Buku ini saya dapat gratis dari sebuah toko
buku karena saya borong buku dr sana😆
Buku ini terdiri dari 8 bagian dan setiap
bagiannya terdiri dari 3 sampai 8 bab. Nah, saya baru baca sampai bagian dua,
jd ini yang akan saya resume pada kesempatan kali ini.
Mengapa penulis buku ini memberi judul
'Crazy Honeymoon in Japan'? Well, setelah penulisnya menikah, sebut saja Mba
Fifi, beliau dan suaminya menjalani LDR Indonesia-Jepun. Suaminya yang tinggal
di Jepang. Saya tidak tahu apakah suaminya me jalani studi atau bekerja di
Jepang karena tidak dijelaskan di pengantar oleh Mba Fifi. Nah, karena LDR, Mba
Fifi ini sering berkunjung ke Jepang untuk menemui suaminya. Dan segala kisah
perjalanannya ke Jepang dalam rangka menemui sang suami lah yang beliau sebut
sebagai honeymoon, dan beliau abadikan melalui buku ini.
Lantas apa menariknya buku ini? Penulis
tidak serta-merta hanya berkisah tentang perjalanan-perjalannya di Jepang,
namun juga mengambil banyak hikmah dari budaya masyarakat Jepang. Plus, diaertai
tips-tips untuk hidup di Jepang dan segala pernak-perniknya bagi yang berencana
mencicipi kehidupan di negeri matahari terbit ini.
BAGIAN PERTAMA, Salam, terdiri dari tiga bab. Embun di
Kanaya, Rintik di Osaka, dan Sakura Pertama. Embun di Kanaya berkisah tentang
perjalanan beliau ke kebun teh di Kanaya, kaki gunung Fuji, dan bertemu dengan
seorang mualaf Jepang. Rintik di Osaka
berkisah tentang pertemuannya dengan Yuriko, teman suaminya dari Jepang dan
bagaimana mereka sangat menghargai cita-cita seseorang walaupun orang tersebut
belum merealisasikan cita-cita tersebut. Ya, Yuriko menyemangati Mbak Fifi
untuk berhasil merealisasikan mimpinya menerbitkan buku melalui doanya. Lalu
Sakura Pertama. Bab terakhir di bagian pertama ini mengkisahkan sakura pertama
yang dilihat Mbak Fifi di Jepun.
Pada bagian awal ini, beliau banyak memberi
info tentang organisasi-organisasi penting untuk kita hubungi ketika berkunjung
atau menetap di Jepun untuk beberapa saat.
Dari banyak hikmah yang beliau ambil, dari bagian pertama ini beliau
berkisah tentang teraturnya, bersihnya dan tepat waktunya transportasi di
Jepun.
BAGIAN DUA, Sekitar Apato. Apato adalah
istilah orang Jepang untuk menyebut apartemen tempat tinggal. Kalau mewah,
nyebutnya mansion. Bagian ini terdiri dari 4 bab. Naik Sepeda Lagi, Kesan
Pertama, Langkah Bayi Penyu, dan Tidak berpagar.
Naik Sepeda Lagi, berkisah tentang waktu
beliau diajak suami ke pusat kota Hamamatsu naik sepeda dari apato mereka.
Beliau banyak bercerita tentang asyiknya bersepada di Jepang. Ada jalur khusus,
tertib pengguna lalu lintasnya, sampai keamanan parkirnya.
Kesan Pertama, bercerita tentang
pengelolaan sampah di Jepang. Dari dimana saja tempat penampungannya, jadwal
pengambilan sampah dan jenis-jenisnya. Keseriusan Jepang dalam mengelola sampah
menghasilkan Jepang yang bersih. Masyarakat yang mau diajak bekerjasama
berdisiplin dalam membuang sampah sesuai aturan, tempat dan jadwal juga faktor
yang sangat penting. Dan, tempat penampungan sampah disana tidak bau kayak
disini.😬
Bab ketiga, Langkah Bayi Penyu, bercerita
tentang pertama kalinya Mbak fifi di ajak suami ke pantai. Beliau menyaksikan
anak-anak TK sedang melepas bayi-bayi penyu ke laut. Orang Jepang sangat
menjaga keseimbangan ekosistem dengan membiarkan hewan dan tumbuhan hidup di
alam bebas.
Nah, bab terakbir dr bagian kedua ini
adalah Tidak Berpagar. Apa maksudnya? Ya, beliau menceritakan tentang setting
saranya transportasi dan pusat perbelanjaan di Jepang. Stasiun, terminal bus
dan pusat perbelanjaan ada dalam satu area di Jepang untuk efektifitas waktu.
Pun bandara, biasanya selalu terintegrasi dengan stasiun dan pemberhentian bus
bandara.
Nah itu dia diantara hal2 positif yg bisa
di contoh dari masyarakat Jepang dari Bagian 1 dan 2 buku ini..
Devy, IM2
0 komentar:
Posting Komentar