Minggu, 14 Mei 2017

Sekolah di Atas Bukit



Sekolah di Atas Bukit

Kisah-kisah inspiratif dari pelosok daerah di hutan Kalimantan yang mungkin tidak banyak orang ketahui dan tidak semua orang dapat temui di setiap perjalanan. Kalimantan merupakan salah satu pulau yang memiliki ekosistem hutan yang luas. Keberadaan hutan di Kalimantan Timur ini begitu istimewa bagi kehidupan makhluk hidup termasuk masyarakat lokalnya. Buku ini mengisahkan berbagai kegiatan penulis dan rekan-rekannya yang melakukan ekspedisi di Kalimantan Timur. Dalam buku ini penulis melatarbelakanginya dari keresahan bahwa hutan hujan tropis di Kalimantan Timur yang semakin terkikis akibat banyaknya perkebunan. Penulis yang juga tergabung dalam The Nature Concervancy yang menerapkan slogan “Melindungi Alam, Melestarikan Kehidupan” dengan maksud melindungi manusia dan makhluk hidup lainnya. Kisah penulis terangkum dari berbagai chapter perjalanan.

Saya awali dari kisahAgustinan Tandi Bunna dengan Chapter INI RUMAHKU, yang mengisahkan tentang perjalanan penulis menuju Hutan Lindung sungai Lesan dari Tanjung Redep, kantor The Nature Concervancy.

Perjalanan dimulai dengan menggunakan mobil 4WD karena medan di daerah Kalimantnan seperti yang kita tahumemang berat, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri sungai Kelay dan Lesan. Sungai Kelay memiliki lebar kurang lebih 20-30 m melewati kampung Lesan Dayak. Ketika aktivitas perusahaan kayu sedang aktif, dermaga di sungai ini diramaikan dengan berbagai aktivitas pengangkutan kayu bulat yang menyeberangi sungai menggunakan kawat. Kayu-kayu bulat ditumpuk bahkan memuatnya ke logging truck diangkut ke luar kawasan.

Setelah tiba di bibir Sungai Kelay, perjalanan sampai di kampung Lesan Dayak. Warga kampung memanfaatkan hutan sebagai tempat bergantung hidup. Sebagian besar warga bekerja di ladang, kebun dan mengumpulkan berbagai hasil hutan seperti madu dan juga berburu. Sedangkan warga pendatang biasanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), sebagai guru, perawat atau bekerja di perkebunan sawit. Dalam perjalanan penulis melewati sungai dengan berbagai batuan besar bertebaran dan batuan kecil yang biasa disebut kersik yang pada saat air surut terlihat bergai warna yang beragam. Sungai ini memiliki arus yang deras dan bahkan perahu kecil yang disebut ketintingterseret arus di jeram itu.

Di kampung ini merupakan tujuan perjalanan. Setiba di stasiun riset Hutan Lindung Sungai Lesan, kemudian dilakukan trekking dengan persiapan peralatan pribadi karena tujuan utama yaitu pengamatan berbagai pohon besar seperti meranti, ulin dan lainnya. Pengamatan berlangsung setelah beberapa perjalanan dengan ditemukannya pohon-pohon meranti dengan diameter lebih dari seratus sentimeter. Selain menemukan pohon meranti, pohon ulin yang umumnya dikenal dengan nama kayu besi berhasil ditemukan dengan jumlah lima belas batang. Hamparan hutan Sungai Lindung Sungai Lesan juga dapat diamati dengan menggunakan menara yang tersedia menjulang tinggi dengan berbagai berlatar pemandangan hutan. Setelah pengamatan pohon, pengamatan dilanjutkan dengan mencari hewan-hewan yang masih ada di hutan.

Perjalanan melakukan pengamatan beberapa hewn berhasil menemukan bekantan yang masih berada di pepohonan dan monyet-monyet yang bergelantungan di pohon. Gerombolan burung juga ditemui. Perjalanan akhirnya membuahkan hasil dengan menmukan berbagai hewan yang masih harus dilindungi.

SANG PENGHUBUNG, Joko Susatmoko

Pada chapter ini mengisahkan seorang paruh baya bernama Joko Susatmoko yang bertugas sebagai pengantar rekan The Nature Concervancy menuju tempat tujuannya. Joko Susatmoko juga pernah lama bekerja di TNC dengan berbagai kisah menarik. Perjalanan yang dikisakan pada chapter ini menceritakan tentang berbagai rintangan yang harus dilalui di medan. Pada awal perjalanan diawali dengan matahari yang sangat terik, kemudian hari selanjutnya perjalanan harus dilalui dengan berat akibat banyaknya kubangan-kubangan. Hal itu disebabkan dari sisa hujan yang mengguyut di malam hari. Banyak jalanan yang belum beraspal dan berbatuan, lubang-lubang genangan air hujan. Sulitnya perjalanan dengan jalanan berlubang semakin dipersulit dengan terperosoknya mobil ke dalam kubangan. Sulitnya keluar dari kubangan membuat Pak Joko menginjak keras pedal gas dan hampir terperosok ke jurang hingga akhirnya berhasil keluar karena ditarik.

Kisah memiliki pengalaman di Kampung Sidobangen ketika masih tergabung dengan TNC dan memberikan pelatihan tentang karet, bahkan mengadakan studi banding ke Bontang sehingga masyarakat menjadi paham dan sekarang masyarakat memiliki kebun karet dan menikmati hasil kebunnya. Pak Joko merupakan penghubung kampung-kampung terpencil di Berau dengan kantor TNC di Tanjung Redeb. Dia merupakan volunter dan penggiat konservasi ke Merabu, Long Laay dan pelosok-pelosok Berau lainnya dengan penuh dedukasi.

Judul Buku      : Sekolah di Atas Bukit, Kumpulan Kisah Inspiratif Tentang Pengalaman         Konservasi di Kalimantan Timur
Penulis             : Ahmad Fuadi
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 259

Bayu Bima Y.

0 komentar: