Dia anak lelaki, anak ke 3 dari
empat bersaudara, ia memiliki kakak perempuan yang sering di panggil ayuk Eli
dan kakak laki-laki nya Pukat, dia punya adek perempuan yang bernama Amelia, Ia
duduk di SD kelas 4, cerita dalam buku ini menggambarkan kehidupan Burlian dan
keluarga jauh di daerah pedesaan, pedalaman pulau Sumatera. Ayah dan Mamak
Burlian dekerja sebagai petani dan berladang (berkebun), begitu juga warga desa
lainya, mereka menggolah lahan kopi, karet, durian, dan tanaman lainnya.
Kisah dalam buku ini diceritakan
pada masa lampau tahun dimana belum ada listrik, belum ada jalan beraspal,
belum ada telepon, sudah ada tv dengan layar hitam putih dengan ukuran 14 inci
yang dimiliki ayah Burlian, dan biasanya setiap malam di lihat warga sekampung,
dengan menggenakan sarung dan selimut, duduk manis di depan layar bergerombol
warga sekampung duduk manis di depan tv, dengan sesekali dan lebih sering
menggomentari tayangan yang ada. Tentu chanel tv nya tidak sebanyak sekarang,
dulu paling mendominasi adalah TVRI, tontonan yang paling seru adalah Piala
Dunia dimana sekaligus sebagai ajang taruhan (berjudi) nampaknya masih ada
sampai sekarang budaya ini haha..
Burlian tinggal di desa jauh dari
dunia kota, meskipun ada Stasiun alat transportasi buatan Belanda yang
digunakan untuk menggangkut batu bara dan transportasi umum untuk mencapai
kota. Jangan bayangkan seperti saat ini dengan mudahnya transportasi umum, tapi
perlu di sadari masih banyak daerah terpencil yang belum tersentuh pembangunan,
terutama daerah pedalaman Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Irian Papua,
bersyukurlah kita yang tinggal di kota, tapi kalian harus iri dengan kehidupan
orang desa yang hidupnya menggandalkan alam.
Burlian dan warga kampung biasanya
mandi di sungai, mandi pagi sebelum berangkat ke sekolah dan mandi sore setelah
beraktifitas, tentu air yang jernih dan bersih, masih banyak ikan dan udang
yang sering di sajikan Mamak untuk lauk makan. Berangkat ke sekolah dengan
jalan kaki dengan menghirup segarnya udara pedesaan, bagaimana tidak masih
terlalu banyak hutan dan kebun dibandingkan perkotaan yang lebih banyak asap
dan suara bising lainnya, disini juga ada suara bising yaitu suara dari
binatang binatang hutan, jika kalian pernah ke puncak tentu kalian akan
mendengarnya.
Warga desa berladang setiap hari,
dan dari ladang itulah mereka mencukupi kebutuhan sehari hari. Saat libur
sekolah Burlian sering diajak pamanya untuk pergi ke hutan menunggu durian
jatuh, ya panen durian yang terbaik adalah dengan menunggu buahnya jatuh sendiri,
buah yang masak dengan tangkai nya yang sudah lapuk, dan tak kuasa lagi menahan
berat badanya maka seketika itu ia akan menjatuhkan diri buuuggg... bahagialah
mereka yang menunggu sang raja buah yang telah masak dan jatuh. Burlian dan
paman menunggu di pondok sederhana biasanya bisa ditunggu seharian full, dan
buah durian akan jatuh saat matahari mulai meninggi, saat satu buah jatuh
jangan segera diambil karena akan berbahaya, satu jatuh masih ada kemungkinan
buah lainnya akan jatuh pula, so.. berbahaya buat kepala kita beradu dengan
Raja buah itu.
