Setahun
yang lalu, kita dihebohkan dengan pemberitaan kasus korupsi yang membawa
seorang perempuan berjilbab bernama Atut Chosiyah ke dalam pusarannya. Beberapa
pekan ini infotainment di televisi kita juga tak henti menyorot kisah Marshanda
yang heboh dengan kasus lepas jilbab dan permasalahan lain yang saya sendiri
tidak mengikuti kisahnya.
Dua
berita heboh di atas yang menjadi latar belakang bagi saya untuk membaca buku
ini. Kenapa? Karena ada tulisan Marshanda dan Atut di dalam buku ini yang
mengisahkan awal mula mereka berjilbab.
Bab I
dari buku ini mengulas apa alasan dan dalil seorang perempuan muslim wajib
mengenakan jilbab. Selain menunjukkan ayat Al Quran yang menjadi dasar perintah
berjilbab, Assad juga menuliskan sebuah paragraf yang menurut saya cukup logis
untuk dipahami.
“The point is… everything in this world,
which is very precious, valuable, and delightful, is covered. To taste the
sweet oranges, you have to peel away their skin. To drink the refereshing water
of coconuts, you need to drill down its skin. To gain access to the pearls, you
have to dive deep down the ocean and open its calm.”
Begitulah
Assad menganalogikan betapa seorang perempuan muslim itu sangat berharga dan
Allah menyayangi mereka dengan memberikan perintah berhijab.
Bab
II dalam buku ini menguraikan 10 alasan klasik mengapa perempuan muslim
ogah-ogahan menjalankan perintah berjilbab:
· Saya belum siap (emang pada tahu umurnya
sampai kapan?)
· Menghijabkan hati dulu (alasan paling
absurd, memangnya hati bisa dihijabin?)
· Belum dapat hidayah (ya kalau Cuma di
kamar nunggu hidayah, enggak bakal datang juga keleus)
·
Tidak yakin hijab itu kewajiban
·
Panas dan merusak rambut
·
Dilarang orang tua
·
Susah mendapatkan rezeki atau pekerjaan
·
Menjauhkan diri dari jodoh
·
Kuno dan tidak modis
·
Takut jadi jelek (emang tanpa hijab,
situ cantik?)
Sebelum
berpindah ke Bab III Assad juga menuliskan kisah ibundanya. Ibunda Assad,
adalah seorang wanita karier yang cemerlang, pernah bekerja di PBB, bank,
perusahaan minyak swasta terbesar. Ibunda Assad mulai berjilbab setelah
melaksanakan ibadah haji tahun 1992, padahal di jaman itu orang berjilbab masih
dilarang oleh pemerintah.Assad menceritakan kesulitan yang harus dialami
ibunya, entah datang dari bos di kantor maupun orang di sekitar. Namun ibunda
Assad tetap berdoa dan berusaha untuk tidak mudah menyerah dan minta dikuatkan
Allah. Pada akhirnya janji Allah itu benar adanya, Ia tak akan menyia-nyiakan
hamba yang mengikuti segala perintahnya. Ibunda Assad memperoleh kemudahan
dalam karier dan rezeki pun terus berdatangan.
Bab
III adalah inti dari buku ini. Ada 99 cerita para tokoh muslimah saat memulai
berjilbab. Ada Dewi Motik, pengusaha yang naik kelas setelah Ramadhan dengan
mengenakan jilbab, Iffet Sidharta sang manager Slank yang mendapat ujian
anaknya terkena narkoba ketika memulai berjilbab, Melani Leimena Suharli yang
mualaf dan berjilbab setelah sekian lama menggeluti bisnis travel haji lalu
ditanya suaminya, “Usaha kamu memasarkan travel haji itu bagus, tapi masa
kamu-nya malah pakai rok mini?” dan masih banyak lagi tokoh muslimah lain yang
diwawancarai oleh Assad. Adapula Marshanda dan Atut Chosiyah yang saat ini
sedang menghadapi permasalahan. Caca dengan “acara copot jilbab”nya dan Atut
dengan kasus korupsinya. Saya jadi merinding saat membaca tulisan mereka,
terasa sekali bahwa setelah melewati fase sulitnya mendapat hidayah, kita akan
dihadapkan dengan fase menjaga keistiqamahan. Allah Maha membolak-balik hati,
selogis apapun hipotesis bahwa “saya enggak bakal copot jilbab” harus dibarengi
dengan sering meminta dikuatkan dan berjuang untuk terus memperbaiki diri tanpa
kenal henti.
0 komentar:
Posting Komentar