Mungkin ada yang sudah tau atau pernah
mendengar siapa itu Handry Satriago? Beliau saat ini adalah CEO GE (General
Electric). Hampir seluruh isi buku ini base
on experience beliau. Kontennya tentang motivasi dan inspirasi, baik itu
untuk skala pribadi, hubungan sosial, ataupun leadership. Uniknya, buku ini sebenarnya merupakan hasil tweet
beliau di medsos twitter, karena itu pula diberi judul sharing dengan ada
hastag didepannya. Pasalnya, beliau memiliki prinsip bahwa sharing knowledge dan experience
tidak hanya bermanfaat untuk orang yang mendapat sharing tersebut, tapi juga
untuk yang men-sharing sesuatu.
Karena dengan sharing seseorang
menjalani proses belajar dan mengajar sekaligus. Buku ini ringan dibaca,
bahasanya lugas tak berbelit, apalagi setiap point sharing diberi nomor, tidak dalam paragraph-paragraf.
Bagian pertama yang
saya baca yakni tentang perjalanan hidup. Bab ini lebih seperti penguatan dan
pembangunan pondasi mental ketika menghadapi masalah. Hastag pertama yang
disharing yaitu #kursiroda. Beliau (Handry Satriago) memang lumpuh sejak 27
tahun silam, saat masih dibangku sekolah. Bagi kebanyakan orang mungkin akan
sangat depresi dengan keadaan tersebut, apalagi notabene tidak berasal dari keluarga kaya. Tapi pilihan cara
menghadapi masalah itulah yang akhirnya membentuk mental seseorang. Kata
beliau, orang lumpuh dengan kursi roda, pilihannya cuma 2, jabanin-keluar
rumah, atau terima nasib dirumah aja. Dan kedua pilihan tersebut tak akan
mengembalikan keadaan seperti semula. Jadi kalo memilih terima nasib dirumah
aja, ruginya ada dua, sudah di kursi roda, tak pula bisa melihat dunia. Intinya
sich facing reality, apapun
masalahnya, hadapi dan nikmati. Karena setiap kesulitan yang diberikan selalu
satu paket dengan kemudahan, asal diikhtiarkan.
Dalam sharing ini, Handry juga tak lupa
menggambarkan sosok-sosok yang berperan penting dalam kehidupan beliau. Tak
lain seperti ibu, ayah dan para sahabat. Jangan anggap kesuksesan yang diraih
sekarang karena turunan dari orang tua yang kaya, sama sekali tidak. Tapi tak
lain dari didikan luhur keduanya. Sang ayah yang selalu mengajarkan untuk terus
berjuang menggapai impian “grow no matter
what”, diajarkan dengan keras/tegas dan no
excuse. Sementara sang ibu yang mengajarkan tentang penerimaan “accepting” apapun yang sedang dihadapi,
dijalani dan dinikmati dengan penuh rasa syukur. Bagi Handry, gabungan keduanya
“grow” dan “accepting” memberikan efek yang dahsyat bahkan hingga sekarang saat
menjadi leader. Keduanya menjadi
penyeimbang dan memunculkan kebijaksanaan dalam bersikap. Tak hanya peran orang
tua, namun juga teman-teman serta orang disekitar yang bersikap care saat beliau membutuhkan
pertolongan.
Namun diatas itu semua,
ada hal yang sangat penting yaitu berserah diri kepada Tuhan. Bagi sebagian
besar orang, berserah diri atau pasrah sering disalahartikan sebagai langkah
pasif. Namun sebenarnya, itu merupakan proses aktif, proses yang tak hanya
menunggu hasil, proses yang tak hanya semata dijalani dengan doa. Salah satu
kutipan menarik, saya berterima kasih
pada Tuhan, bahwa setelah 26 tahun “melawan”, saya sadar kursi roda ini
memberikan lebih banyak dari yang diambil dari saya. Akhirnya, memang tak
ada celah untuk membuat kita tidak bersyukur, yakin bahwa jalan yang diberikan
oleh Tuhan adalah jalan yang terbaik untuk kita lalui.
Judul :
#sharing
Penulis : Handry Satriago
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku : 422 hal
0 komentar:
Posting Komentar