Selasa, 28 Juni 2016

Rindu





Jika boleh saya defenisikan maka buku ini adalah sebuah novel berlatar tahun 1939 Masehi tentang sebuah perjalanan kerinduan ke Baitullah. Sebuah perjalanan tak mudah, memakan waktu, menguras hati, energi, juga menjemput mati. Perjalanan menyusuri laut, mengarungi samudera, menggunakan kapal uap yang hebat di zamannya.. yang diberi nama Blitar Holland. Bercerita tentang keseharian jama'ah haji diatas kapal, dg rutinitas yg sengaja dibuat Guruta agar perjalanan mereka lebih bermakna di kapal tsb,

Terdapat lima kisah di dalamnya. Tentang Daeng Andipati pengusaha sukses dengan dua putri menggemaskan Anna dan Elsa. Tentang Ambo Uleng, kelasi pendiam tapi ksatria, Guruta Ahmad Kareang; seorang ulama besar yang bijaksana dan Bonda ope- perempuan china muslim yang cantik.
Lima tokoh dengan jalan hidup berbeda namun di pertemukan disana- di kapal haji Blitar Holland. Berangkat dengan membawa pertanyaan mereka masing-masing, yang kemudian semua dapat terjawab tuntas sebelum mereka betul-betul sampai ke Makkah.

Diantara novel _Tere Liye_ yang saya baca- (belum seberapa, red). Novel Rindu menyisakan kesan mendalam, banyak hikmah dimana-mana, sarat ibrah. Diceritakan tetap dengan ciri khasnya tere liye. Sederhana namun seru,. menyisakan tanya disetiap bab-nya. Saya bahkan bisa membayangkan bagaimana ramainya kantin kapal, lorong-loronf kabin-kabin, dsb.
Kisah komplit, ada unsur tegang, lucu juga haru.

Bagian menegangkan diantaranya adalah ketika Bonde Ope mendadak bertemu teman masa lalu (hal yang selama ini ia takutkan, red) - teman yang tentu akan mengungkit masa kelamnya dulu saat menjadk seorang  Cabo(pelacur), Ketika Daeng Andipati nyaris terbunuh namun secarik kertas "takdir" menyelamatkannya, Saat Ambo uleng kehilangan keluarganya, terkatung2 di lautan, juga saat ia nyaris menjemput ajal di kapal, ketika Guruta diringkus karena kedapatan menulis tentang buku mengenai “Kemerdekaan” oleh Belanda lalu dipenjarakan di sel-terancam dibuang ke Afrika, ketika kapal terkatung-katung di laut karena kerusakan lalu serbuan segerombolan perompak laut berkedok nelayan minta tolong yang membuat situasi makin mencemaskan.

Bagian lucunya tentu terdapat pada dua putri Daeng Andipati yg suka beradu mulut tentang hal remeh temeh, Anna yang sok akrab, tentang tas biru Anna, tentang sepasang sejoli tua romantis-Mbah Kakung dan Mbah Putri-dengan pendengaran kurang awas mereka (acap kali jadi lawan debatnya Anna)- sehingga berkali kali pula sukses mengocok perut banyak orang karena berkali-kali terjadi salah sambung.

Sedangkan bagian harunya ada di ending tentang Mbah Kakung yang brlinang air mata di depan Kakbah, tentang akhir kisah cinta sejatinya, juga mengenai nasihat Guruta tentang "hadiah paling indah bagi orang yang bersabar" dan terus terang bagian ini adalah yang paling bikin excited gak bakal lupa. menurut saya.

Novel dengan 544 halaman ini merefleksikan bagaimana hakikat hidup sejatinya, menunjukkan bagaimana kita harus terus bijak dalam memaknai, memandang dan menyikapinya dengan yang namanya kehidupan. Mengupas tentang masa lalu yang pilu, kebencian, kehilangan, cinta sejati, serta pengingkaran. Apik, penuh dan detail, tak menyisakan tanya, samasekali.

Novel ini berakhir dengan bahagia (salah satu nilai plus menurut saya) Karena bagi saya pribadi, sebuah novel itu harus happy ending. kenapa? Iyalah. _wong_ kita udah capek-capek baca sampe juling.  masa ujung-ujung nya berakhir dengan sesak di dada, sakit di hati, dan dendam kesumat pada penulis, hehe
Intinya, novel ini recomended banget, buat tua muda segala usia. Sekian. Moga gak terlalu spoiler.

Judul Buku                   : Rindu
Penulis                         : TereLiye
Jumlah Halaman           : 544hal
Penerbit                       : Republika
Tahun terbit                  : 2014
Diresume oleh              : Suhailah Amatullah

0 komentar: