Alhamdulillah ala kulli hal atas
nikmat kesehatan dan waktu luang untuk bisa memperpanjang nafas di grup IM. Saya
agak rancu ketika akan memasukkan buku ini di kategori buku “Agama Islam”
mengingat isinya bukan tentang tata cara pengerjaan umroh ataupun doa-doa yang
dibacakan ketika umroh di tanah suci. Buku ini berbeda dari lainnya karena isinya
lebih kepada menjawab “Bisa gak sih umroh tapi ala backpacker-an? Biar murah
dan gak harus nunggu kaya dulu gitu”. Eitts, tunggu dulu, ternyata syarat utama
berangkat haji dan umroh bukan nunggu kaya, tapi nunggu kita mampu, mampu dalam
artian mampu secara dana, fisik, dan mental. Mampu secara dana pun bukan
berarti harus punya rumah dulu, punya mobil dulu, atau punya gaji dua digit.
Syarat wajibnya tenyata adalah NIAT.
Diawal buku ini, penulis menceritakan
seorang supir angkutan yang biasa dipanggil pak haji karena ternyata sudah
pernah berhaji. Dilihat dari penampilannya sih biasa saja, hidupnya pun
sederhana dan bersahaja, lalu apa yang bisa membawanya berangkat ke tanah suci?
Disaat orang lain yang punya uang cukup pun masih harus antri beberapa hingga
belasan tahun untuk bisa berhaji. Ternyata kuncinya adalah niat dan ikhtiar.
Karena niatnya untuk berhaji sudah bulat, maka ia mendaftarkan dirinya untuk
menjadi TKI di Arab Saudi sehingga punya kesempatan untuk menunaikan ibadah
haji. Man jadda wajada, sesiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Akhirnya
beliau melalui ikhtiar terbaiknya bisa menyempurnakan rukun islam ke-5,
berhaji. Lalu sudahkah kita mempunyai niat dan ikhtiar untuk bertamu ke
Baitullah?
“Jarak ke Mekkah tidak akan berubah
bila kita tidak melangkah” (hlm. 4)
Backpacker adalah seorang traveler
mandiri yang artinya mempersiapkan detail perjalanannya mulai dari
transportasi, akomodasi, itinerary,
makan, dan teknis perjalanannya secara mandiri atau tidak bergantung pada
travel agent tertentu. Selain itu, wanita dibawah 45 tahun tidak bisa memasuki
Arab Saudi tanpa didampingi oleh mahromnya. Lalu apakah bisa umroh dilakukan
secara mandiri alias backpackeran ?
Jawabannya tidak bisa. Mengapa? Karena prosedur mengunjungi Arab Saudi tidaklah
semudah negara lainnya seperti Malaysia misalnya, diperlukan visa yang hanya
dapat diajukan oleh provider visa, yaitu travel agent yang ditunjuk oleh
pemerintah Arab Saudi di Indonesia. Provider visa inilah yang nantinya
bertanggung jawab atas keberangkatan jamaah keluar-masuk Arab Saudi. Jika
jamaah ada yang bermasalah selama di Saudi, maka provider visa dapat dikenai
sanksi yang berlaku. Lalu bagaimanakah caranya mensiasati supaya kita bisa berangkat
umroh tapi dengan harga yang miring alias murah?
Didalam buku ini dijelaskan tentang
bagaimana caranya mengatur sendiri paket umroh supaya lebih murah namun tetap
bisa berkonsentrasi beribadah dengan efektif dan efisien tentunya secara
berjamaah (sendiri-sendiri tetep gak disarankan ya). Caranya dengan membentuk
grup umroh sendiri yang walaupun gak backpacker-backpacker amat tapi tetap bisa
murah. Hal-hal yang perlu dipersiapkan
diantaranya:
1.
Niat. Klise tetapi penting, jangan sampai kita menjadi lupa bahwa tujuan
keberangkatan adalah untuk menyempurnakan ibadah kita bukan sekedar jalan-jalan
biasa.
2.
Memesan pesawat secara berkelompok (group booking) untuk tanggal dan jam
yang sama tentunya. Untuk memperoleh tiket yang murah sebaiknya dipersiapkan sejak
jauh-jauh hari.
3.
Memilih LA (Land Arrangement). LA disini maksudnya adalah akomodasi selama
kita di tanah suci, ini salah satu yang dibahas penulis tentang konsep
backpacker, karena sebagian besar (tidak semua) provider visa bersedia untuk
mengeluarkan visa tanpa jaminan bahwa yang bersangkutan akan kembali ke
Indonesia sesuai waktu yang direncanakan, bagaimana jika mereka tiba-tiba
inginkan extend? Bagaimana jika
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama di tanah suci? Nah oleh sebab itu,
biasanya provider visa ini hanya menerima aplikasi visa jika jamaah menggunakan
paket LA tersebut. Jadi lebih mudah dimonitor dan jamaah tidak terpencar. LA
mencakup pemrosesan visa, penjemputan dan pemulangan di bandara, hotel,
catering, transportasi selama di Saudi untuk perpindahan jamaah di tiga kota
utama seperti Jeddah-Madinah-Mekkah, serta perlengkapan lainnya seperti kain
ihram, koper (jika ada), buku panduan umroh, dan lainnya.
4.
Mempersiapkan manasik. Jika kita menggunakan travel agent tentunya ini
sudah termasuk dalam paket, namun lain ceritanya dengan umroh backpacker.
Manasik adalah pelatihan dan workshop tentang tata-cara pelaksanaan haji/umroh.
Sebelum berangkat umroh, sangat disarankan bagi jamaah untuk mempelajari
tata-cara dan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama umroh karena
ini penting dan juga menentukan kualitas ibadah kita nantinya, jangan sampai
ibadah yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari ternyata tidak maksimal,
jangankan mabrur, benar saja belum tentu. Manasik dapat dilakukan dengan
mengundang ustad di masjid atau lokasi lainnya yang biasa digunakan untuk
manasik (wisma haji misalnya).
Buku ini cukup lengkap membahas
tentang teknis untuk membentuk grup umroh secara mandiri bahkan pemilihan
maskapai dan perhitungan biaya seperti LA cukup detail dijelaskan secara
transparan sehingga kita bisa mengetahui dan mempelajari tentang seluk-beluk
travel umroh di Indonesia. Penulis menjabarkannya dengan bahasa yang renyah dan
mudah dimengerti serta tidak ada yang ditutup-tutupi, walaupun saya yakin salah
satu dari penulis saat ini bekerja di bidang yang berkaitan dengan travel umroh.
Akhir kata, semoga bermanfaat dan menjadi pemicu semangat untuk kita semua
meluruskan niat dan ikhtiar untuk bisa memenuhi panggilan Allah ke tanah suci.
Aamiin.
Judul buku : UMROH
BACKPACKER
Nama Penulis : Elly Basrah
Lubis & Eva Yahya Zubaidi
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : 2015
Jenis buku : Agama Islam
Jumlah Halaman : 115 halaman
0 komentar:
Posting Komentar