Penulis : Jenny Gichara
Penerbit : Elex Media komputindo
Cetakan : Pertama
Tahun : 2012
Halaman : 298 halaman
“ Selamat datang di kelas sehat, nyaman dan
berprestasi!”; “Sekolah bilingual dengan kurikulum internasional”; “sekolah
trilingual dengan ajaran kerohanian yang kuat”; “Sekolah internasional dengan
pembelajaran active learning”; “sekolah nasional plus dengan kompetensi
internasional”; “sekolah transformasi dengan jiwa enterpreneurship”.
Itulah sebagian
slogan yang sering kita lihat dalam spanduk-spanduk penerimaan siswa baru
disetiap sekolah. Faktanya, apakah benar demikian?
Segala sesuatu
perlu bukti! Buktinya, siswa memerlukan kelas sehat yang sekaligus berprestasi.
Ayo siapa mau punya kelas sehat? Kelas sehat dengan prestasi hebat yang menjadi
idaman sekolah, guru, orangtua dan tentu saja siswa. Kelas sehat menciptakan
kenyaman belajar bagi seluruh komunitas pembelajar yang terlibat didalamnya.
Kelas sehat tidak sekedar sehat secara fisik , melainkan kelas yang harus sehat
secara psikis maupun rohani. Memang bukan perkara mudah, tetapi tidak mustahil
diwujudkan.
Buku ini
mengetengahkan beberapa topik bagi orangtua dan guru untuk memandu memilih
sekolah yang sehat dan berprestasi yang di bagi ke dalam 8 topik, yaitu:
1. Kiat memulai tahun ajaran baru
2. Membentuk kelas sehat
3. Manajemen kelas
4. Mengenal gaya belajar
5. Mengembangkan nilai rohani di sekolah
6. Mendidik dengan kasih
7. Menjadi guru yang efektif
8. Peran orangtua meningkatkan prestasi anak
Seperti judulnya kali
ini saya hanya akan membahas bab 2 yaitu “membentuk kelas sehat”, kelas yang sehat bukan hanya melibatkan
banguna kelas secara umum, melainkan kelas sehat secara holistik baik dari
ruang kelas, siswa, guru dan semua komponen didalamnya. Untuk membentuk kelas
yang sehat dalam buku ini dibahas 4 hal yang perlu di perhatikan
1. Siswa yang sehat
Faktor
penting yang mesti dipahami guru adalah memperhatikan kondisi siswa seperti jam
istirahatnya. Siswa yang sehat ibarat mesin yang terus bergerak dan sulit
menyuruh mereka beristirahat sehingga guru perlu menyususn program belajar yang
seimbang antara kegiatan aktif dan pasif dimana istirahat masuk dalam
programnya.Guru juga harus dapat mengenali perilaku siswa yang kurang sehat.
Hal ini dapat dilihat dari wajah dan gerakannya. Wajah gembira yang tiba-tiba
murung , tidak selera makan dan suhu tubuh yang berubah dapat menjadi indikasi
awal. Kesehatan emosi sangat penting untuk mencapa keberhasilan belajar. Hasil
penelitian tentang otak (Goleman,1995) menunjukkan adanya hubungan antara
keterlibatan emosi, memori jangka panjang dan belajar.
2. Kelas yang sehat
Ruang
kelas harus bersih dan memiliki sanitasi yang baik. Penerangan, pemanasan
ruangan dan ventilasi harus dijaga pada kondisi yang sehat. Pastrikan terdapat
persediaan tisu di kelas dan sabun cair
di kamar mandi dan pakaian ganti serta alat mandi diloker setiap siswa khawatir
sewaktu-waktu anak jatuh dan kotor.
Kelas
sehat juga kelas dengan suasana dan keadaan ruangan yanng melibatkan emosi
didalamya. Suasana kelas harus diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat
siswa dan gurunya nyaman dan senang, sehingga rasa bosan, jenuh dapat dikurangi
menjadi rasa rela dan nyaman dalam kebersamaan.
3. Guru yang sehat
Guru
adalah teladan bagi siswa maka perilaku, kebiasaan serta gaya hidupnya sangat
penting untung menciptakan kelas sehat.
Pastikan seorang guru senantiasa dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani. Ketidakhadiran
guru dikelas karena sakit dapat membawa suasana yang buruk diruang kelas.
Karena umumnya siswa lebih patuh terhadap guru kelasnya dibanding guru lain
yang menggantikan. Sementara guru yang sehat secara rohani ialah guru yang
seanantiasa melibatkan tuhan dalam kehidupannya, mampu melihat setiap potensi
dan kemampuan anak tanpa membedakan (pilih kasih), menjalin simpati dan
pengertian, serta mampu membangun keceriaan dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru
yang sehat secara karater adalah guru yang terbuka dalam perencanaan keiatan
belajar-mengajarnya, membuat materi yang berguna di kehidupan nyata ,
menggunakan humor secara proposional, demokratis dan bertanggungjawab,
memandang siswa sebagai pribadi yang unik, responsif, konsisten terhadap
penerapan disiplin, mampu meyajikan materi yang sesuai kebutuhan siswa dan
masih banyak lagi. (kalo penasaran baca bukunya deh ^_^)
4. Kelas yang disiplin
-
Kelas dengan ekspresi kasih
Kita harus memahami bahwa kelas tidak
akan pernah menjadi komunitas yang sempurna karena manusia tempat dari dosa.,
dan kita harus menghadapi kenyataan itu. Untuk menciptakan dan mempertahankannya
seorang guru harus menetapkan, mengajarkan, dan mempraktikan norma prilaku
positif. Siswa dan guru perlu mendapatkan penjelasan apa yang harapkan.
-
Terapkan disiplin
Hal yang tidak boleh dilupakan dalam
membentuk kelas sehat adalah penerapan disiplin. Contoh penerapan disiplin di kelas ketika
pembelejaran:
Bila
Joane mulai mengganggu pembelajaran, jalanlah melintasi ruangan dan berdiri
didekatnya sambil terus memimpin diskusi
Bila
siswa sudah meras bosan dan kurang berkonsentrasi ubahlah kegiatan yang
diraencanakan sebelumnya untuk mencairkan suasana
Bila
Berto selalu menjadi biang kerok perselisihan dilapangan, binalah hubungan
dilapangan dan mintalah ia melakukan tugas lapangan yang ia sukai. Jangan
pernah mengeluarkan siswa hanya karna tindakan sepele.dll...
-
Tentukan target yang diinginkan
Prasyarat untuk mencapai disiplin
efektif adalah merancang batas yang tepat dan sesuai dengan harapan sekolah,
kematangan siswa, serta karakter kelas dan guru. Guru yang bijaksana akan jelas
merencanakan prosedur, target dan aturan. Mintalah siswa memahaminya, dan lihat
bagaimana mereka melakukannya dengan baik dan konsisten. Buatlah sekelompok
aturan yang jelas dan sederhana disertai sangsi akibat yang telah disepakati
dengan konsisten.
Nb : Salah satu kelemahan paling umum
pada guru pemula adalah mereka tidak secara konsisten memberlakukan kerangka
yang dirancangnya. (PR untuk saya pribadi sepertinya...”menjadi guru yang
konsisten”, heee ^_^) Untuk para guru dan calon guru, yuk kita mulai rancang
kelas sehat kita!! GANBATE J
Bogor, 5 Maret 2015
Nurjanah
Indonesia Membaca 3
0 komentar:
Posting Komentar