Rabu, 26 Agustus 2015

Rumah Tangga

Bincang Bintang#4 Komunitas Indonesia Membaca Bersama Fahd Pahdepie
Berumah Tangga: Berumah dalam cinta, bertangga menuju surga (Uuuwww)



Well, judulnya ada embel-embel alay-nya. Tapi begitulah, topik pernikahan selalu jadi topik hangat yang mengundang ekspresi itu hoho.

Yap, komunitas Indonesia Membaca (IM) pada hari Senin tanggal 17 Agustus 2015 lalu (tepat di Hari Kemerdekaan bro) mengadakan kembali salah satu agenda besarnya yaitu Bincang Bintang (Bin2) via WhatsApp (WA). Di  agenda Bin2 ini, kami biasanya mengundang seorang tokoh yang inspiratif untuk berbagi dan berdiskusi tentang sebuah topik. Bisa tentang pengalaman hidup ataupun buku yang ditulis sesuai dengan kepakarannya.

Nah, narasumber kami kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah penulis yang bukur terbitan barunya yang berjudul ‘Rumah Tangga’ sangat laris manis sudah hampir cetak untuk kelima kalinya dalam waktu yang sangat singkat. Siapa lagi kalau bukan mas Fahd Pahdepie. Dan tema kali ini, tentu saja bertemakan topik yang sepertinya akan selalu jadi topik hangat sepanjang masa itu. Yaiyalah, tak ada seorangpun yang terlahir di dunia ini tanpa punya peran dalam rumah tangga, entah sebagai bapak, emak, ataupun anak.

Diskusi Bin2 kali ini dimulai dengan pantikan dari moderator dengan beberapa pertanyaan seputar topik yang diangkat. Karena sebagian besar pesertanya adalah kawula muda yang belum mencicipi pernikahan, tak terkecuali moderatornya (#eh maaf kepada yang kemarin merasa jadi moderator, semoga segera ketemu jodohnya hehe), maka pertanyaan pantikan pun ala jomblo banget.

Pertama, diskusi dibuka dengan pertanyaan: apa yg perlu diyakinkan utk menuju proses berumah tangga? Mas Fahd (begitu kami memanggilnya) pun menjawab,” Perlu yakin ada pasangannya dulu (#eaaa ini sepertinya bagian tersulit). Dari sudut pandang laki-laki, tak ada laki-laki yang bisa menjadi pulau untuk dirinya sendiri. Kata John Donne, no man is an island.”

Maksudnya bahwa tidak  ada orang yang bisa hidup sendirian, memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri. Maka untuk berpasangan, untuk menikah, yang harus diyakinkan adalah bahwa kita bukan orang yang sempurna. Kita menikah dengan membawa banyak kekurangan dalam diri. Dengan begitu, pernikahan akan menjadi momen untuk terus belajar dan memperbaiki secara terus menerus. Banyak yang bilang sebelum menikah kita harus mapan, harus meyakinkan diri bahwa sudah mapan. Menurut beliau, sebelum menikah kita harus sadar bahwa diri punya banyak kekurangan, sedang dalam proses, being dan becoming individu yang 'membelum'.

Lalu ketika ditanya bagaimana agar bisa saling bersinergi dengan pasangan dalam mencapai impian masing-masing? Mas Fahd mengatakan bahwa dengan merasa bukan pribadi yang sempurna, maka kesombongan, ego, dan arogansi bisa sedikit dikurangi. Terutama bagi laki-laki dalam kultur masyarakat kita. Berbekal niat untuk selalu belajar, sambil sadar sebagai individu yang membelum, cara pandang terhadap pasangan pun akan berbeda. Kita akan bisa melihat ada sisi lain dari pasangan  yang akan menyempurnakan kita, menemani selama proses belajar, bersama-sama saling melengkapi. Di situlah terjadi sinergi. Sinergi itu untuk semua hal. Dari yang paling simple sampai impian-impian besar.

“Kalau sinergi cuma untuk mencapai impian besar, lebih baik ikut organisasi atau partai politik.” Katanya menutup jawaban dari pertanyaan kedua ini. Hmmm, catet.
Pertanyaan ketiga adalah pertanyaan khas anak muda aktif yang belum menikah, hehe. Bagaimana bisa tetap produktif menulis dan beraktivitas lainnya walaupun sudah berumah tangga? Beliau menjawab, “Saya sudah menulis sebelum berumah tangga. Menulis sudah jadi bagian dari diri saya. Dengan berumah tangga, saya tidak tetap produktif menulis, tapi saya semakin produktif menulis. Itu dua hal yang berbeda. Buat saya, berumah tangga memberi energi lebih.”

Wow, semoga jawaban ini mengurangi jumlah pemuda galau setelah membacanya hoho. Dan bocoran behind the scene dari diskusi ini, beliau aktif menjadi narasumber dalam diskusi ini sambil bermain dengan anaknya. See? Menikah dan mempunyai anak bukan penghalang untuk tetap produktif. (Haha gaya banget. Yang nulis ini juga bercerminlah! :v)

Nah, pantikan terakhir dari moderator adalah, bagaimana meredam konflik atau ego kepentingan pribadi dlm berumah tangga? Bagaimana kaitannya dg aktivitas berkarya? Menurut beliau, berkarya yang baik itu adalah proses menemukan diri sendiri. Kata Syaikh Naqsabandy, seorang Sufi dari Maroko, berkarya itu seperti memahat diri sendiri. Berkarya adalah proses memahatnya hingga membentuk siapa diri kita sebenarnya. Proses memahat diri itu adalah proses yang terus menerus dan tak pernah selesai. Sebab kata Naqsabandy, sejatinya kita juga sedang berusaha memahat wajah Tuhan. Hingga mati tak akan selesai. Karena berumah tangga juga cara lain menyempurnakan diri, maka berkarya dan berumah tangga seharusnya bisa saling mendukung. Bukan saling melemahkan.

“Kalau niatnya ingin terus belajar, menemukan gambar diri yang terbaik, rumah tangga justru semacam akselerator dalam berkarya. Tak perlu ada konflik ego di dalamnya. Kecuali, meminjam istilah Chairil Anwar, jika kau menulis hanya untuk pergi ke pesta!” Tutupnya sebelum sesi diskusi dengan peserta dimulai.

Tanggapan dari peserta sangat antusias. Salah satu pertanyaan dari peserta adalah, bagaimana kalau sudah siap namun jodohnya atau pasanganya belum ketemu? Apa yang sebaiknya di lakukan? Jawaban beliau pun cukup singkat. Menunggu dengan aktif. Maksudnya, jodoh itu seperti invensi. Kalau kita menemukan seseorang, sebenarnya kita 'menemukan' atau 'ditemukan'? Maka jikapun perlu menunggu, menunggulah dengan aktif. Kalau kita menunggu pesawat yang akan memberangkatkan kita ke suatu tempat, kita akan menunggunya dengan aktif. Kita cari tahu jadwalnya, kalau delay kita akan mencari tahu alasannya kenapa, kita menyiapkan tiketnya, kita menyiapkan barang bawaan, dst. Itu yang dimaksud menunggu dengan aktif.

Selanjutnya pertanyaan dari seorang wanita hehe, bagi seorang wanita, bagaimana sikap dan cara terbaik yang dilakukan untuk memulai berumah tangga? Karena semua kan dipersiapkan diawal. Jawab Mas Fahd,” Mulailah dengan pikiran yang baik. Tuhan itu Maha Oke. Dia akan meng-Oke-kan apa yang kamu pikirkan.” Atau dengan kata lain, dalam agama Islam, Allah itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Termasuk dalam hal jodoh, mungkin maksud Mas Fahd adalah, tetap berprasangka yang baik terhadap Yang Mengaturnya. Mantap.

Pertanyaan selanjutnya, khas kegalauan jomblo (#ups). Apakah diperbolehkan jika kita berdoa untuk dijodohkan dengan seseorang yang kita nilai dia mampu menjdi imam untk hidup? Sepertinya demi membaca kata ‘imam’, yang bertanya adalah kaum hawa lagi hehe. Kata Mas Fahd, “Boleh, kenapa enggak? Boleh sebut namanya, bahkan bayangkan wajahnya.” #eaaa sepertinya setelah ini ada nama-nama yang bermunculan dalam doa.
Masih dengan penanya yang sama lanjutan pertanyaan di atas,” Tertuju pada seseorang gitu??? Kalau nggak terkabul pasti sedih.”
Jawab beliau,” Kalau terkabul juga belum tentu kita nggak sedih, kan? Nggak ada yang tahu. Prayer is always worth to try.” Noted it (y).

Pertanyaan berikutnya juga tak lepas dari kegalauan, cuma kali ini kegaluan ala jomblo dengan cita-cita besar bro, yaitu apakah perlu membuat perjanjian di awal pernikahan agar sama-sama mendukung cita-cita antara suami dan istri? Nah kan, biasanya mereka ini gamang menuju langkah ke jenjang pernikahan karena ini. Lalu apa jawaban Mas Fahd? Beliau mengatakan tidak perlu. Karena nanti akan tahu bahwa orang itu tidak sama dengan robot. Impian kita bisa berubah. Cara kita mendekatinya bisa berubah, dll. Saling percaya saja menurutnya sudah cukup. Karena yang paling penting dalam pernikahan itu adalah kejujuran dan komunikasi. Warbyasah. Buat jomblo-jomblo bercita-cita tinggi, sepertinya setelah baca ini bisa make up your mind hohoho.

Terakhir, seorang penanya sepertinya ingin mendapat inspirasi lebih dari kehidupan pribadi rumah tangga Mas Fahd. Pertanyaannya seberapa besar peran istri bagi Mas Fahd dalam mendukung proses berkarya dan pendidikan? Beliau menjawab, bahwa peran istri bagi beliau besar sekali. Karena beliau dan istri sama-sama tahu menikah adalah untuk saling menyempurnakan satu sama lain, saling membantu mewujudkan impian satu sama lain. Lagi-lagi jempol deh.

Itulah penutup diskusi tentang rumah tangga dengan Mas Fahd. Semoga semakin banyak jomblo-jomblo yang tercerahkan. Karena dipungkiri atau tidak, semua hal yang dibahas di atas itu ditanyakan oleh jomblo hohoho. Sekian reportase Bin2 IM, jangan lupa untuk tengok reportase Bin2 selanjutnya jika masih ada kesempatan.

Catatan:
Beberapa dari diskusi ini telah ditulis dan di-elaborasi lebih lanjut oleh narasumber di artikel yang bisa ditemukan dalam link berikut: http://islamlib.com/keluarga/menikahlah-sebelum-mapan/




0 komentar: