Senin, 12 Juni 2017

Overwhelmed: Work, Love, and Play When No One Has The Time


Image result for overwhelmed brigid schulte




Dengan semakin banyaknya working mother yang saya temui baik di kantor maupun dalam lingkungan pertemanan, saya merasa buku ini menarik untuk dibaca. Brigid yang merupakan seorang ibu dari 2 anak dan berprofesi sebagai jurnalis The Washington Post, surat kabar tertua dan terbesar di United States, menggambarkan bagaimana budaya kerja di Amerika (sangat berbeda dengan Eropa yang mengutamakan performance based) dimana sebagian besar perusahaan masih mementingkan pertemuan muka.

Bahwa bekerja sampai larut malam adalah ideal dan mengambil cuti membuat orang mendelikkan mata. Sempat disebutkan bahwa terdapat perusahaan yang hanya memberi cuti setelah melahirkan selama satu minggu. (what?) Dalam kasus lainnya terdapat perusahaan yang memberi kesempatan bagi sang suami untuk ikut mengambil cuti dalam waktu cukup lama, namun saat kesempatan itu diambil, hal tersebut kemudian dapat menghambat karirnya. (Ngasih kelonggaran tapi nggak ikhlas?)

Bahkan saat menelusuri Sillicon Valley (tempat berkembangnya perusahaan start up seperti Google yang banyak dipenuhi anak muda dan punya jam dan cara kerja luar biasa fleksibel), ia menemukan bahwa, “The young, testosterone-fueled geek culture has revved up the ideal worker standard to a superhuman level”. Budaya para pemuda antusias-teknologi di sana telah meningkatkan standar bekerja ideal mencapai tingkat superhuman. Pada kenyataannya jam kerja fleksibel ditambah tuntutan yang tinggi membuat mereka cenderung bekerja sepanjang waktu. Budaya itulah yang menciptakan riuh tepuk tangan saat Marisa Meyyer dilatik menjadi CEO dan presiden Yahoo menyatakan ia tidak akan mengambil cuti paska melahirkan.

Seperti halnya working mother lainnya, Brigid berusaha yang terbaik untuk memenuhi tuntutan pekerjaan tanpa mengesampingkan perannya sebagai seorang ibu. Ia memanggang kue untuk acara anaknya sampai dengan jam 2 dini hari, menyelesaikan tulisan untuk surat kabar jam 4 pagi, ataupun melakukan wawancara dengan narasumber di dokter gigi anak, di kamar mandi saat ada acara sekolah, maupun di rumput, dengan segera menekan tombol ‘mute’ supaya keriuhan di lapangan bola tempat anaknya berlatih tidak terdengar oleh narasumber yang diwawancara. (padahal kebayang kan kalo Washington Post narasumbernya sekelas apa haha).

Alih-alih berisi cara-cara menyeimbangkan waktu antara keluarga, bekerja, dan menyisakan waktu untuk diri sendiri, buku ini terasa seperti karya ilmiah hasil penelitian Brigid terhadap ketiga hal tersebut dan tentang manajemen waktu. Untuk orang yang memiliki permasalahan dengan life-balance dan membeli buku ini dengan harapan menemukan jawaban atas permasalahan tersebut mungkin akan kecewa saat mendapati sebagian besar buku ini membahas hal-hal seperti jebakan ideal worker dan kenapa ia dapat terbentuk, mengapa pemerintah Amerika tidak membuat kebijakan untuk fasilitas daycare bagi para ibu yang bekerja, bagaimana pengaruh overwhelmed terhadap otak kita, ataupun banyaknya penelitian yang diangkat dalam buku terkait hal-hal tersebut. Berhubung saya memilih buku ini karena ingin memahami lebih dalam permasalahan hal tersebut, rasanya saya mendapatkan lebih dari yang saya harapkan. Apalagi penelitian yang dilakukan Brigid untuk menghasilkan buku ini sangat luas, bisa dilihat dari deretan nama narasumber di bagian acknowledgement atau deretan sumber data sepanjang 46 halaman di bagian belakang buku. Ia juga sempat mengikuti konferensi IATUR (International Association for Time Use Research) di Paris. (ternyata ada)

Terakhir, salah satu hal yang menarik adalah saat Robert M. Gates mewawancarai Michele Flournoy untuk menduduki posisi nomor tiga di Pentagon (dan menjadi wanita pertama di posisi itu). Flournoy adalah lulusan Harvard dan Oxford, seorang workaholic saat ia belum memiliki anak, dan sangat mengenal iklim kerja di Pentagon dimana dedikasi terhadap pekerjaan dijunjung begitu tinggi. Tidak bisa bertemu dengan keluarga? Memang sulit, namun semua orang mengalami hal yang sama. Merasa mati-matian? Rasa sakit, menurut para marinir, adalah kelemahan yang meninggalkan badan. Telan saja. Tapi dalam wawancaranya Flournoy menawarkan sesuatu yang berbeda. Ia mengatakan, “Saya adalah ibu dari 3 orang anak usia sekolah. Saya akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik. Tapi saya butuh fleksibilitas. Dan pada kebanyakan hari, saya harus berada di rumah sebelum anak-anak saya tidur.” Posisi yang ditawarkan kepada Flournoy dianggap “otak” dari Pentagon, ia bertanggung jawab terhadap kebijakan strategis Pentagon, dan sebagai gantinya Flournoy menuntut untuk berada di rumah tepat waktu sehingga bisa membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak-anaknya. Dan Gates memenuhinya.



Overwhelmed: Work, Love, and Play When No One Has The Time
Penulis: Brigid Schulte
Penerbit: Sarsh Crichton Books
Jumlah Halaman: 286
Peresume: Fira

0 komentar: