Minggu, 05 April 2015

Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Juz Amma Jilid I

Judul Buku      : Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Juz Amma Jilid I
Penulis             : Aam Amiruddin
Penerbit           : Khazanah Intelektual
Tebal Buku      : 306 Halaman




Tafsir adalah bahasa lain dari penjelasan. Sebuah penjelasan, biasanya diperlukan jika kata atau kalimat yang ada sulit untuk dimengerti. Adanya pertimbangan akan pengaturan tata bahasa yang disesuaikan dengan target pembaca adalah hal penting dalam mempertimbangkan  bentuk penjelasan. Karena pada tataran penikmat penjelasan tersebut terkadang penjelasan yang ada tetap sulit untuk dimengerti. Nah, begitulah alasan yang sederhana dan tepat jika sahabat mengalami kesulitan dalam memahami kandungan Al-Qur’an. Inti permasalahannya terletak pada bentuk penjelasan yang rumit, kaku atau tata bahasanya yg jadul. Padahal, penjelasan Al-Qur’an adalah pondasi pola pikir yang seharusnya terbentuk pada semua muslim.
Masalah yang serius ini, Ustadz Aam dalami problemnya dan kemas solusinya pada kata Kontemporer dalam buku Tafsirnya. Karyanya ini adalah karya yang memuat penjelasan kandungan Al-Qur’an yang mudah untuk dimengerti.  Gak salah deh, Harian Republika menjuluki ustadz Aam sebagai “Ustadz Digital”. Gimana gak? Penjelasan Al-Qur'an yang biasanya dianggap rumit atau bahkan menjadi bacaan berat bagi sebagian orang kemudian di racik dengan pesan dan penjelasan yang solutif terhadap problem kehidupan spiritual manusia sekarang.
Karya Ustadz Aam ini terdiri dari penjelasan Surat Ad-Dhuha hingga An-Nash yang tersusun dari juz 30 dalam Al-Qur’an. Pada lembaran awal isi buku ini di tafsirkan terlebih dahulu surat Al-Fatihah yang beliau anggap tepat menjadi suguhan awal bag pembaca.
Pada awal ayat dari surat Al-Fatihah yaitu lafal ‘basmallah’. Pembaca akan dibuat ustadz Aam jatuh cinta dengan Islam. Sungguh, begitu mulianya kitab nan suci ini. Cukup satu kalimat saja dalam mengiplementasikannya. Benar, sebagai pembaca yang bijak tentu akan berpikir demeikian.
Mari kita lirik apa penjelasannya;”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Secara gramatikal, Bismillah sesungguhnya kalimat yang membutuhkan penyempurna. Maksudnya apa? Coba kita perhatikan terjemahannya kembali, “Dengan menyebut nama Allah...dst.  Apa yang dengan nama Allah itu? Bandingkan dengan contoh berikut: “Dengan pisau”. Apa yang dengan pisau? Supaya sempurna, kita tambahkan kalimat “saya menyembelih dengan pisau”.
Jika  demikian apa kalimat penyempurna dari Basmallah? Perbuatan kitalah penyempurnanya. Misalnya kita membaca Bismillah ketika memulai makan. Berarti kita berkata “saya makan dengan menyebut nama Allah”. Kalimat ini menjadi sempurna. Contoh lain, saat menulis kita membaca Bismillah, ini maknanya sama dengan “saya menulis dengan menyebut nama Allah”.
Begitulah Islam;begitulah Rasulullah saw mengajarkan kita untuk selalu memulai aktivitas dengan lafal Basmallah. Hal ini semata agar Allah menyertai dan menolong kita di semua aktivitas yang dilakukan. Tanpa kasih sayang-Nya, tidak mungkin bisa dilakukan.  Allah berkuasa melemahkan tangan kita dan mengejangkannya. Tangan kita hingga tak bisa menulis. Kita bisa melakukan itu semua karena Rahman dan Rahim-Nya. Disisi lain urgensi ucapan Bismillahirohmannirrohiim dalam seluruh perbuatan kita.
Pada ayat kedua “Alhamdulillahirabbil’aalamiin;Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tersirat pujian yang terkhusus kita tujukan kepada Allah swt. Alhamdulillah menjadi bagian zikir yang kita baca secara rutin setiap selesai sholat dan menjadi ucapan yang membasahi bibir kita saat mendapatkan nikmat-Nya. Dialah yang menciptakan dan memelihara kesemestaan yang agung ini. Dan bila ayat ini dihayati secara seksama, kita akan merasa betapa kecilnya diri di hadapan Allah swt.
Beralih pada penggalan Rahman di ayat ini yang memiliki makna kasih sayang, dimana Allah diberikan kepada seluruh makhluk-Nya, yang shaleh ataupun kafir, berakal ataupun tidak. Jika seekor induk ayam ingin melindungi anaknya dari berbagai bahaya, sebenarnya itu Rahman Allah swt. Sementara Rahim adalah kasih sayang Allah yang hanya diberikan pada orang-orang beriman, sebagaimana disebutkan pada surat Al-Ahzab 33:34 “Dan Dia Maha Rahim kepada orang-orang beriman”. Kalau kita memiliki semangat untuk shalat wajib tepat waktu, rajin menelaah ajaran-ajaran Islam, tekun melaksanakan ibadah sunah, jujur dalam ucapan dan prilaku, muak pada kemunkaran, semangat mencari nafkah yang halal, bersyukur kepada-Nya karena hal itu menunjukkan bahwa kita telah mendapatkan Rahim-Nya.
Indah rasanya jika Ibu dari semua surat ini dituntaskan hingga akhir. Setidaknya kita akan mendapati 3 hikmah terpenting di dalamnya untuk bersikap kepada Allah swt. Pertama bersikap syukur yang dengungannya melekat pada ayat 1 dan 2.  Kedua, sikap takut akan pencipta yang mesti hadir di dalam diri kita akan kebebesran Allah, ini tersirat pada ayat ke-3. Dan hikmah terakhir yaitu berupa sikap permhonan atau do’a kepada Allah yang tersirat pada ayat ke 4 hingga 7.
Pada suguhan berikutnya, buku ini menyajikan banyak sekali hikmah kehidupan. Mulai dari surat An-Nash hingga Ad-Dhuha ( di jelaskan dari surat terakhir). Baik, mari kita ambil hikmah kembali dari bagian surat lainnya, yakni pada surat An-Nashr. Surat An-Nashr memiliki 3 ayat, digolongkan dalam surat Madaniyyah karena diturunkan setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Arti An-Nshr adalah pertolongan, alasan penamaan karena inti pesannya yaitu perintah agar kita selalu bersyukur dan bertaqwa apabila mendapatkan kemenangan, kekuasaan dan pertolongan.
Penggalan amalan surat ini Allah menyebutkan "Idza ja a nashrullahi wal fath”; “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan”. Menyebutkan kata Nashr (pertolongan) sebelum kata fath (kemenangan). Ini merupakan peringatan penting agar kita tidak takabur saat meraih kesuksesasn karena pada dasarnya manusia cenderung menepuk dada ketika kesuksesan demi kesuksesaan diraih. Kita sering beranggapan bahwa kemenangan itu murni karena kehebatan dan kerja keras. Padahal, sehebat apapun diri kita, sebesar apapun kerja kita, tanpa pertolongan-Nya, hasilnya pasti nihil. Belive it!
Melangkah kembali pada suguhan surat yang lain. Kali ini Al-‘Ashr, sebuah surat yang juga terdiri atas 3 ayat dan termasuk golongan surat makiyyah karena diturunkan sebelum Rasulullah saw hijrah ke madinah. Nah, menurut saya arti surat ini begitu dalam, begitu mengajarkan akan pengembangan kualitas hidup. Ya, Al-‘Ashr berarti waktu. Ini  adalah sumpah Allah yang memiliki tujuan agar kita memperhatikanya dengan seksama. Ingat, sesungguhnya kita sangat terikat waktu. Sifat waktu itu dinamis, berjalan terus. Keadaan kitapun berubah sesuai dengan perjalanan waktu.
Contoh sederhana, bulan lalu kita masih mahasiswa, sekararang sudah bergelar sarjana, atau bisa juga malah droup out. Tahun lalu bergelar ayah, sekarang menjadi kakek, atau sepuluh tahun lalu kulit kita masih mulus, sekarang mulai keriput. Jadi, sadar atau tidak, perjalanan waktu akan mengubah kita. Lantas yang menjadi persoalannya, ke arah mana perubahan waktu terjadi?hanya kita yang sesungguhnya mampu memulainnya dan Allah lah yang memutuskannya.
Yup, tentu pengkajian dan penjelasan akan hikmah yang terkandung dari Al-Qur’an adalah memang murni menjadi kebutuhan kita sekitarnya manusia. Jika kamu mau penjelasan solutif yang menggambarkan bahasa yang bersahabat dan kontemporer, buku ini cocok banget buat kamu..
Dwi Wahyuno
Alam Sutera, 8 Februari 2015 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong