Sabtu, 31 Mei 2014

Manajemen SDM Mencapai Keunggulan Bersaing

Setelah memilah dari beberapa buku yang saya baca di pekan ini, untuk resume akhirnya saya memilih buku Manajemen Sumber Daya Manusia karyanya Raymond A. Noe, et all, sekalian merefresh matakuliah Manajemen SDM. Buku ini banyak menyajikan kasus2 HRM (Human Resource Management) pada perusahaan-perusahaan Amerika, menarik sekali sehingga calon-calon manager di Indonesia bisa mengadopsi konsep tersebut.
Chapter yang saya baca diawali dengan kisah Starbucks, kedai kopi yang berpusat di Seattle AS yang terus berkembang pesat mendunia. Perusahaan ini pada 2006 ditarget memiliki sekitar 30.000 toko di seluruh dunia dan 15.000 toko di AS. Ketika buku tersebut ditulis Starbucks telah berhasil menciptakan 2.800 lapangan kerja secara global. Apa istimewanya dengan kedai kopi ini? Kunci keberhasilannya ternyata terletak pada manajemen perusahaan yang menempatkan karyawan sebagai mitra. Dimana mitra ini mampu memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Perlakuan yang tepat terhadap karyawan merupakan hal yang diutamakan di Starbucks. Mungkin ini bertolak belakang dengan manajemen sebagian besar perusahaan yang sering kita lihat, dimana karyawan pada umumnya hanya diposisikan sebagai bawahan.
Karena peran karyawan sangat sentral dalam mitra Starbucks, maka Starbucks sangat selektif dalam melakukan seleksi dimana karyawan yang terpilih haruslah orang yang tepat (the right man on the right place), melatihnya, menghargainya dan mempertahankannya dengan gaji di atas UMR. Pameran kerja, iklan di toko, situs perusahaan, dan referensi karyawan digunakan untuk merekrut karyawan baru. 85% karyawan Starbucks adalah karyawan paruh waktu, namun mereka sangat dihargai dengan diberikan tunjangan purnawaktu jika overtime, biaya kesehatan, pembayaran cuti sakit, penggantian biaya kuliah bagi karyawan yang masih kuliah, saham atau bonus lain yang layak dan setiap minggu para mitra ini menerima 1 pon kopi gratis.
Starbucks juga memiliki program pelatihan yang intensif terutama bagi karyawan baru dimana para manajer bertindak langsung sebagai pelatihnya. Pelatihan tersebut fokus pada pengetahuan tentang kopi dan cara menciptakan pengalaman positif bagi pelanggan. Kurikulum dan model pelatihan yang digunakan seragam pada seluruh cabang. Para manajer dan asisten manajer juga diberikan pelatihan khusus tentang manajemen ritel, komputer, kepemimpinan, dan pelatihan lain yang mendukung kegiatan usaha. Starbucks meyakini bahwa keberhasilan keuangan perusahaan berasal dari praktik SDM bukan sebaliknya, sehingga manajemen HRM memiliki kedudukan sentral dibandingkan manajemen keuangan itu sendiri.
Kasus di atas membuktikan bahwa Departmen SDM memiliki peran strategis di perusahaan. SDM berbasis bukti (evidance-based HR) menunjukkan bahwa praktik SDM di perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap target perusahaan atau pemangku kepentingan dalam perusahaan (karyawan, pelanggan, masyarakat, dan pemegang saham). Hal ini membantu menunjukkan bahwa uang yang dialokasikan untuk program SDM sebenarnya adalah investasi bukan semata-mata biaya seperti banyak diasumsikan.
Di US saat ini semakin banyak perusahaan yang tertarik menggunakan aset tidak berwujud dan modal manusia untuk memperoleh keuntungan  yang melebihi para pesaing. Suatu perusahaan biasanya memiliki 3 jenis aset, yakni aset keuangan (kas dan sekuritas), aset fisik (bangunan, pabrik, peralatan), dan aset tak berwujud (intangible aset) yang meliputi modal manusia, pelanggan, sosial, dan intelektual. Di US intangible aset terbukti lebih berharga dibandingkan dua aset lainnya, diperkirakan 75% sumber nilai perusahaan terletak pada intangible aset.
Contoh kasus perusahaan penerbangan Southwest Airlines (SA), American Airlines (AA), dan United Airlines (UA) merupakan bukti bahwa intangible aset lebih berharga dibandingkan dua aset lainnya. AA dan UA memiliki aset keuangan dan aset fisik yang sama atau bahkan lebih besar daripada SA tetapi kedua perusahaan tersebut belum mampu menyaingi rute penerbangan yang ditawarkan oleh SA.  Laba yang diperoleh SA juga lebih tinggi daripada AA dan UA, SA juga dikenal sebagai perusahaan penerbangan yang selalu tepat waktu. Apa rahasianya? Perbedaan SA dan perusahaan pesaingnya terletak pada cara mereka memperlakukan karyawan. Contoh, SA memiliki kebijakan tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan mereka mampu konsisten mempertahankannya dalam kondisi yang sulit sekalipun seperti saat peristiwa 9 September (pengeboman WTC). SA juga mementingkan pelatihan dan pengembangan kepada para karyawannya. Para tenaga ahli pesawat juga selalu ready di bandara sehingga jika ada butuh reparasi pesawat bisa dilakukan dalam waktu cepat dan pesawat tetap berangkat tepat waktu. Kebijakan ini menyebabkan para karyawan SA bersifat loyal, produktif dan fleksibel dimana mereka totalitas berkontribusi terhadap keberhasilan maskapai penerbangan.
Perkembangan e-commerce menyebabkan HRM bisa dilakukan lebih fleksible di US. Globalisasi perekonomian dunia melalui e-commerce membuat gagasan 40 jam kerja/minggu. Sebagai hasilnya perusahaan harus dijaga selama 24 jam/hari dan 7 hari/minggu artinya setiap saat perusahaan tersebut harus dijaga. Para karyawan profesional tentu menghadapi jam kerja yang panjang dan tuntutan pekerjaan yang melampaui batas kehidupan pribadi mereka. Sementara perusahaan menuntut hasil kerja karyawan yang lebih besar sehingga mengakibatkan stressor karyawan meningkat, karyawan yang kurang puas, hilangnya produktivitas, dan efek terburuk adalah menurunkan omzet dan profit.
Solusinya adalah perusahaan perlu mengambil langkah yang lebih fleksibel pada HRM. Ini dicontohkan oleh Best Buy, outlet elektronik konsumen terbesar di AS. Perusahaan menetapkan standar yang fleksibel bagi para karyawan, dimana karyawan bebas untuk menentukan bagaimana, kapan, dan dimana mereka bekerja. Apakah mereka memilih bekerja di kantor, rumah, atau tempat lain. kehadiran karyawan dalam rapat fisikpun bukan suatu keharusan bagi Best Buy, asalkan mereka tetap mencapai produktivitas yang ditetapkan perusahaan. Karyawan bisa melakukan konferensi jarak jauh dengan para para manajer untuk membicarakan sesuatu. Model seperti ini ternyata berpengaruh signifikan untuk menaikkan profit perusahaan dan model ini tentu saja hanya cocok untuk perusahaan yang berbasis e-commerce.
Perusahaan yang berkualitas biasanya menetapkan standar ISO 9000:2000 dan standar Malcolm Baldrige National Quality Award. Yang dikenal di Indonesia mungkin baru ISO, kita jarang mendengar ada standar Baldrige Award. Penghargaan Baldrige yang diciptakan oleh hukum publik merupakan pengakuan tentang kualitas suatu perusahaan, meliputi kinerja kemepimpinan, pengukuran analisis dan manajemen pengatahuan, perencanaan strategis, fokus tenaga kerja, proses manajemen, hasil-hasil bisnis, serta pelanggan dan pasar. Semua pemohon Baldrige Award menjalani proses pemriksaan yang ketat selama 300-1000 jam. Salah satu manfaat utama Baldrige Award adalah sebagai laporan umpan balik dari tim pemeriksa yang mencatat berbagai kekuatan dan bidang perbaikan yang harus difokuskan oleh perusahaan.
Standar ISO 9000:2000 diterapkan oleh International Organization for Standardization di Jenewa Swiss. ISO 9000 merupakan nama keluarga dari standar-standar ISO 9000, 9001, 9004, dan 10011 yang meliputi persayaratan penetapan standar kualitas serta proses pengerjaan dokumen untuk membantu perusahaan dalam memahami berbagai persyaratan sistem kualitas. Standar ISO 9000:2000 berlaku untuk perusahaan industri manufaktur, pengolahan, jasa, kehutanan, komputer, baja, hukum, dan keuangan. ISO 9000 adalah standar yang paling menyeluruh karena meliputi perancangan dan pengembangan spesialisasi aktual untuk sistem manajemen kualitas. ISO 1994 memberikan panduan bagi perusahaan yang ingin memperbaiki kualitas. Keberhasilan standar-standar tersebut tentu sangat bergantung kepada kinerja SDM perusahaan, maka disini peran HRM dalam perusahaan juga menjadi sangat penting.
Standar-standar tersebut bermanfaat bagi konsumen, secara tidak langsung standar tersebut menunjukkan apakah produk yang dibeli konsumen memenuhi persyaratan atau tidak, baik dari segi spesifikasi, keselamatan, keamaanan, raw material, maupun hal lain yang menyangkut kualitas suatu produk. Salah satu contoh standar ISO terdapat pada sampul belakang buku yang disebut nomor ISBN (International Standar Boook Number). Buku yang memiliki ISBN adalah yang sudah memenuhi standar ISO.
HRM juga tenyata memiliki permasalahan hukum dan etik. Lima bidang utama dari lingkungan hukum telah mempengaruhi HRM sejak puluhan tahun lalu. Bidang tersebut merupakan UU tentang peluang pekerjaan yang sama, keselamatan dan kesehatan kerja, gaji dan tunjangan karyawan, kebebasan pribadi karyawan, dan keamanan kerja. Perhatian masalah HRM di US cenderung lebih ditekankan pada usia, ras, diskriminasi agama, dan diskriminasi terhadap karyawan penyandang cacat. Contohnya adalah kasus glass ceiling dimana pihak minoritas ulit untuk masuk jajaran manajemen puncak, screening DNA bagi karyawan karena dikhawatirkan menularkan penyakit genetik, dll.
Perluasan bisnis global menjadi mudah karena adanya teknologi. Tentang pengembangan teknologi Insya Allah akan saya bahas di resume selanjutnya, khususnya menilik peran manajemen teknologi dalam pengembangan agribisnis. Globalisasi tidak hanya mempengaruhi perusahaan-perusahaan dengan operasi internasional, namun juga perusahaan lokal, dimana mereka bisa saja membeli atau memproduksi barang-barang yang telah diproduksi di LN, mempekerjakan karyawan dari berbagai latar belakang, atau bersaing dengan perusahaan-perusahaan milik asing.

Pada akhirnya setiap perusahaan akan bersaing untuk bertahan hidup dan menembus pasar internasional. Untuk meningkatkan daya saing global perusahaan harus meningkatkan daya saing global seta mempersiapkan karyawan yang lebih baik untuk tugas-tugas global. Untuk memasuki pasar internasional, perlu kiranya kita meniru strategi US, yakni dengan mengirim para karyawan atau manajer lokal untuk bekerja di perusahaan-perusahaan internasional. Pelatihan lintas budaya juga dilakukan untuk mempersiapakan karyawan dan keluarganya tinggal di LN dan harus kembali ke negaranya jika sudah selesai masa tugasnya. Agar dapat berhasil bersaing di pasar global maka perusahaan harus mampu memahami perbedaan perbedaan budaya dan serius berinvestasi dalam bentuk intangible aset.

-THW IM1- 

0 komentar: