Bagaimana seorang penjahat
bisa menjadi pemimpin? Menjadi pertanyaan besar tatkala saya membaca buku ini.
Di Cina, seorang kepala desa dipilih oleh partai bahkan seringkali pemilihan
ini dipaksakan oleh bos partai. Artinya meski seseorang oleh masyarakat dinilai
tak layak menjadi pemimpin namun ia tetap dijadikan pemimpin oleh bos partai. Apakah
partai tahu bahwa yang dipilihnya adalah penjahat? Ataukah partai dengan sengaja
bekerjasama dengan para penjahat ini untuk menambah income mereka? Saya pribadi
tak dapat menyimpulkan namun kisah-kisah disini mengarah adanya konspirasi
terstruktur antara pejabat pemerintah diberbagai level yang sebagian besar juga
kader partai berkuasa, pejabat partai, dan tentu si kepala desa sebagai pemain
utama pelaku penindasan petani dalam beberapa kasus ini.
Masalah utama selain
penarikan pajak di luar aturan adalah korupsi, penggelapan, perkosaan, dan
bahkan pembunuhan. Lucunya yang dikenai pajak tidak hanya tanah dan bangunan
tetapi mendirikan bangunan, semua komoditas pertanian (padi, sayur, buah), dan
hewan ternak semua ada pajaknya. Lucunya lagi pajak tersebut dihitung per
kepala alias per orang. Jadi bisa dibayangkan betapa berat biaya pajak yang
harus ditanggung petani di pedesaan ditengah hidup mereka yang miskin. Mark-up
pajak petani bisa lebih dari 20% dari biaya pajak normal. Padahal sebagai salah
satu negara berpenduduk tertinggi di dunia, petani menjadi tulang punggung
menopang ketahanan pangan negara. Sayangnya petani kala itu diperlakukan tak
selayaknya manusia. Siapapun yang membela nasib petani harus siap berhadapan dengan
tukang pukul bahkan harus siap kehilangan nyawa.
Konspirasi media pun
terlihat nyata dalam konflik ini. Sebagai contoh sebuah kisah di Desa Zhang
dimana empat warga dibunuh di siang bolong oleh kepala desa dan anak-anaknya.
Empat orang yang dibunuh merupakan penanggungjawab audit keuangan kas desa.
Saat kepala desa dan kroninya ditangkap dan kasusnya mulai disidangkan, berita
yang beredar diplintir bahwa pembunuhan terjadi akibat percekcokan dan tak
direncanakan. Bahkan ada surat kabar provinsi yang menuduh korban sebagai
ekstrimis. Sungguh artikel licik yang sengaja disetting untuk memanipulasi
opini publik. Berita seperti ini banyak sekali seliweran pun di negara kita. Dalam
kasus ini, akhirnya ketahuan bahwa berita tersebut dibuat atas perintah pejabat
kabupaten. Bahkan dalam rangka menutup mulut penduduk dari kisah yang
sebenarnya, bos partai dan pejabat kecamatan sengaja hadir menemui penduduk
untuk memberikan instruksi tutup mulut.
Berita-berita yang
beredar nyaris mengesampingkan tuntutan petani yang sesungguhnya. Penduduk
hanya menuntut hak demokratiknya atas beban pajak di luar batas. Ketika kasus
ini dilaporkan kepada petugas partai, pun tak ada respon. Dan akhirnya
diketahui bahwa kepala desa, kepala partai, pejabat pemerintah, dan akuntan
terlibat dalam konspirasi ini. Mirisnya petugas pengadilan dalam hal inipun
berani menyebarkan vonis palsu atas kasus di Desa Zhang. Pengadilan menyiarkan
vonis hukuman mati bagi tersangka (kepala desa dn anak-anaknya), namun saat
penduduk meminta bukti dokumen vonis, pengadilan tidak mau membukanya untuk
publik. Setelah beberapa waktu akhirnya salinan dokumen asli diperlihatkan
kepada publik namun isinya sungguh mengejutkan. Kesimpulannya laporan tersebut
menyebutkan bahwa korban lah yang memulai perkelahian dan tak ada vonis hukuman
mati untuk tersangka.
Ketika kasus di Desa
Zhang ini menyeruak, penduduk desa bahkan diberi aturan dilarang pergi ke luar
kota untuk menghindari berita tersebar ke luar kota. Namun serapat apapun
kejahatan ditutupi lama-lama tersiar juga. Reporter yang langsung melakukan
investigasi ke lapangan adalah kantor berita Xinhua cabang Anhui. Artikel yang
pertama kali mereka publikasikan adalah tentang strategi penggelapan pajak
melalui dua pembukuan keuangan, satu versi asli untuk si kepala desa dan satu
versi palsu yang dilaporkan si kepala desa untuk pejabat berwenang.
Beberapa kasus dalam
buku ini tidak jelas ending putusan hukumnnya. Terlihat bahwa hingga sampai
detik ini hukum masih tumpul ke atas, apa yang memutuskan kemenangan atau
kegagalan sebuah putusan hukum bukan masalah benar atau salah atas kasus itu
sendiri tetapi lebih kepada kemampuan pemohon (tersangka atau korban) untuk
mendapatkan akses ke sistem peradilan. Dalam kenyataannya ada kekuatan lain
yang lebih kuat menggerakkan dan menciptakan jarak antara kehidupan yang kita
jalani dengan apa yang tertulis dalam Undang Undang, yaitu kekuasaan.
Judul Buku : China Undercover
Penulis : Chen Guidi dan Wu Chuntao
Penerbit : Ufuk Press
Bandung, 23 Januari
2017
-THW-
0 komentar:
Posting Komentar