Sabtu, 07 Mei 2016

Born to Belive (Gen Iman dalam Otak)


Buku ini termasuk dalam genre buku sains, lebih tepatnya neurosains. Neurosains adalah ilmu yang mempelajari tentang otak dan sistem saraf. Aktivitas otak dan sistem saraf  diyakini penulis sebagai bagian tubuh yang bertanggung jawab penuh terhadap munculnya keyakinan spritual atau keimanan terhadap Tuhan. Keyakinan tentang hal ini didasarkan atas kajian ilmiah yang mendalam. Selama puluhan tahun, para penulis (khususnya penulis utama; Newberg) bekerja di bidang Radiologi dan Psikiatri, dan secara intens terlibat dalah kajian maupun penelitian tentang spiritualitas. Oleh karena itu, tidak heran jika di dalam buku yang terdiri dari  484 halaman ini, pembaca akan menemukan segudang penjelasan ilmiah berdasarkan tinjauan neurosains tentang terbentuknya keyakinan maupun ketidakyakinan terhadap Tuhan.
Perspektif neurosains terhadap keyakinan seseorang tentang Tuhan, diulas secara bertahap. Bagian pertama memuat cara otak mencipta realitas. Bagian kedua menguraikan tentang perkembangan pada masa kecil dan moralitas. Hubungan antara otak dan realitas menjadi bagian paling akhir yang dijelaskan. Akan tetapi, saya akan membatasi resume ini hanya pada bagian pertama buku ini khususnya pada bab awal yang mengkaji tentang cara terbentuknya sebuah keyakinan pada diri seseorang.
Keyakinan dapat diartikan sebagai suatu perasaan bahwa sesuatu itu ada atau benar, pendapat yang dipegang teguh, yang dipercayai atau keimanan. Secara khusus dalam neurosains, keyakinan diartikan sebagain persepsi, kognisi, atau emosi apapun yang dianggap benar oleh otak, dengan sadar maupun tidak sadar. Keyakinan digambarkan sebagai sebuah peta internal yang dibentuk oleh lebih dari 100 miliyar neuron di otak. Dengan adanya peta ini, kita diarahkan ke arah tertentu yang kita percaya merupakan tujuan.  Proses terbentuknya keyakinan seseorang dapat terjadi karena empat hal yaitu; persepsi, kognisi, nilai emosional, dan konsensus sosial. Persepsi diartikan sebagai semua informasi yang diterima oleh indera, tentang diri maupun lingkungan sekitar. Kognisi merupakan proses kompleks yang terjadi di otak melibatkan “fungsi luhur” otak seperti pemikiran, memori dan kesadaran. Emosi merupakan pengalaman afektif yang dirasakan sehingga menambah nilai dan intensitas bagi kedua proses sebelumnya. Sedangkan konsensus sosial adalah masukan yang diterima seseorang dari anggota masyarakat. Keempat hal ini digambarkan sebagai sebuah lingkaran yang saling mempengaruhi, diistilahkan dengan “kendali identitas”. Semakin tinggi intensitas dari keempat faktor ini, maka semakin nyata dan terpercaya sebuah keyakinan.
Contoh berlakunya konsep ini dalam kehidupan adalah bahwa seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berpegang teguh terhadap nilai-nilai agama (persepsi dan konsensus sosial), maka anak akan cenderung untuk memiliki keyakinan terhadap Tuhan sesuai agama yang diyakini (meskipun persepsi dan kognisinya masih belum sempurna), demikian juga sebaliknya. Jika di telaah, banyak kisah para Nabi dan Rasul dalam mencari keberadaan Allah, bermula dengan persepsi, kognisi dan emosi. Intensitas ketiga proses ini sangat kuat sehingga keyakinan para Nabi dan Rasul terhadap Allah sangat nyata dan teguh. Walaupun secara konsensus sosial, apa yang mereka yakini bertentangan dengan keyakinan yang berlaku di lingkungan hidup mereka.
Dalam menjelaskan konsep ini, penulis menjelaskannya dengan menggunakan banyak istilah medis dan neurosains, dilengkapi dengan penjelasan tentang sirkuit saraf yang cukup detail dan rumit. Hal ini menjadi kelebihan, sekaligus kekurangan buku ini. Kelebihan karena ilmiah (empiris dan rasional) dan kekurangan karena segmen pembaca sempit (neurosaintis atau mereka yang benar-benar tertarik dengan neurosains dan filsafat). Meskipun kebanyakan riset yang dilakukan menggunakan subjek penganut agama Kristen dan Budha, penulis dapat sampai pada titik bahwa keimanan akan Tuhan akan menjadikan hidup menjadi lebih bermakna.
Akhirnya, berbagai konsep keyakinan yang disajikan dalam buku ini ditulis dengan brilian dan hati-hati. Membacanya membuat saya sangat bersyukur kepada Allah karena dilahirkan dalam keluarga muslim. Sangat menjanjikan untuk dibaca mereka yang ingin menelusuri dan memperteguh keyakinan tentang keberIslamanya dengan jalan yang berbeda.

Penulis : Andrew Newberg dan Mark Waldman
Penerbit : Mizan
Tebal : 484 halaman



0 komentar: