RESUME
Judul :
Bibir Tersenyum Hati Menangis: Seberapa Munafikkah Aku Ini? (Bagian II)
Penulis :
Muhammad Muhyidin
Penerbit :
Diva Press
Melanjutkan
resume saya bulan lalu, bulan ini akan coba saya uraikan isi Bab 4 sampai 7. Empat
bab ini membahas mengenai hasrat (mewaspadai mesin yang merusak hidup Anda),
falsafah basa-basi (menimbang kekuatan yang membangun dan merusak diri),
kekuatan prinsip (saatnya keluar dari kungkungan kejahilan), dan senyumnya
bibir senyumnya hati (pilihan hidup yang semestinya terjadi).
Pada
dasarnya, tidak ada satupun manusia yang dapat terlepas dari hasrat. Setiap
keinginan adalah cermin dari hasrat. Hasrat memiliki potensi untuk membangun
kehidupan maupun merusak kehidupan tergantung bagaimana manusia menyikapi
hasrat tersebut. Kuncinya ada pada, apakah kita dapat menguasai hasrat atau
justru dikuasai hasrat. Agar kita tidak kalah dan dikuasai hasrat, maka kita
harus dapat mengendalikan hasrat. Pengendalian hasrat bertujuan agar hasrat
tidak menjadi liar dan bisa tersalurkan secara positif. Penulis mengajarkan
untuk menguasai hasrat dengan suatu formula sederhana, yaitu “makanlah selagi
Anda lapar dan minumlah selagi Anda haus”. Maksudnya, saat kita merasa hasrat
untuk memiliki lebih, maka ingatlah formula itu. Bedakan mana keinginan mana
kebutuhan. Manusia memang tak pernah puas. Tapi, manusia juga seharusnya
memiliki kendali penuh terhadap hasratnya.
Hal
lain yang sebenarnya kurang dikehendaki namun sepertinya sudah menjadi budaya
adalah basa-basi. Tidak jarang basa-basi ini membawa bencana karena sifat
ke-tidakenakhati-an. Basa-basi jika memang dilakukan dengan tulus, maka tidak
akan menjadi masalah, namun kebanyakan basa-basi hanya dilakukan untuk sekedar
ramah tamah dan ketika lawan yang diajak berbasa-basi menganggapnya serius, si
pemberi basa-basi akan merengut tanda tidak ikhlas. Basa-basi seperti inilah
yang berbahaya. Jika ingin terhindar dari jebakan basa-basi ini, kita harus
memilih untuk selalu ikhlas dalam berbasa-basi, bukan mulut manis belaka, atau
sekalian tidak usah berbasa-basi jika takut tidak bisa menanggung akibatnya.
Agar
kita tidak terjebak oleh apapun mengenai kerumitan hidup termasuk hasrat yang
sulit dikendalikan maupun sikap basa-basi yang dipaksakan, maka ada baiknya
kita harus memiliki prinsip hidup. Orang-orang yang tiada berprinsip pada
umumnya akan mudah sekali mengeluhkan kejadian-kejadian yang terjadi dalam
hidupnya. Hidup akan selalu mengombang-ambingkan kita jika kita tidak memiliki
prinsip hidup. Orang yang tidak memiliki prinsip selalu menyalahkan keadaan
luar atas kegagalan dan kegetiran yang dialaminya. Sedangkan orang yang
memiliki prinsip akan menyambut kegagalan dan kegetiran dengan sama bahagianya
ketika menyambut keberhasilan dan manisnya kehidupan.
Bagaimana
agar senyumnya bibir juga merupakan senyumnya hati? Maka, “don’t curse the
darkness, light the candle.” Bila kegiatan “menyalakan lilin” jauh lebih banyak
dibandingkan “mengutuk kegelapan”, jangan pernah khawatir dengan kehidupan.
Kesehatan, hidup yang cukup, rezeki, kerukunan, kearifan dan hal sejenis akan
mengalir sejalan dengan semakin banyaknya kegiatan “menyalakan lilin”
Yogyakarta,
5 Februari 2015
ttd.
Dyah
Ayu Widyastuti/IM1
0 komentar:
Posting Komentar