Burlian masih SD begitu juga dengan
ayuk Eli dan kak Pukat yang beberapa tahun di atasnya, dengan kehidupan desa
jauh dari kota tentu fasilitas yang ada sangat minim, jangan dikira meskipun di
pedesaan semangat sekolah akan surut, meskipun beberapa anak dan keluarga juga
demikian, mereka menganggap cukup dengan bisa membaca maka usailah sudah
sekolah mereka. Biasanya setelah nak kelas 5 orang tua yang tidak memperdulikan
pendidikan lebih memilih anak mereka pergi ke ladang membantu orang tua dari
pada kesekolah, dipikiran mereka buat apa sekolah tinggi tinggi toh nanti kerja
di kebun. Eitsss... tolidak demikian dengan keluarga Burlian dan masih banyak
keluarga yang perduli pendidikan lainnya. pernah sekali Burlian dan Kak Pukat
bolos dari sekolah untuk pergi ke ladang mencari belalang, hal ini ternyata
dinketahui Mamak. keesokan harinya Mamak mengajak mereka berladang mencari kayu
bakar, Burlian dan kak Pukat senang mendengar perintah mamak karena lebih menyenangkan
ke Ladang dari pada sekolah, alhasil seharian penuh mereka bolak balik Rumah -
Ladang dengan membawa keranjang di punggung dan diisi banyak kayu bakar, dari
awalnya senang menjadi penyesalan karena dikira hanya sekali menggambil
selesai, ternyata sampai gudang kayu bakar di rumah cukup untuk persediaan
berbulan bulan, mereka berhenti selepas Maghrib. Setelah selesai semua
pekerjaan mereka sadar pentingnya sekolah dibanding hanya berkebun saja, Malam
itu pun mereka tidur lelap saking capeknya, dan saat pagi mereka merasa tidur
baru sebentar kenapa sudah pagi saja ? eitss ada perintah mamak untuk berladang
saja tak usah sekolah, seketika mereka berteriak "Aku mau sekolah saja.,,
masih bisa bermain sama teman dari pada berladang lebih capek". begitulah
pengajaran Mamak terhadap anak anaknya yang lebih memilih bermain di ladang
dari pada sekolah, begitulah penjelasan Mamak pada anak anaknya akan pebtingnya
sekolah dan ilmu.
Ada kisah haru menjalani kehidupan
di pelosok desa, mulai dari fasilitas yang menggenaskan, guru yang hanya ada 3
atau 2 orang, lebih sering 2 orang dan harus menggajar 6 kelas, jangan kau
tanya bagaimana mutu dan kualitasnya pendidikannya, karena mereka guru honorer
yang puluhan tahun belum diangkat PNS karena kalah saing dengan uang haha..
sekarang juga masih sepertinya.. kalian bisa membaca kisah haru tentang sekolah
Burlian, dari sekolah ambruk dan menewaskan teman kembarnya, bantuan buku dan
sahabat Burlian yang merelakan nyawanya demi Burlian.
Sebelum mengakhiri resume, Karena
Burlian tinggal di pedesaan dan bisa dikatakan di tengah hutan maka masih
banyak di temui buah Cimpedak, buahnya seperti nangka tapi bentuk lebih kecil,
bulat dan panjang, dan baunya dari jarak puluhan meter pun tercium saat sudah
masak atau sudah jatuh ke tanah, kisah di dalam buku ini sungguh mengasikan,
terutama peresume sendiri masa kecilnya memang seperti kisah Burlian, jadi bisa
benar benar merasakan bagaimana kondisi kehidupan di pelosok, kehidupan dekat
dengan hutan, kehidupan jauh dari kemoderenan jaman, kehidupan dengan fasilitas
sekolah yang minim, dan tentunya kehidupan dengan penuh bahagia.
Kan kau dapati kisah Burlian saat
akan dimakan buaya, kisah Burlian mengintip Putri Mandi (rusa yang terjaga
kelestariannya), burlian bertemu orang Jepang, Burlian bertemu menteri dan
kisah menarik lainnya... silahkan di baca sendiri untuk lebih lengkapnya.
Judul : Burlian
Penulis : Tere Liye
Jml Halaman : 339
Penerbit : Republika
Peresume : Eko Yasin
0 komentar:
Posting Komentar