Penulis disini mencoba menceritakan setiap jejak
kehidupan yang tak luput dari goresan pena. Banyak pembelajaran dan konflik
dari kisah-kisah sederhana yang terkadang membuat kita merasakan kemiripan
kisah atau sentilan ringan. Ada 21 kisah
yang diceritakan dalam buku jejak-jejak yang terserak ini.
Saya tertarik dengan kisah yang pertama yaitu
tentang arti sebuah salam. Rasulullah
SAW bersabda, “ tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan tidaklah
kalian beriman hingga saling mencintai, maukah kalian aku tunjukkan suatu
amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai?
Tebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim).
Penulis bercerita tentang lingkungan kerjanya,
dimana mengucapkan salam belum menjadi suatu kebiasaan. Hanya beberapa orang
yang rajin menebarkan salam ketika bertemu atau memasuki ruangan kerja. Berbeda
seratus delapan puluh derajad dengan sebuah kantor di kawasan Cipulir, mungkin
ada yang tau daerah ini? Suasana keislamnnya sangat kental, para pegawai pria
sering menggunakan baju koko bahkan peci, yang perempuannnya menggunakan
jilbab. Ucapan salam akan selalu terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu
ketika seseorang masuk atau meninggalkan ruangan kantor. Penulis yang saat itu
beberapa kali ke kantor tersebut masih belum mampu mengikuti kebiasaan
tersebut, sampai akhirnya ia di tegur oleh pegawai disana. Beliau mengingatkan
akan pentingnya arti sebuah salam. Sayapun merasa masih belum mampu setiap saat
mengucapkan salam dimanapun berada.
Dengan salam yang selalu didengar dari mulut para
pegawainya, tak heran bila tumbuh rasa cinta dan kasih sayang diantara mereka,
ada rasa keakrapan dan kekeluargaan yang
hangat di tempat tersebut.
Kisah kedua tentang jejak cinta, (QS.Ar Rum :21).
Penulis menceritakan bagaimana cinta yang sebenarnya. Ada juga bunga untuk
pasangan, ini bukan bunga biasa yang identik dengan bunga mawar, bunga ini luar
biasa yaitu bunga ketakwaan, bunga kesetiaan, bunga komunikasi, bunga
perhatian, bunga keterbukaan, bunga kejujuran. Bunga-bunga itulah yang harus di
pupuk oleh setiap pasangan. Memancing jodohpun diceritakan oleh penulis,
bagaimana layaknya seorang pemancing yang rela berlama-lama menunggu umpan
mereka dimakan ikan, kenapa harus nunggu lama-lama, kan ikan bisa langsung
dibeli di pasar.
Setiap pemancing pasti akan stres jika hanya menunggu
saja, tanpa melakukan hal-hal lain selama masa menunggu tersebut. Selama
menunggu, seorang pemancing bisa menikmati angin sepoi-sepoi, melihat indahnya
langit, mengamati pergerakan awan ibarat kapas raksasa. Puas dengan itu ia
alihkan lagi pemandangan kiri dan kanan, ia temukan daun dan dahan menari-nari,
adanya gemericik air yang begitu merdhu dan syahdu.
Tiba-tiba ponselnyapun berdering, sebuah topik
obrolan jarak jauh yang tanpa terasa membawanya pergi dari kejenuhan menunggu.
Lalu apa kaitannya dengan jodoh? setelah segala ikhtiar dilakukan, bisa jadi
rasa kecewa yang akan muncul, stres? Jangan sampai menimpa. Cobalah meniru para
pemancing tersebut. Nikmati apa yang bisa dikmati selama masa menanti. Ukir
prestasi setinggi yang bisa diraih. Mudah mudahan bisa mengalihkan dari sebuah
kejenuhan.
Penulis juga bercerita tentang ada surga di
kantorku, dalam QS. At-Taubah:105, “Dan bekerjalah kamu, maka Allah akan
melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin...
Salah seorang pengguna jalan tol yang penasaran
dengan sikap petugas yang tidak biasa,
Ucapan “selamat pagi, pak” dan “terima kasih. Selamat jalan” mengiringi sebuah
senyuman. Siapa yang tak senang dengan keramahan tersebut. Usut punya usut,
ternyata si bapak, menganggap disaat dia memberikan tiket pada para pengendara,
dia telah membantu para pengendara untuk tiba lebih cepat di rumah. Itu semua
kebaikan dan ibadah. Ada juga seorang pak satpam yang setia menjaga kendaraan
yang lagi parkir.
Ada kisah-kisah lainnya..di setiap cerita ada ayat
Al Qur’an dan hadist, yang sesuai dengan kisah yang di ceritakan. Ternyata di
sekitar kita ini banyak yang bisa kita abadikan dengan menuliskannya, bisa jadi
kisah/ pengalaman itu berulang lagi, seperti buku jejak-jejak yang terserak
ini.
Judul: jejak-jejak yang terserak
Penulis: rifki asmat hasan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2013
Jumlah halaman: 338
Peresensi: Belia Laksmi Masril
0 komentar:
Posting Komentar