Judul : Ayah ada, ayah tiada
Penulis : Irwan Rinaldi
Jenis : Kumpulan puisi
Penerbit : AyahPres
Tahun
terbit : 2011
Tidak
kurang dari satu jam untuk menamatkan buku ini, tapi butuh berjam-jam hingga
berhari-hari untuk dapat memahami makna dari kumpulan puisi yang ditulis
seorang ayah yang sehari-hari memang aktif berkegiatan di
bidang keAyahan.
Buku
ini seolah mewakili suara hati anak-anak tentang peran ayah dalam
kesehariannya.
“Ayah, aku selalu rindu,
Tapi mungkin kau tak
tahu,
Tak menyadari dan tak
Memahaminya....”
Masih
ada jutaan anak di negeri ini, yang berayah secara fisik, namun tak berayah
secara psikologis. Setiap kata yang tertuang dalam suara hati anak-anak dalam
buku ini, adalah kerinduan mereka tentang ayahnya.
Ayah,
lebih dari para pencari nafkah. Ayah, sepatutnya “hidup” dalam setiap detik
waktu yang dilalui anak-anak, pagi, siang, dan malam, tak tergantikan.
Kehadiran ayah seutuhnya dimasa kanak, akan menjadi salah satu penentu masa
depan mereka.
Seperti
potongan bait dalam puisi berjudul “kehilangan”
“Aku kehilangan,
Tapi tak tahu apa yang
hilang
Aku kehilangan
di setiap berangkat
sekolah....”
Barangkali
ini adalah salah satu puncak episode suara hati anak-anak terhadap peran
ayahnya. Puncak kehampaan dalam hidup mereka selama dua puluh empat jam.
Berayah ada berayah tiada. Anak-anak berpamitan kepada ayahnya secara khusu’
karena anak-anak tahu persis bahwa mereka akan berpisah dengan ayahya
berjam-jam lamanya.
Namun
sayangnya, prosesi perpisahan pagi hari bagi para sebagian ayah bukanlah moment
penting. Ketika bersalaman atau berpamitan, kadang sang ayah hanya sekedar
memberikan tangan saja tanpa memberikanpandangan mata. Kadang para ayah sambil
memainkan telepon genggam, membaca koran dan sejenisnya. Sehingga anak-anak
hanya mendapatkan ayahnya secara fisik tapi tidak ada secara psikologis.
Seringkali
para ayah tidak tahu seperti apa komunikasi yang dipakai ketika bersama
anak-anak di pagi hari. Kesibukan dan dikejar-kejar waktu membuat para ayah
menjadikan kebersamaan dengan anak-anak di pagi hari berlangsung seperti bursa
efek. Semua bicara semua bergerak tapi tidak saling menyambung.
Pertemuan
singkat dengan anak anak tidak ‘disambi’ dengan kegiatan lain seperti terima
telepon atau sejenisnya. Hindari membuat komunikasi yang menyudutkan, mencerca,
menjebak dan lainnya.
NB:
Untuk para ayah dan calon ayah, peran dan tokoh keayaahan diluar rumah dan luar
sekolah sekarang ini menjadi sesuatu yang langka. Orang-orang dewasa serta
fasilitas umum biasanya tidak banyak berpihak kepada anak-anak. Namun pasti
ada keadaan atau momen yang masih
berkesan bagi anak-anak. Momen tersebut tidak akan bermakna andai ayah tidak
melakukan sharing dengan anak-anak. Hal ini bisa dilakukan ketika pulang kerja,
makan malam, kerjakan PR bersama atau menjelang tidur... Semoga menginspirasi J
Bogor,
26 Januari 2015
Nurjanah
Indonesia
Membaca 3
0 komentar:
Posting Komentar