Hidup adalah perjuangan, pejuang
sejati tak pernah mati, buku ini berkisah tentang seorang lelaki muda sebagai
pewaris tradisi matrilineal yang menpertahankan sebuah kebenaran demi
peradabannya/leluhurnya/budayanya.
"kita
tidak boleh punah. kita harus memperjuangkan peradaban kita agar tetap ada di
dunia ini. kita harus memperjuangkannya sebelum kita benar-benar punah atau
dipunahkan." Begitulah yang ada di benak dan pikiran Alif sebagai seorang
anak lelaki yang berada dalam budaya tradisi Matrilineal. Kisah ini berasal
dari Negeri Purnama, sebuah kerajaan dengan sistem pemerintah bernasab pada
perempuan (ibu), perempuan lah yang memiliki hak atas warisan tanah, ladang,
rumah, dan mewariskan suku kepada anak perempuannya nanti. tidak hanya di
Negeri Purnama di negeri lain pun sama budaya mereka bernasab pada garis ibu
(negeri adalah sebuah kerajaan/suku kecil tetapi berpengaruh terhadap
masyarakat sekitar pada jaman kejayaanya.
Dikisahkan
negeri ini sudah berada di masa moderen saat ini, sudah terdapat Hand Phone,
kendaraan motor, bis, dan mobil pribadi. Seperti halnya Kerajaan kerajaan yang
ada di Indonesia maka, kerajaan ini tak seberdaya dulu, karena saat ini sudah
ada sistem pemerintahan yang resmi dari Negara (Kecamatan, Walikota, Bupati),
alhasil kerajaan hanyalah sebuah budaya yang hanya orang sekitar yang mengenal
dan masih memegang teguh budaya leluhurnya. Dibalik itu semua ada pihak lain
yang ingin menjadikan kerajaan seperti ini sebagai objek wisata
Dimana sebuah tatanan luhur kerajaan jaman
dulu, yang berjaya dan membawa kemakmuran, kearifan dalam bermasyarakat, dan
kini akan menjadi sebuah tontonan dengan label Menunjukkan budaya daerah demi
rupiah.
Beginilah
kisah perjuangan Alif sang raja muda dari Negeri Purnama, ia adalah anak
tunggal dari garis Ibu nya, dimana sang ibu adalah sang pewaris dari kerajaan
tersebut. Ibu Alif adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, kakaknya laki-laki dan
meninggal muda, adeknya bernama tek Dinar (perempuan) dan memiliki 2 anak
perempuan.
Alif
dan ibunya tinggal di rumah gadang bekas istana (Ayah Alif meninggal sudah
lama), sebagai pewaris kerajaan mereka yang merawat rumah gadang bekas istana,
ladang dan sawah yang di miliki dari turun temurun. Perjuangan Alif dimulai
saat seorang investor asing ingin
membeli rumah gadang bekas istana dan menjadikannya sebagai tempat pariwisata,
namanya Frans sang investor berdarah dingin, sang Tek Dinar (bibi Alif) lah
yang mengundang Frans untuk membeli dan menjadikan rumah gadang bekas istana
Purnama itu untuk menjadi tempat wisata. Ide tek Dinar untuk menjual rumah
gadang bekas istana Purnama ini karena rakus akan harta.
Pemegang
hak waris akan rumah gadang bekas Istana Purnama adalah ibu Alif, maka semua
yang berkaitan dengan persetujuan penjualan rumah gadang bekas istana ada di
tangan Alif sebagai Raja Muda Kerajaan Purnama. Alif seorang yang memegang
teguh budaya dan adatnya ia tak berpendidikan tetapi ia tahu akan budaya dan
adat istiadat Islam yang dipegang teguh dari nenek moyangnya. Perjuangan Alif
dalan mempertahankan Bekas Istana Purnama dari tangan Frans harus di bayar
mahal oleh Alif, bukan harta tapi nyawa.
Nyawa
dari seorang perempuan bernama Narysa, perempuan yang dulu pernah di cintai
Alif tetapi kini ia menikah dengan seorang dokter. Narysa tewas di rumahnya
saat menolong Raja Muda Alif dari kejaran anak buah Frans (Alif dalam kondisi
terluka parah, sayatan pada tubuhnya dan luka memar di sekujur tubuhnya), ia di
tembak pada bagian perutnya yang saat itu sedang mengandung besar, Narysa tewas
dipangkuan suami nya dan Alif melihat dari kejauhan untuk menyelamatkan diri.
Nyawa
ke dua yang hilang adalah Aila istri Alif. Baru beberapa hari menikah dengan
Alif, Aila meninggal akibat kecelakaan (ditabrak.sepeda motor saat akan
menyebrang jalan). Kecelakaan yang terlihat alami ini sebenarnya adalah rencana
dan ulah dari Frans dan antek anteknya. Kematian Aila ini terjadi selang
beberapa hari meninggalnya ibu Alif. Lengkap sudah penderitaan Alif, hingga
membuat nya menjadi orang stress, tidak makan, tidak mengurus diri hingga
berbulan bulan sampai badan dan penampilan Raja Muda Alif tak lagi gagah
dahulu.
