

Ternyata bukan hanya kebahagiaan saat bisa mendonorkan saja, tetapi jauh dari itu semua, bahwa orang yang ditolongnya adalah orang yang sangat berpengaruh dikomunitasnya. Betapa kebahagiaan itu sangat melimpah ruah. Kini bukan serasa berkunjung ke kediaman orang melainkan serasa bersama keluarga. Itulah yang dirasakan oleh Maggie dalam pengalamannya memberi dan mengeneralivitas.

Sebenarnya sangat banyak hal menarik lainnya, terutama yang menginspirasi, menyetrum alam bawah sadar. Namun, alangkah lebih baik bagaimana mengetahui, menelusuri lebih jauh dengan membaca dan mengetahui langsung dari bukunya. Terima kasih. 🏻

Penulis                         : Stephen Post, Ph.D.
Penerjemah                  : Winny Prasetyowati
Penerbit, th. Terbit       : Kaifa (PT. Mizan Pustaka), cet-1, Juli., 2011
Hal                               : 399 hal.
ISBN                            : 978-979-8994-47-7

-          -  Isaimamiq -

0 komentar: