Minggu, 02 Agustus 2015

Anak Anak Angin



Resume 5: Indonesia Membaca
Oleh: Try Antika

Judul                      : Anak Anak Angin
Penulis                   : Bayu Adi Persada
Penerbit                 : PlotPoint Publishing
Tebal Buku            : 271 hlm 




Pernah mendengar gerakan Indonesia Mengajar? Tentu pernahlah ya, sebuah gerakan yang digagas dengan sangat luar biasa oleh seorang Anies Baswedan yang fokus dalam pengembangan kemajuan dunia pendidikan. Anies Baswedan, Pendiri Yayasan Gerakan Indonesia Mangajar ini memiliki misi untuk membantu tumbuhnya kemajuan pendidikan di suatu wilayah melalui penempatan guru berkualitas, serta menjadikan gerakan ini sebagai wahana pengembangan diri dan penggemblengan bagi anak-anak muda Indonesia, agar tidak hanya kuat secara kepemimpinan, tetapi juga punya ikatan kuat pada dunia pendidikan, pada masyarakat daerah serta rakyat kebanyakan. Dua misi diatas, Anies Baswedan telah menyentuh 2 lapisan masyarakat yang berbeda sekaligus, yang pertama adalah anak-anak yang masih jauh dari yang namanya pendidikan yang layak, dan kedua, mengembalikan peran pemuda sebagai solusi permasalahan bangsa. Melalui gerakan ini, Anies Baswedan berhasil mengajak pemuda-pemudi Indonesia untuk lepas dari keegoan dirinya. Selain itu, banyak sekali pelajaran yang hadir dari gerakan ini, adalah melalui cerita-cerita pengalaman seorang Pengajar Muda, mampu membuka mata, mengetuk hati banyak orang, bahwa beginilah Indonesia, yang tidak bisa disimpulkan situasi dan kondisinya hanya sekadar melihat kota-kota besar saja, Jakarta misalnya, Indonesia memiliki anak-anak negeri di berbagai pelosok yang sangat jauh dari yang namanya pemerhatian pemerintah, gerakan ini juga mampu menyadarkan para pendidik bahwa bagaimana pendidik seharusnya berperan, mendidik tidak sekadar asal selesai mendidik saja, seperti menggugurkan kewajiban, jauh dari yang namanya kesabaran, objektivitas dalam menilai potensial anak didik, dan tidak dengan sense untuk menjadikan didikannnya menjadi anak-anak yang benar-benar terdidik. Beberapa guru dengan karakter seperti ini saya sering mentitelnya dengan sebutan “Guru Gagal Gaul”.
Dalam buku Anak-Anak Angin ini, Bayu Adi Persada, salah satu Pengajar Muda Angkatan Pertama asal Jakarta lulusan ITB ini berangkat menuju pelosok kecil bernama Bibinoi, Pulau Bacan, Halmahera Selatan. Keputusannya untuk terjun bergerak, mendidik dengan menginspirasi dari Jakarta ke Halmahera Selatan tidaklah demi prestise, Bayu berangkat atas dasar keinginannya untuk menjadi pendamping mereka yang belum banyak tersentuh kemajuan, Bayu berangkat demi kehormatan bangsanya, negerinya, Indonesia. Walaupun “keputusan gila”nya ini belum sepenuhnya mendapat restu dari kedua orang tuanya, yakni tentang bagaimana izin Bayu kepada kedua Orang Tuanya ditanggapi sebagai sebuah keputusan bodoh yang hanya membuang-buang waktu saja, akan tetapi Bayu masih memiliki keyakinan bahwa diterimanya ia menjadi salah satu Pengajar Muda diantara 51 Pengajar Muda lainnya dari 1383 pelamar adalah sebuah jalan yang Allah siapkan untuknya.
Melalui perjalanan yang cukup panjang, berganti dari pesawat mewah selama 4jam dari Jakarta menuju Ternate, ke kapal motor selama kurang lebih 9jam dari Ternate menuju Babang, dan perjalanan kaki selama 30menit dari Babang  ke Labuha untuk menghadiri penyambutan residi kantor bupati dan bertemu dengan para pejabat Dinas Pendidikan. Setelah selesai, Bayu bersama partnernya Ardhi dan Ayu menuju desa Bibinoi, desa penempatannya untuk mengabdi selama satu tahun kedepan. Bibinoi bukanlah desa dengan fasilitas yang layak, listrik masih menjadi sesuatu yang langka bagi desa ini, apalagi fasilitas umum seperti telepon, dll. Warga desa Bibinoi telah akrab dengan penerangan lampu minyak yang rentan pula tertiup oleh angin pesisir pantai, ya, Bibinoi merupakan sebuah desa yang letaknya di pesisir pantai.
Perjalanan Bayu sebagai Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar memberikan banyak pelajaran berharga yang belum tentu bisa ia dapatkan di bangku sekolah, di bangku kuliah sekeren apapun kampus perkuliahannya. Ia belajar bahwa niat baik dan kekerasan hati saja tak cukup untuk mengubah keadaan. Belajar bahwa solusi hidup bukanlah kata-kata motivasi, tapi adalah tindakan nyata. Teringat tentang perkataan Pandji Pragiwaksono, bahwa atas banyak ide-ide atau gagasan-gagasan perbaikan yang lahir dari banyak pikiran dan hati anak manusia, akan sia-sia saja bak semilir angin laut jika tidak diteruskan dengan sebuah pergerakan. Pemuda itu percuma saja jika ia hanya diam dengan ide dan gagasannya yang luar biasa, negeri ini membutuhkan Pemuda yang tanggap bagaimana seharusnya bersikap dan bergerak, ketika ide dan gagasan hadir, maka itu artinya adalah bergerak.
Melalui karakter anak-anak didiknya yang tidak semuanya memiliki antusias dalam belajar, kenakalan wajar dari mereka seringkali mengganggu rencana kelas yang kondusif yang telah disiapkan oleh Bayu sebelumnya sering membuat Bayu kewalahan. Tapi ia kembali menurunkan egonya, meninggikan sabarnya, mengambil pelajaran bahwa beginilah sosok guru seharusnya, bahwa guru sebagai penghubung pembelajaran, haruslah memiliki seni tentang bagaimana menjelaskan sesuatu kepada anak didiknya agar tercapainya pemahaman, tidak sekadar anggukan asal. Belajar dengan bermain misalnya, materi tentang energi gerak pernah Bayu sampaikan melalui permainan origami kicir angin, menjelaskan sesuatu dengan gambar-gambar berwarna yang menarik, tidak dengan deskripsi dalam paragraf panjang yang jauh dari angan-angan bayangan.
Ya, begitulah bagaimana seharusnya seorang guru, bagaimana seharusnya seorang pendidik, mendidik dengan penuh ketulusan hati. Dan begitulah bagaimana seharusnya seorang pemuda, telah selesai dengan urusannya, selesai dengan egonya, tentang hidupnya tidak hanya untuk dirinya, tapi untuk sekitarnya. Dan begitulah bagaimana kita seharusnya, bagaimana seharusnya seorang umat manusia, bahwa hidup ini adalah tentang kesabaran, bahwa kesabaran tidak hanya tentang permasalahan yang hadir, tapi kesabaran juga tentang segala kabahagiaan, kesenangan, dan kemudahan yang hadir.
Begitu, selamat bergerak dengan menginspirasi sekitar. J
Oleh: T2. IM3

0 komentar: