Judul :
Yoyoh Yusroh Mutiara yang Telah Tiada
Penulis : TIM GIP
Penerbit : Gema Insani
Tebal
Halaman : 208 Halaman
Tidak banyak perempuan yang mampu
mengelola dengan baik, antara tugasnya di rumah (sebagai seorang isteri dan
seorang ibu) degnan tugasnya di ruang publik.
Kemampuan mengelolah itu didukung oleh
orang-orang yang berada dibelakang perempuan berprestasi itu.
Buku ini merupakan biografi Ummi Yoyoh
Yusroh, seorang perempuan yang dikarunia 13 anak, dalam aktivitasnya bersama
keluarga dan aktiivitas dakwahnya di masyarakat. Bak mutiara, kisah Ummi ini
sangat berharga untuk diteladani. Semoga akan hadir mutiara-mutiara yang mampu
meneruskan perjuangan Ummi, selamat jalan, Ummi....
Buku yang begitu menarik untuk dibaca. Membangunkan
emosi pembaca yang mungkin selama ini tertutup oleh bacaan yang monoton. Buku
ini menjadikan emosi kita beraneka warna layaknya pelangi. Jangan salahkan saya
jika membaca buku ini Anda akan meneteskan air mata dengan spontan, jangan
salahkan saya jika Anda tiba-tiba tersenyum sendiri dan jangan salahkan saya
jika Anda tertabrak kereta karena terhipnotis oleh dasyatnya perjalanan kisah
dalam buku ini, (jadi jangan baca di rel kereta api yaaa, hehehe)
Buku yang berisi kisah perjuangan seorang mahasiswi,
seorang isteri, seorang seorang Ummi (Ibu), seorang wakil rakyat yang bak
mutiara. “Setiap amanah yang diembankan, beliau menjalankannya ‘sampai titik
darah penghabisan’. Bunda Yoyoh adalah cucran air mata air yang bening.
Berparasdan berpostur biasa, namun kekuatan hati beliau dan kemampuan
menejerial serta keunggulan dalam aklnya, menjadikan Almarhumah pantas
menjalani sebagian besar hidup sebagai pemimpin. (Hj. Neno Warisman)
Kita mulai perjalanan penerawangan kitapada buku ini
dimulai dari kisah kanak-kanak tokoh
Bagian I
Belaian Isalam Sejak Kecil
“sejak
usia 4 tahun dia (Ummi) sudah hafal Tabarak (surah Al-Mulk)” (Ibunda_Hj. Amina)
Lahir
Selasa, 14 November 1962 di Batuceper, Tanggerang, Yoyoh Yusroh adalah anak
ke-4 dari 10 bersaudara dari pasangan alm.H.Abdussomad dan Hj. Aminah.
Petualangan
Ummi sejak kecil dimulai ketika ayahada mengajaknya untuk mengisi pengajian
pada hari-hari besar umat Islam dari surau ke surau, masjid ke masjid. Ayahanda
Ummi juga membiasakannya untuk tampil di depan orang banyak. Beliau banyak
melatih Ummi berpidato dengan teks terjemahan dari Arab Melayu sejak Ummi umur
5 tahun. Sang ayah mengajarkan Ummi membaca kitab-kitab Arab gundul itu sedari
kecil. Dari sinilah timbul kecintaannya untuk membaca. Yang mengesankan adalah
Ummi mampu 6 kali khatam Qurr’an saat Ramdhan. Ibu Ummi (biasa dipanggil Emak)
sangat menekankan kepada anak-anaknya untuk
gemar dan cinta membaca Al –Qur’an. Pada usia SD Ummi sudah hafal surah
Al-Mulk, Yaasiin, Al-Kahfi dan Al-Waaqi’ah.
Bagian II
Pejuang Gerakan Jilbab
“Beliau
merupakan orang yang paling gigih memperjuangkan hak Muslimah saat terjadi
pelarangan pemakaain jilbab” (Ramian Sorad)
Setelah
lulus dari Pendidkan Guru Agama Negeri Pertama di Tanggerang, Ummi melanjutkan
sekolahnya di Pendidikan Guru Agama Atas di Pondok Pinang di Jakarta. Setelah
tamat Ummi melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah di Fakultas Adab
Jurusan Sejarah (atas saran pamannya). Pada awal-awal semester masa berkuliah
Ummi menjadi pionir terjadinya gerakan. Dalam waktu semalam Ummi dapat
menggerakkan sekitar 300 orang dari pelajar-pelajar sekolah Islam untuk mendemo
Mendiknas pada waktu itu agar menarik larangan berjilbab bagi Muslimah di
sekolah-sekolah umum. Setelah pergerakan itu akhirnya pemerintah melunak dan
membolehkan para Muslimah memakai jilbab. Padahal masa itu wanita-wanita yang
kuliah di IAIN sana tidaklah memakai jilbab, kerudung pun tidak.
Bagian III
Hari-hari Menuju Pernikahan
“sebelum
saya, sudah ada 35 orang yang melamar Ummi” (Budi Darmawan, suami Almarhumah)
Suatu
waktu ayah Ummi datang memberitahukan bahwa ada seorang yang akan datang
melamar Ummi tiga hari yang akan datang. Orang itu sangat tersohor
dikampungnaya, apalagi orang tersebut baru saja menjual tanah berhektar-hektar
yang kini menjadi bandara Soeta. Ummi ingin menolak lamaran itu karena sangsi
dengan semangat dakwah sang pelamar. Orangtau pun menantang apabila menolak
Ummi harus menyiapkan calon lain.
Di salah satu sudut Jakrta, seorang pemuda
bernama Budi Darmawan masih merupakan mahasiswa jurasan Psikologi UI, yang
merupakan 13 mahasiswa dari 111 orang yang berkuliah di sana, sisanya
mahasisswi. Kala itu Abi sedagn giat-giatnya tertarik untuk belajar Islam lebih
dalam. Semangat belajar dan mempraktikkan syariat Islam kala itu terbentur
dengan kondisi kampus. Abi menceritakan kegelisahannya itu kepada sahabatnya
yaitu Suharna Surpranata, Zainal Muttaqien da Almarhum Rujib.
Tepat
sehari menjelang pemuda dari Desa Batuceper melamar Ummi, Ummi mendapat kabar
dari ustad bahwa ada lelaki yang siap melamarnya. Ummi memberitahukan kepada
keluarga. Kontan keluraga Ummi panik kareana waktu begitu sempit untuk
mempersiapkan diri menjamu tamu. Akhirnya datanglah yang ditunggu. Satu masalah
selesai.
Bagian IV
Biduk Pernikahan
“perselisihan yang bagi orang lain butuh
waktu 3 hari, menjadi urusan yang bisa selesai hanyaa 5 menit” (Budi Darmawan,
suami Almarhumah)
Begitu
menikah Ummi dan Abi tinggal di Pramukasari, Jakarta Pusat. Tinggal disebuah
rumah kontrakan denga sewa 300ribu. Ummi tak pernah mengeluh apalagi meratap,
Ummi hanya punya rasa syukur dari ssekian banyak kesulitan dari biduk rumah
tangga. Ummi dan Abi mempunyai strategi tersendiri dalam menanggulangi “gejolak”
dari keluarga masing-masing. Ummi menjadi juru bicaara Abi terhadap keluarga
Ummi dan Abi menjadi juru bicara Ummi terhadap keluarga Abi.
Suatu
ketika satu keluarga non-muslim akhirnya memutuskan pindah dari linkungan Ummi
tinggal. Dia tidak ingin berlama-lama menajdi tetangga Umii. Bukan karena Ummi
usil atau tagnan Ummi yang jahil. Dia juga
pindah bukan karena berselisih dengan keluarga Ummi. Mereka pindah
karena kebaikan Ummi, mereka memandang harus menyyelamatkan aqidah agamnya.
Kebaikan Ummi sperti “menembus” jaring pertahanan keyakinan keluarga non-Muslim
tersebut.
Di
sisi Lin keteladanan Ummi, suatu ketika di musim kampanye sang sopir
menyarankan Ummi untuk istirahat. Ummi malah menjawab santun “kita berjuan buat
umat. Berjuang capek-capek, nanti istirahat di surga. Makanya tidurnya sedikit.”
Ummi
selalu mengucapkan salam pada tanaman di sekitar rumahnya “Assalamu’alaikum
melati,, mudah-mudahan kamu bunganya lebat, ya”. Ternyata betul. Dalam tempo
satu atau dua bulan pohon melari berbunga amat banyak.
Bagian
V
Pola Mendidik
Anak
“pendidik harus dilakukan sedini mungkin. Sewaktu di
dalam kandungan pendengaran seorang bayi sudah dapat berfungsi. Seorang wanita
yang sedang hamil hendaknya membaca ayat-ayat Al Qur’an”(Ummi/Yoyoh Yusroh)
-
Sejak dalm kandungan
Ummi sudah membuka akses Al-Qur’an kepada anak-anaknya. Sambil mengelus-ngelus
perut yang sedang mengandung Ummi membacakan Al Qur’an
-
Setelah usia 6-8 bulan
Ummi mengenalkan huruf latin dan huruf
Arab. Salah satu cara Ummi adalah mengganati kata Ci-luk-ba dengan Alif-Ba
-
Membangunkan anak-anak
untuk sahur puasa sunnah dengan lembut. Ummi menghindari cara seperti
memerrcikan air ke muka dan cara kasar lainnya. Tidak heran ketika anak berusia
3,5 tahun sudah terbiasa melakukan puasa
Ramadhan.
-
Ummi sering mengajak
anak-anaknya wisata pada malam hari, yaitu untuk menunaikan shalat malam
-
Ummi mengajak anak-anak
untuk belajar i’tikaf selama sepuluh hari terkahir Ramadhan
-
Setiap tahun Ummi punya
program untuk mengajak semua anaknya umrah bergantian. (sebagai liburannya)
-
Menjadikan model
langsung
-
Memilih sekolah
berbasis Qur’an seperti pesantren dan Sekolah Islam Terpadu
-
Ummi menceritakan kisah
orang-orang sukses yang mana mereka melawatinya dengan kerja keras.
-
Ummi mengembangkan
teknik dialogis. Anak – anak diajarkan untuk mengajukan proposal kepada Ummi
jika ingin memiliki sesuatu semisal televisi atau telpon seluler. Isi proposal
adalah manfaat memilikinya dan apa mudharatnya.
Bagian VI
Personal-Sosial-Politik
Ummi
Yoyoh dengan mottonya “menjadi agen rahmatan lilalamin” secara
personal ummi Yoyoh memiliki target menyelesaikan tilawah Qur’an 3 – 5 Juz
setiap harinya. Dalam kondisi sibuk ummi target beliau adalah khatam tiga juz.
Jika dalam kondisi yang tidak sibuk ummi khatam lima juz. Selain menjaga
tilawahnya, ummi juga pandai menjaga kesehatnnya. Ummi menghindari makanan yang
mengandung Monosodium Glutamat (MSG) dan memilih makakan yang biasa Rasulullah
makan,seperti daging kambing, susu kambing, buah tin dan buah zaitun. Ummi
dikenal sebagai figur yang tak mudah lelah, selain makan-makanan yang sehat
ummi juga selalu mengkonsumsi hababatussauda. Olahraga ala ummi yaitu dengan
memilih berjalan kaki dan memilih menaiki anak tangga ketimbang naik lift
ketika berada di gedung DPR.
Secara
sosial, ummi adalah pribadi yang ringan tangan suka menolong orang-orang
disekitarnya. Meskipun orang tersebut tak meminta pertolongan namun ummi selalu
bisa membaca situasi dan kondisi orang lain. Ummi yang terkenal dengan sifatnya
suka menolong sampai-sampai beliau
pernah memberikan hartanya yang paling berharga dari pernikahannya. Ummi juga
figur yang sabar, figur pemaaf, tiada
dendam, bersungguh-sungguh, teman andalan dan sayang keluarga.
Dalam
dunia politik, ketika ummi diberi amanah di DPD Partai Keadilan Sosial, ummi
selalu menjaga hubungan yang baik dengan siapa pun menjadi modal sehingga Ummi
tidak memiliki musuh dalam berpolitik. Ummi tiga kali berada di DPR RI dalam
komisi yang berbeda diantaranya: Ummi pernah berada di komisi I (Bidang
pertahanan, intelijen, luar negri, serta komunikasi dan informatika). Periode
selanjutnya, Ummi berada di komisi VII (Bidang enrgi SDM, riset dan teknologi
serta lingkungan hidup). Di akahir periode, ummi fokus dengan ruang lingkup
kerja dibidang agama, sosial dan pemberdayaan perempuan yang berada dikomisi
VIII.
Kiprah
ummi sebagai anggota dewan, ummi menjalankan tugasnya di DPR tidak serta merta
memakai fasilitas yang diberikan untuk anggota dewan. Misalnya, ketika
melakukan kunjungan terhadap jamaah haji, ummi tidak sungkan untuk menginap
bersama jamaah haji lainnya. Ummi tidak menginap di penginapan mewah yang telah
disediakan. Hingga suatu waktu ummi berkumpul dengan jamaah haji lainnya pernah
diusir petugas karena bukan bagian dari jamaah. Itu terjadi dua kali. Ummi juga
memperjuangkan TNI berjilbab, UU Pornografi dan UU PKDRT dengan segala perjuangannya
ummi pun memperoleh hasil yang manis.
0 komentar:
Posting Komentar