Nasib
Alif memang begitu pelik, hidup dengan budaya matrilineal yang bernasab pada
Ibu, maka kini ia tak memiliki apa apa. Rumah gadang bekas kerajaan beserta
sawah dan ladang kini menjadi hak Tek Dinar (adik ibunya) karena begitulah
warisan dari kerajaan matrilineal, Alif tak ada hak atas harta yang
menghidupinya selama ini. Seharusnya Alif bisa ikut istrinya, ke rumah
kerajaan Aila, tetapi kini Aila pun
telah tiada maka Alif hanya bagaikan debu bertebrangan entah kemana tak ada
pijakan pasti, ia tak ada hak lagi atas harta ibu nya pun atas harta dari Aila.
Puas
sekali Frans melihat keadaan Alif, dan kini mudah bagi Frans untuk membeli
Rumah Gadang Kerajaan Purnama karena cukup berhubungan dengan tek Dinar selaku
pemegang kekuasaan Kerajaan Purnama. Lantas sia sialah seluruh perjuangan Alif
dalam mempertahankan tradiai leluhurnya selama ini.
Lamunan
Alif atas deritanya selama ini membuatnya seperti orang gila, tak terurus kurus
dan tak ada harapan hidup lagi di wajahnya, semangatnya lenyap, ambisinya tak
bersisa dan kematian nampaknya indah untuknya. di tengah kepedihannya ada
mahasiswa Belanda bernama Shannon yang melakukan penelitian di Negeri Purnama,
nasehat Shannon untuk Alif yang sedang berduka berkepanjangan
"...
pilihan mu untuk berlarut-larut dalam kesedihan. saya rasa kita harus rasional,
yang hidup pasti akan mati. tidak mungkin kan kau ingin mati hanya karena istri
mu mati. Kau harus melanjutkan hidup mu."
Dalam
duka nya datang pula Said (suami Narysa gadis yang ia cintai dulu, yang tewas
karena ulah Frans dan antek anteknya). Said memberikan nasehat
"Lupakanlah. sekarang mari kita
nikmati sisa-sisa hidup ini."
kesedihan Alif tentu telah dirasakan
pula oleh Said yang kehilangan 2 orang sekaligus, istri dan anaknya dalam
kandungan.
Berangsur
kondisi Alif membaik dan kini ia berusaha keras untuk menggagalkan rencana tek
Dinar dan Frans untuk menjadikan Rumah Gadang bekas Kerajaan Purnama sebagai
tempat wisata. Alif dibantu Shannon dan Nayla (Dosen di perguruan tinggi yang
membantu penelitian Shannon), usaha mereka penuh lika dan liku hingga nyawa Shannon
pun ikut terenggut menjadi korban dari kebengisan Frans. semua perjuangan
memang penuh perih, sebelum kematian Shannon yang jatuh dari menara jam, Frans
terlebih yang mati dengan sebab yang sama (jatuh dari menara jam), menara yang
menjadi saksi akan perkelahian Alif dengan Frans, serta cinta Alif terhadap
Shannon yang belum terungkapkan dengan kata. Lengkap sudah semua orang yang
dekat dengan Alif tak berumur panjang, seolah tak ada kebahagiaan untuk
hidupnya.
Akhirnya
usaha mereka Alif, Shannon dan Nayla berhasil dengan melibatkan pemerintah kota
(Bapak Wali Kota). Rumah Gadang Bekas kerajaan purnama tidak dapat dijual dan
kini akan di perhatikan pemerintah setempat.
Alif
ia lelaki yang bertubi tubi selalu terluka, terluka dalam dada yang teramat
menyiksa. Saat bahagianya tak begitu lama, perih dan pahit selalu
menghampirinya, apakah ini takdirnya ? tapi ia tak akan berputus asa, tak akan
seperti dahulu saat kehilangan istri tercintanya Aila.
Alif
lelaki yang telah didera derita adalah pejuang sejati, seorang pejuang tak akan
mati, meski jasad telah ditelan bumi, cita-cita nya dalam memperjuangkan
keberadaan dan kelangsungan leluhurnya, di Negeri Purnama dengan budaya
Matrilineal yang bernasab pada Ibu.
- Cita-cita itu akan abadi, seabadi
keikhlasan, seabadi niat suci, seabadi perjuangan, dan seabadi ketulusan -
Pelajaran
utama yang diambil adalah, selalu lah berjuang, bangkitlah kembali setelah kau
terpuruk, ingatlah selalu pada Alloh karena semua atas kehendak Nya.
~ Selama ada Perjuangan maka disana
ada Tantangan ~
Salam
Eko Yasin
Situbondo, 12 Maret 2016
Judul Buku : Hidup adalah perjuangan
Jml Hal : 372
Penulis : Azwar Sutan Malaka
Penerbit : Bening
0 komentar:
Posting Komentar