Resume 2: Indonesia Membaca
Oleh: Try Antika
Oleh: Try Antika
Judul : Api Tauhid
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika Penerbit
Tebal Buku : 574hal
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika Penerbit
Tebal Buku : 574hal
Api
Tauhid. Sebuah novel bergenre sejarah
novel kedua yang saya baca setelah tetralogi Pramoedya Ananta Toer, yakni
Bumi Manusia, dkk. Novel karangan Kang
Abik - begitu sapaan hangat Habiburrahman
El Shirazy- ini hadir dalam suasana yang berbeda dari pada novel-novel
sebelumnya, seperti Ayat-Ayat Cinta, Dalam Mihrab Cinta, Ketika Cinta
Bertasbih, dll, tapi masih memberikan khas sebuah novel karangan Kang Abik,
yakni mengisahkan sebuah cerita dengan kultur pondok pesantren didalamnya.
Sejatinya
sebuah novel sejarah, kisah perjalanan cinta dua umat manusia selalu menjadi
bumbu khas yang membarenginya. Begitu pula di dalam novel Kang Abik ini. Kisah
perjalanan cinta seorang laki-laki desa asal Tegalrandu, Lumajang yang syarat
akan pelajaran, Fahmi, menjadi cerita penghantar dalam novel sejarah ini. Akan
tetapi dalam resume saya kali ini, cerita perjalanan cinta Fahmi bukanlah yang
menjadi topik bahasansaya, melainkan perjuangan syiar Badiuzzaman Said Nursi
dalam mempertahankan Islam di Era Turki Ustmani-lah yang menjadi cerita resume
saya kali ini.
Secara
utama, novel ini dominan mengisahkan tentang sejarah kejayaan islam Era Turki
Utsmani melalui sosok Thalabul Ilmi
yang luar biasa dari sebuah desa kecil bernama Nurs, Kurdistan, yang
selanjutnya akan digelari dengan “Keajaiban Zamannya” atau “Badiuzzaman”, ialah
Badiuzzaman Said Nursi.Gelar ini ia terima dari para Ulama karena kemampuannya
dalam mempelajari kitab-kitab tebal dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan ia
mampu menghafal kitab-kitab beserta pemaknaannya dalam sekali baca saja.
Perjuangan
Badiuzzaman Said Nursi dalam mempertahankan syariat islam sebagai landasan
bergerak seorang manusia dalam novel ini dibagi menjadi tiga, atau dalam novel
ini disebutkan sebagai Said Lama, Said Baru, dan Said Ketiga.
Said Lama adalah Said yang memperjuangkan sistem pendidikan dengan kurikulum
Tuhan, yakni simak QS. Al Baqarah: 129 dan 151, QS. Ali Imran: 164, dan QS. Al
Jumu’ah: 2, dimana sistem pendidikan yang mengandung tiga aspek penting, yakni
pendidikanyang mengajarkan ilmu-ilmu modern, dengan penyempurnaan ilmu-ilmu
agama, dan penerapan akhlak tasawuf untuk perbaikan akhlak manusia. Melalui
sistem pendidikan yang diperjuangkan Said Nursi ini, ia yakin umat ini akan
maju dan merebut kembali kejayaannya.
Dalam
perjalanan pelajaran Badiuzzaman Said Nursi, kemudian lahirlah Said Baru. Saat itu, Said Nursi merasa ilmu dengan puluhan kitab yang telah
ia baca dan hafal diluar kepala belumlah cukup untuk menghadapi bahaya besar
yang akan datang nantinya melanda umat ini. Said Nursi merasa membutuhkan
kekuatan yang lebih. Akhirnya, Said Nursi memutuskan untuk melakukan perjalanan
gunamenyendiri, bertafakkur, dan menyepi di sebuah rumah kayu tua di daerah
Sariyer, sisi Eropa Istanbul. Disana ia mendapatkan salinan kitab karya Syaikh
Abdul Qadir Al Jilani, yang berjudul Futuhul
Ghaib, lalu mempelajarinya. Kemudian mempelajari pula kitab Maktubat karya Syaikh Ahmad Sirhindi.
Melalui kitab Maktubat inilah,
seorang Said Baru lahir. Terdapat kalimat yang sangat menyentak Said Nursi saat
itu, yakni “Pilihlah satu kiblat saja!”. Said Nursi berpikir keras, kemudian
langsung terilhami bahwa satu-satunya kiblat yang sejati adalah Al-Qur’an.
Menjadilah Said Baru, yakni Said Nursi yang mulai bergerak belajar,
mengajarkan, dan berjuang melawan kelaliman rezim sekuler dan mewujudkan kejayaan
islam kembali dengan senjatanya yakni Al-Qur’an. Said Baru adalah Said yang
fokus dalam Al Qur’an dan menjauhi urusan yang bersifat fana dan duniawi,
termasuk urusan politik pemerintahan yang pada Said Lama menjadi salah satu
tunggangan dalam mewujudkan gagasan-gagasan perbaikannya. Sehingga pada Said Baru
inilah keluar kalimat yang sangat terkenal, yakni “A’udzubullahi minasy
syaithan was siyasah.” Aku berlindung kepada Allah dari setan dan politik.
Selain itu, pada Said Baru ini pula,Risalah
Nur, kitab Said Nursi yang paling fenomenal dan menjadi rujukan para Thalabul Nurmulai ditulis.
Selanjutnya,
hadirnya Adnan Menderes dengan Partai Demokrat yang menjadi tandingan Partai
Mustafa Kemal Ataturk membawa angin segar dalam perjuangan Said Nursi. Adnan Menderes
berjanji jika ia menang dalam politik ini, maka ia akan mengembalikan
sendi-sendi Islam semampu yang dia bisa lakukan, dan akan mengizinkan publikasi
Risalah Nur secara legal. Kepemimpinan
Adnan Menderes menjadi sejarah lahirnya Said
Ketiga, yakni Said Nursi yang kembali melibatkan dirinya dalam politik.
Adalah politik yang bersih yang ia jadikan sebagai tunggangan dalam
menyampaikan ajaran agama Allah yang juga harus terus dijaga kebersihannya.
Begitulah
jihad Said Nursi, Sang Badiuzzaman. Ia adalah Pembelajar yang Baik, Pendengar
yang Baik, Penasehat yang Baik, Pendakwah yang Baik. Ia adalah Pejuang Tauhid Ulung.
Mempertahankan kobaran api tauhid agar tetap menyala dimanapun kakinya berpijak
disaat banyak rezim sekuler yang terus dengan ego dan sombongnya berusaha untuk
memadamkan api tauhid tersebut. Berjihad dalam setiap kemungkinan alat yang
bisa ia gunakan, lisannya, penanya, maupun jism-nya.
Tak ragu-ragu ia turut turun pula dalam perang melawan rezim sekuler dibawah
perintah Mustafa Kemal Ataturk. Berpindah dari penjara ke penjara selama kurang
lebih 25 tahun tidak sedikitpun melunturkan semangat jihadnya. Ialah Keajaiban
Zamannya. Badiuzzaman Said Nursi. Semoga Allah
merahmatinya. Aamin.
Oleh: T2. IM3
0 komentar:
Posting Komentar