Kamis, 22 September 2016

How to Write a Lot: A Practical Guide to Productive Academic Writing



Buku yang sangat mencerahkan! How to Write a Lot adalah buku non akademik yang santai tapi jleb jleb. Buku tipis ini sebenarnya lebih menjadi sebuah buku motivasi untuk para mahasiswa maupun dosen agar menulis lebih banyak publikasi akademik dengan Bahasa yang santai dan mengalir. Tidak terlalu formal tapi sangat mudah dipahami seperti penulis yang berbicara langsung kepada kita.

Dr. Silvia (laki-laki) sangat pandai memainkan kata demi kata dalam Bahasa Inggris yang sederhana tapi emosinya masuk. Ini buku semacam tutorial tapi main emosi. Serius. Contohnya nih, pada bagian pembukaan, seperti buku pada umumnya, ada halaman “mukadimah” yang merangkum isi buku dan apa tujuan ditulisanya buku ini. Di sini Silvia dengan gaya bahasanya mendeskripsikan apa masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh penulis yang membuat saya jadi baper “Ih iya banget siiih…. Pak Silvia ngerti banget siiih”. Ternyata setelah menengok biografi penulis di bagian belakang, Silvia memang adalah peneliti di bidang psikologi dan focus ke analisa emosi. Dan ia adalah penulis yang produktif. Jadi klop lah.

Jadi, buku ini bilang riset itu (anehnya) menyenangkan, tapi menulis tentang riset tidak. Frustating, complicated, dan un-fun. Apalagi jika kita tahu kalau reviewer tak dikenal hanya akan membuang manuskrip kita seperti debu di karpet. Ouch! Sakiiiiit……. Jadi memang benar, menulis itu berat tapi bisa banyak menulis juga bukan merupakan bakat. Ianya harus dipelajari dan dilatih meskipun academic writing entah bagaimana bisa jadi drama (kalau kata Silvia “sordid drama”). Jika kamu punya banyak sekali data riset, tapi rasanya tak ada waktu untuk menulis, atau rasanya menulis itu sangat susah, buku ini memang buku yang tepat. Silvia katakan, buku ini tidak akan membuat menulis menjadi lebih menyenangkan, tapi setidaknya buku ini membuat menulis menjadi lebih mudah dan tidak terlalu berat (tentu jika kita ‘mengamalkan’ setiap wejangan demi wejangannya).

Pada bab 2, Silvia menyebutkan 4 alasan yang kedengarannya wajar (specious barrirer) tapi menjadi penghalang besar untuk menjadi penulis yang produktif.
1.       “Aku tidak ada waktu untuk menulis!”, “Aku bisa menulis lebih banyak kalau aku punya lebih banyak waktu”. Stop katakan itu. Solusinya adalah BUAT JADWAL KHUSUS. Buat jadwal khusus dalam sepekan untuk fokus menulis. Silvia mencontohkan dirinya sendiri. Ia memiliki jadwal menulis yang tidak bisa diganggu gugat dari hari Senin sampai Jum’at jam 8:00-10:00 pagi. Hanya menulis! Jangan pernah ada yang bisa menginterupsi jadwal menulismu, baik itu sekedar mandi, sarapan, minum kopi, cek email, atau janjian diskusi dengan teman. Pokoknya tentukan jadwal, dan patuhi. Hanya menulis! Silvia sangat frontal dan ketat dengan jadwal menulisnya. Dia tidak segan-segan menyarankan untuk terpaksa berbohong jika ada ajakan apapun dari teman (atau bahkan dosen) tapi tidak enak untuk menolak atau malas berdebat. Karena orang lain kadang tidak akan paham pentingnya menyelamatkan “writing schedule” ini.  
2.       “Aku perlu analisa dulu”, “Aku perlu baca paper dulu” atau alasan lain yang seolah-olah wajar untuk menunda menulis. Solusinya, katakan TIDAK untuk alasan-alasan itu. Kalau memang butuh membaca referensi, lakukan itu di luar jadwal menulis, atau jika terpaksa, bolehlah sesekali membacanya di jadwal menulis sambil tetap menulis.
3.       “Untuk bisa menulis banyak, aku butuh computer, kursi yang nyaman, printer laser yang Ok, dll”. Alasan saja itu lah. Pakai saja fasilitas yang kamu sudah kamu punya apa adanya. Untuk dapat menulis kamu hanya butuh kertas dan pensil. (hal.22)
4.       “Aku menulis kalau sedang ingin menulis”, “Aku menulis kalau dapat inspirasi”. Silvia menunjukkan beberapa hasil penelitian bahwa menulis hanya pada saat mendapat inspirasi tidak akan membuatmu lebih produktif. Paksa dirimu untuk menulis di jadwal menulis. Ada atau tidaknya inspirasi harus tetap menulis. Selalu ada bahan untuk ditulis.

Kesimpulannya, untuk menjadi produktif, lupakan semua alasan itu dan patuhi jadwal menulismu. Jadwal menulis adalah harga mati. Jika kita sudah bisa mentaati jadwal menulis, sekarang kita bahas bagaimana menulis yang efektif.
1.       Tentukan target. Buatlah daftar target yang harus kamu selesaikan di jadwal menulismu. Hal ini memudahkan kita untuk memonitoring apa yang akah kita tulis. Buat yang se-spesifik mungkin seperti :
a.       Menulis paling sedikit 200 kata
b.      Print draft yang pertama kubuat kemarin, baca,  dan revisi
c.       Buat outline untuk manuskrip baru
2.       Tentukan prioritas. Di antara daftar targetmu, pilihlah mana yang menjadi prioritas utama. Jika kamu ada manuskrip yang harus direvisi dan resubmit, biasanya revisi ada batas waktunya, jadi jadikan ia menjadi prioritas utama. Utamakan pekerjaan-pekerjaan yang ada batas waktunya.
3.       Monitoring progress. Buat table di excel atau SPSS tentang apa saja yang sudah kamu capai di jadwal menulismu. Jadwal menulis hari ini mencapai target atau tidak. Buat checklistnya. Dengan monitoring ini, kamu tahu sejauh mana produktifitas kamu, dan sejauh mana kamu bisa memenuhi target yang kamu buat sendiri.

Kalau rasanya berjuang sendiri itu susah, buat group untuk saling mengingatkan.  Kumpulkan beberapa teman, sampaikan kapan saja jadwal menulis kita, buat targetan-targetan dan prioritas, dan monitor bersama-sama sambil boleh lah ngopi-ngopi bareng. Tapi jika waktunya mepet, setiap pertemuan tidak perlu berlama-lama cukup datang dan laporan monitoring progress menulis kita saja. Kalau ada bandel, ya sudah kick aja dari group. Karena ‘penyakit’ dia bisa saja menular. Karena itu hati-hati dalam memilih teman untuk dimasukkan ke dalam group ini.

Selanjutnya Silvia menyampaikan beberapa tips untuk meningkatkan kemampuan menulis.
1.       Analisa masalah. Masalah utama bagi penulis yang buruk awalnya adalah ingin tampil sok pintar sehingga sering memilih kosa kata yang tampaknya sangat akademisi dan rumit. Padahal bisa jadi kata tersebut malah ambigu. Solusinya, ubah mental kita dulu, tujuan kita menulis adalah agar mudah dipahami oleh pembaca. Masalah kedua adalah academic writer tidak tahu bagaimana cara menulis. Solusinya, baca buku-buku tentang menulis. Di bagian akhir buku ini  Silvia memberikan daftar buku yang ia rekomendasikan untuk panduan menulis yang baik. Masalah yang ketiga adalah kebanyakan academisi tidak menghabiskan banyak waktu untuk menulis. Solusinya, patuhi jadwal menulis.
2.       Pilih kata-kata yang bagus. Tak jarang para academisi memilih kosa kata yang nampaknya lebih akademik tapi sebenarnya ambigu. Kemudian hindari kebanyakan akronim yang susah diingat, juga sebisa mungkin pilih kalimat yang OK misalnya dengan menghindari kata-kata very, quite, basically, actually, virtually, extremely, remarkably, completely, at all, dan seterusnya.
3.       Buat kalimat yang kuat. Manfaatkan berbagai tanda baca. Di sini Silvia memberi beberapa contoh kalimat dengan standar APA (American Psychological Association).
4.       Hindari kalimat pasif, to be ______ ive of, dan not. Contoh :
a.       To be indicative of = to indicate
b.      To be reflective of = to reflect
c.       To be supportive of = to support
d.      To be implicative of = to imply
e.      Ganti “not” dengan “miss___” karena banyak pembaca yang sering tanpa sengaja melewatkan “not” sehingga menyebabkan kesalahpahaman yang fatal
5.       Tulis dulu, revisi kemudian. Jangan menulis sambil revisi. Lebih efektif kalau tulis dulu semua baru nanti alokasikan waktu khusus untuk revisi.

Pada 2 bab berikutnya, Silvia mengkhususkan membahas tips untuk menulis artikel jurnal dan buku. Ketika menulis jurnal, diantara yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membuat outline sebelum mulai menulis, menentukan judul dan menulis abstrak, pembukaan, metode, hasil, diskusi, diskusi umum (general discussion), dan referensi. Ada juga berbagai tips untuk submit manuskrip, memahami reviewers, re-submit manuskrip, dan apa yang harus dilakukan jika paper kita ditolak. Yang tak kalah susah sebenarnya adalah menulis review artikel. Kalau bahasa anak IM, resume lah. Yup, tidak banyak orang bisa meresume atau menuliskan kembali apa yang sudah dia baca. Di sini silvia sedikit memberi tips untuk menulis resume salah satunya mulai dengan menulis berbagai teori yang diajukan dari suatu paper.

Untuk menulis buku, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.
1.       Pilih co-author
2.       Buat ouline dari buku yang akan ditulis
3.       Mulai tulis secara kasar. Bisa dimulai dari yang paling tidak penting
Berikutnya ada tips bagaimana memilih penerbit dan membuat kesepakatan dengan hal-hal detail lainnya.
Akhirnya, pada akhir bagian, Silvia kembali memotivasi pembaca untuk menikmati jadwal menulisnya, less wanting more doing, dan mengingatkan kita kalau menulis itu bukan lintasan pacuan kuda. Jangan hanya publish paper hanya untuk menambah daftar paper. Jangan hanya menghitung berapa paper yang sudah kamu terbitkan tapi perhatikan juga motif dan tujuan hidupmu yang lain. Menulis cukup focus saja di jadwal menulis, kecuali benar-benar ada deadline. Nikmati akhir pekanmu, nikmati libur musim panasmu. Jadi, intinya nikmati hidupmu dan seimbanglah dalam menjalaninya.  

Judul buku          : How to Write a Lot: A Practical Guide to Productive Academic Writing
Penulis                : Paul J. Silvia, PhD
Penerbit              : APA Life Tools
Jumlah halaman   : 149 halaman (termasuk index dan biografi ringkas penulis)

- SNK -


0 komentar: