Minggu, 24 Agustus 2014

PENGANTAR ILMU BAHASA ARAB



Judul Buku: Ilmu Sharaf Untuk Pemula
Penulis: Abu Razin & Ummu Razin
Chapter: 1
Peresume: Uus IM1


PENGANTAR ILMU BAHASA ARAB





1.1   Mengenal Ilmu Bahasa Arab
Ilmu Bahasa Arab adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui bentuk kata-kata Bahasa Arab serta keadaannya baik dalam bentuk tunggal maupun dalam susunan kalimat. Dalam ilmu Bahasa Arab, ada dua ilmu yang membahas segala hal di dalamnya yaitu Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf. Ilmu nahwu dan ilmu sharaf dianggap dua ilmu yang berbeda fokus pembahasannya.

1.1.1          Ilmu Nahwu
Ilmu ini membahas susunan dan kondisi kalimat. Ilmu ini lebih fikus kepada bagaimana suatu kalimat disusun serta aturan-aturan yang terkait dengannya seperti harakat, letak katam dan bentuk kata yang tepat sehingga suatu kalimat bisa dipahami dengan mudah.

                Contoh kalimat: “Jalasa Zaidun”. Artinya: Zaid telah duduk.

Kenapa subjek menggunakan harakat “un”? ini semua karena kondisi kalimatnya. Karena ini kalimat lampau, jadi subjeknya menggunakan harakat “un”. Pemberian harakat nggak boleh asal, ini diatur dalam ilmu nahwu. Kenapa subjeknya, yaitu Zaid diletakkan di belakang setelah kata kerja duduk? Karena Bahasa Arab aturannya berbeda dengan aturan Bahasa Indonesia. Ini juga diatur dalam ilmu nahwu. Tambah lagi, untuk subjek perempuan, kata kerja duduk, bentuknya akan berbeda. “Jalasa Zaidun” akan berubah menjadi “Jalasat Hindun”. Perbedaan bentuk kata untuk perempuan dan laki-laki ini diatur dalam ilmu nahwu.

1.1.2          Ilmu Sharaf
Ilmu ini membahas perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Pokoknya fokus ke aturan perubahan katanya aja.

                Contoh: misalnya yang duduk kami, maka “Jalasa” menjadi “Jalasnaa”

Perubahan kata semacam ini beserta rumus perubahannya, dipelajari di ilmu sharaf.

1.2   Unsur Penyusun Kalimat
Dalam Bahasa Arab, seluruh kata yang ada bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar:
1)      Fi’il (kata kerja)
2)      Isim (kata benda, kata sifat) *hanya beberapa kata sifat yang masuk ke isim
3)      Huruf (kata sambung, kata hubung) **ada juga kata sambung dan kata hubung yang masuk ke isim

1.2.1          Fi’il
1)                  Mengenal Fi’il
Secara makna, fi’il maksudnya adalah perbuatan atau kata kerja. Secara ilmu nahwu, fi’il berarti kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya serta terkait dengan waktu.

Fi’il terbagi menjadi 3:
1)      Fi’il Madhy (past) berarti telah melakukan
Contohnya: “Kataba” artinya telah menulis
2)      Fi’il Mudhari’ (continues) berarti sedang melakukan
Contohnya: “Yaktubu” artinya sedang menulis
3)      Fi’il Amar (order) berarti perintah
Contohnya: “Uktub” artinya tulislah!

2)                  Pengelompokan Fi’il
1)      Fi’il Lazim dan Fi’il Muta’addy
Ditinjau pada kebutuhannya dengan objek, dibagi lagi menjadi dua:
·         Fi’il Muta’addy (transitif): membutuhkan objek
Contohnya: “Nashoro” artinya menolong (menolong siapa/apa? Makanya kata ini butuh objek)
·         Fi’il Lazim (intransitif): tidak membutuhkan objek
Contohnya: “Dzahaba” artinya pergi (nggak pake objek pun artinya jelas, misalnya orangnya udah pergi)
2)      Fi’il Bina Shahih dan Fi’il Bina Mu’tal
Ditinjau dari huruf penyusunnya, dibagi lagi menjadi dua:
·         Fi’il Bina Shahih: huruf penyusunnya terbebas dari huruf ‘illat (alif, wau, ya)
Contohnya: “Fa’ala” >>> bentuknya mirip, pake harakat fathah (garis di atas) semua
·         Fi’il Bina Mu’tal: huruf penyusunnya mengandung minimal salah satu dari 3 huruf ‘illat (alif, wau, ya) baik di awal, tengah, maupun akhir kata. Polanya beda dengan kata dasar biasa.
Contohnya: “Shooro”, “Roma”, “Waqo”

1.2.2          Isim
Secara bahasa isim artinya “yang dinamakan” atau “nama” atau “kata benda”. Menurut ulama nahwu, isim artinya kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya, akan tetapi tidak berkaitan dengan waktu. Isin jenisnya ada banyak banget, dan belum dibahas di BAB iyang saya baca. Sebagian ciri-ciri isim:
·         Berharokat tanwin (an, in, un)
·         Dilekati dengan alif lam
·         Bertemu dengan huruf jar (huruf jar juga belum dijelaskan apa maksudnya)
1)        Isim berdasarkan jenis
Isim berdasarkan jenis dibagi menjadi 2:
·         Isim mudzakkar
Menurut bahasa berarti laki-laki. Menurut istilah berarti terminologi untuk kata-kata yang masuk ke dalam jenis laki-laki. Semua nama laki-laki dan nama benda yang tidak mengandung ta marbuthoh (huruf ta yang bulet ada lubangnya macam donat), berarti masuk ke dalam isim mudzakkar.
Contohnya:
                Nama orang: “Nuuh”, “Ahmadu”
                Nama benda: “Kitaabun” (buku), “Qolamun” (pulpen)
·         Isim muannats
Menurut bahasa berarti wanita. Menurut istilah berarti semua istilah isim yang masuk ke dalam jenis wanita. Semua nama wanita dan isim-isim yang mengandung huruf ta marbuthoh, berarti masuk ke isim muannats.
Contoh:
                Nama orang: “Khodiijah”
                Nama benda: “Madrosatun” (sekolah)
Selain yang mengandung ta marbuthoh, ada juga yang nggak mengandung ta marbuthoh tapi termasuk isim muannats:
·         Nama anggota tubuh yang berpasangan
·         Sebagian nama benda langit

2)        Isim berdasarkan jumlah
Terbagi menjadi 3:
·         Isim mufrad
Kata tunggal atau yang berjumlah satu aja. Contohnya: “Muslimun” artinya seorang muslim.
·         Isim tatsniyah/mutsanna
Kata ganda atau yang jumlahnya dua, nggak lebih nggak kurang. Contohnya: “Muslimataani” artinya dua orang muslim
·         Jamak
Kata yang maknanya, jumlahnya 3 atau lebih dari tiga. Dalam Bahasa Arab ada 3 jenis:
a.       Jamak mudzakkar salim
Ini untuk isim-isim mudzakkar. Contohnya: “Muslimuuna” artinya orang-orang muslim.
b.      Jamak muannats salim
Ini untuk isim-isim muannats. Contohnya: “Muslimaatun” artinya orang-orang muslimah.
c.       Jamak taksir
Kata kelompokmini nggak punya aturan baku, biasanya untuk kata benda mati. Contohnya: “Kutubun”
Tapi ada juga jamak taksir yang bukan dari kata benda, karena jamak taksir ada dua:
a)      Jamak taksir lil ‘aqil
Untuk yang berakal, contohnya “Rijaalun” artinya laki-laki
b)      Jamak taksir lighairil ‘aqil
Untuk kata benda, contohnya “Kutubun” artinya buku-buku

Catatan:
Asalnya, nama benda mati jamaknya jamak taksir, tapi untuk benda yang mengandung ta marbuthoh, bisa dirubah ke jamak muannats salim. Contoh: “Syajarotun” berubah menjadi “Syajaarotun”. Asalnya, isim-isim mudzakkar jamaknya jamak mudzakkar salim. Tapi beberapa isim mudzakkar jamaknya taksir. Contoh: “Toolibun” berubah jadi “Tullabun”.

3)        Aturan perubahan isim
Rumus perubahan kata dasar (mufrad) ke tatsniyah, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim TERATUR. Berikut rumusnya:
·         Rumus Tatsniyah
o   Mufrad + (aani) untuk keadaan rafa (dijelaskan di Bab Nahwu)
o   Mufrad + (aini) untuk keadaan nashab dan jar (dijelaskan di Bab Nahwu)
·         Rumus jamak mudzakkar salim
o   Mufrad + (uuna) untuk keadaan rafa (dijelaskan di Bab Nahwu)
o   Mufrad + (iina) untuk keadaan nashab dan jar (dijelaskan di Bab Nahwu)
·         Rumus jamak muannats salim
o   Mufrad + (aatun)

4)        Isim dhamir
Kata ganti yang terbagi menjadi 3:
·         Kata ganti orang ke satu (mutakallim): saya, aku
·         Kata ganti orang ke dua (mukhatab): kamu
·         Kata ganti orang ke tiga (ghaib): dia, mereka

1.2.3          Huruf Arab yang Punya Arti
Menurut bahasa, artinya huruf sepeti dalam Bahasan Indonesia, hanya aja jumlahnya 28 dan disebuth huruf hijaiyah. Secara istilah maksud huruf di sini adalah huruf yang memiliki arti dan nggak hanya disusun dari 1 huruf, namun bisa 2 atau lebih. Ada yang termasuk huruf jar, yaitu huruf yang menyebabkan isim yang ada setelahnya wajib dibaca kasroh (i), yaitu:
“min” (dari), “ila” (ke), “’an” (dari), “’ala” (di atas), “fii” (di dalam), “bi” (dengan), “li” (untuk), “ka” (seperti).

Sekian resume dari saya, semoga bermanfaat dan bikin sedikit paham Bahasa Arab. Maaf bahasanya atau penulisannya kurang asik, soalnya saya juga baru belajar, jadi belum paham banget. Contohnya opun nggak banyak.

Uus, IM1

0 komentar: