Minggu, 05 April 2015

Pensiun Gaul

Judul buku         : Pensiun Gaul
Penulis              : Tessie setiabudi & Joshua Maruta
Penerbit             : PT. Gramedia Pustaka Utama, Tahun 2012
Tebal halaman   : 276



Pensiun? Kata ini seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan karena kita tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Tapi dengan tambahan kata GAUL, maka pensiun berarti menuju Gaya hidup sehat dan bahagia, Aktifitasnya bermanfaat, Uangnya banyak dan Lupanya sedikit.
Saya tertarik membaca buku ini, karena suatu saat nanti kita akan mencapai masa itu. Perlu dipersiapkan karena dia adalah bagian dari perjalanan hidup. Persiapan mengelola perubahan dan mengubah paradigma, sehingga kita bisa fokus untuk mengembangkan apa yang kita miliki secara positif bukan kepada apa yang hilang dari diri kita. "Untuk berkembang berarti harus berubah. Untuk menjadi sempurna berarti harus sering berubah" begitu kata Winston Churchill.
Pensiun dan depresi adalah kesan yang biasa melekat erat, selain mensiasati dengan persiapan mental yang matang untuk diri sendiri sediakanlah waktu untuk membicarakannya dengan keluarga tanpa interupsi. Lalu lakukan tindakan bersama untuk melakukan perubahan. Pengertian dan ketulusan keluarga menerima kondisi apapun mengenai diri kita akan melepas rantai depresi tersebut.
Selanjutnya, memilih aktivitas sesudah pensiun yang cocok dengan kemampuan dan pengalaman kita, apakah itu bekerja lagi, membuka usaha, menjadi pekerja sosial ataupun bekerja sendiri, lakukanlah pilihan itu dengan optimal agar aktivitasnya bermanfaat. Mengutip apa yang dikatakan Abert Einstein "Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang, namun mengharapkan hasil yang berbeda".
Pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena disamping mendatangkan uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan kebanggaan pada diri sendiri (karena berprestasi atau pun kebebasan menuangkan kreativitas). Namun ada catatan, orang yang mengalami problem saat pensiun biasanya justru mereka yang pada dasarnya sudah memiliki kondisi mental yang tidak stabil, konsep diri yang negatif dan rasa kurang percaya diri terutama berkaitan dengan kompetensi diri dan keuangan/penghasilan. Selain itu, masalah harga diri memang sering menjadi akar depresi semasa pensiun karena orang-orang dengan harga diri yang rendah semasa produktifnya cenderung akan jadi overachiever semata-mata untuk membuktikan dirinya sehingga mereka habis-habisan dalam bekerja sehingga mengabaikan sosialisasi dengan sesamanya pula. Pada saat pensiun, mereka merasa kehilangan harga diri dan ditambah kesepian karena tidak punya teman-teman. 
Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri positif, rasa percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, maka orang tersebut akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut karena selama tahun-tahun ia bekerja, ia "menabung" pengalaman, keahlian serta keuangan untuk menghadapi masa pensiun. Bagaimana pun juga, perencanaan untuk masa pensiun bukanlah sesuatu yang berlebihan karena banyak aspek kehidupan yang harus disiapkan, dan dipertahankan seperti keuangan, menjaga kesehatan, spiritualitas (mempunyai kehidupan rohani yang sehat dan tetap memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan) dan kehidupan sosial.
Sementara usia kita makin lanjut, kita harus mendisiplinkan diri untuk berkembang , meluas, belajar, menjaga pikiran kita aktif dan terbuka. Berkinerja dengan semangat sampai akhir masa kerja. Berikan warisan yang terbaik berupa sumbangsih dan pencapaian pada perusahaan dan jejak-jejak manis dengan rekan-rekan kerja kita.

0 komentar: