Kamis, 01 Oktober 2015

Abraham Lincol : Bapak Demokrasi Sepanjang Masa


Kita tahu dengan pasti kalimat ini "Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Pelopor kalimat terkenal ini adalah Bapak Demokrasi Sepanjang Masa, yaitu Abraham Lincoln atau lebih dikenal sebagai Presiden AS ke-16. Disebut sebagai presiden paling sukses dalam sejarah Amerika karena dapat menyatukan Amerika Utara dan Amerika Selatan dalam perang saudara ini begitu dicintai oleh rakyatnya.

Dalam buku ini dijelaskan dengan gamblang perjalanan Lincoln kecil yang hidup dengan kemiskinan sampai meninggalnya beliau yang tetap dalam kesederhanaan. Aktifitas keseharian, karier politik, perjuangan, misteri kematian sampai seperti apa sosok Lincoln di mata dunia pun di jelaskan dalam per bab yang menurut saya ringan untuk dipahami karena penulisannya begitu rinci dan sederhana. Adanya penggambaran orang ketiga mengenai sosok Lincoln disini mampu membuat kita mengenali sosoknya lebih dalam.

Buku ini diawali dari lahirnya Lincoln ke dunia pada tanggal 12 Februari 1809, dari orang tua bernama Thomas Lincoln yang berprofesi sebagai seorang tukang kayu dan Ibu, Nancy Hanks Lincoln. Lincoln mempunyai kakak perempuan bernama Sarah Lincoln Grigsby. Lincoln sudah terbiasa hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan, tubuhnya kurus kering, tinggi dan dibalut dengan baju yang selalu kekecilan menjadi sebuah gambaran kondisinya yang menyedihkan. Kondisi itu makin diperburuk dengan kematian ibu tercintanya saat Lincoln berumur 9 tahun, setahun setelah kematian ibunya, ayahnya menikahi seorang perempuan bernama Sarah Bush Johnston. Walau Sarah hanya ibu tiri, tapi Sarah memperlukan Lincoln sepenuh hati dan menganggapnya seperti anaknya sendiri. Karena kemiskinannya, Lincoln hanya mengenyam pendidikan beberapa bulan saja, dan beliau dapat membaca serta menulis dari singkatnya pendidikan tersebut. Berbekal sedikit, Lincoln terus membaca dan membaca secara otodidak dari buku-buku yang dia dapatkan. Dari sinilah Lincoln menjelma menjadi sosok pemuda yang berpengetahuan luas dan berhasil menjadi ahli hukum, pengacara pada usianya yang masih muda yaitu 28 tahun.

Lalu kisah ini berlanjut ke masa-masa remaja beliau dalam mencari pasangan hidup, Lincoln lebih dikenal pendiam terhadap wanita, dan banyak menghabiskan waktu dengan teman lekakinya. Namun, Masyarakat AS tahu dengan pasti, bahwa Lincoln dibuat jatuh hati oleh seorang gadis, anak pemilik hotel bernama Ann Rutledge, namun, kisah cinta ini berakhir dengan menyedihkan karena meninggalnya Ann di usia muda. Lincoln pun berlanjut dengan menyukai Mary Owens, namun Lincoln begitu tak percaya diri karena dia hanya seorang miskin dan tak rela Mary mengorbankan kehidupan mewahnya hanya untuk bersama Lincoln. Setelah 2x kegagalan dalam kisah cintanya, Lincoln menikah dengan Mary Todd, gadis cerdas dan suka ikut campur dalam urusan dunia politik. Kehidupan Mary dan Lincoln pun tak semulus kelihatannya, mereka berdua sering bertengkar dan memutuskan berpisah karena sikap Lincoln yang begitu tidak peduli dengan penampilannya, sehingga sering membuat Mary malu. Namun, mereka memang ditakdirkan bersama, kerinduan membuat mereka bersatu menjadi sepasang suami-isteri yang bahagia dan dikaruniai 4 orang anak laki-laki yang begitu dipuja oleh Lincoln. Prinsip beliau adalah, mencintai apa yang mereka cintai dan membenci apa yang mereka benci, begitulah Lincoln membesarkan anak-anaknya.

Abraham Lincoln di mata sahabat-sahabat tedekatnya adalah sebagai sosok yang sederhana, jujur, pemurung, cerdas, bergerak lamban namun pemikiran dan ingatannya yang kuat. Ada seorang sahabat yang mengatakan bahwa tak ada satupun yang benar-benar mengenal Lincoln karena sosoknya yang dapat berubah-ubah sesuai suasana hatinya yang begitu cepat. Dalam menyampaikan maksudnya, Lincoln lebih sering bercerita daripada langsung kepada intinya, beliau ingin membuat orang-orang mengerti dengan caranya.

Bab berikutnya dijelaskan‪ seputar kematian Lincoln, yang meninggal tertembak ketika menyaksikan sebuah pementasan teater di Teater Ford, Washington pada 14 April 1965. Orang yang menembaknya adalah seorang aktor yang mengalami gangguan jiwa bernama John wilkes Booth. Sebelum hari kematiannya, Lincoln sudah mendapat firasat buruk lewat mimpi, bahwa beliau dalam mimpinya sedang berjalan sendirian di Gedung Putih, dan begitu terkejut saat mendengar banyak suara tangisan di ruangan utama, orang-orang tersebut sedang menangisi jenazah di peti mati, dan ketika Lincoln bertanya kepada salah satunya, dia menjawab "Presiden meninggal, presiden dibunuh seseorang". Lincoln menjelaskan mimpi itu keesokan harinya kepada sahabatnya yang juga seorang pengawal pribadi, Ward Hill Lamon. Beberapa hari kemudian, mimpi itu menjadi nyata. Dalam bab ini, dijelaskan juga sosok pembunuh Lincoln yang ternyata membenci Lincoln karena membela pihak utara dan Lincoln yang menggebu-gebu untuk menghapus perbudakan pada rakyat. Ada satu bab khusus yang sangat menarik dalam buku ini, yaitu kemiripan Lincoln dengan Presiden JFK, seputar kematian mereka berdua yang begitu mirip, membuat saya benar-benar kaget dan tak habis pikir.

Dalam masa jabatan sebagai Presiden, ada satu pidato beliau yang begitu fenomenal yaitu Pidato Gettysburg, pidato itu singkat hanya berdurasi 2 menit, berisi tentang kesetaraan manusia, dan diawali dengan kalimat "empat angka dan tujuh tahun yang lalu" mengacu pada Declaration Of Independence. Lincoln benar-benar ingin menjunjung tinggi demokrasi dengan mempercayakan semuanya pada rakyat. Indonesia pun juga menerapkan sistem ini. Akhir kata, saya ingin berpendapat bahwa karena sistem demokrasi ini yang berarti kebebasan dalam menggunakan hak-hak, banyak yang mensalah artikan sistem ini. karena merasa dibela hak-haknya, banyak yang berbuat sewenang-wenang dan akhirnya menjadi egois. Padahal, setiap kebebasan individu selalu dibatasi oleh kebebasan orang lain pula, dan itu dibutuhkan sikap yang saling menghargai sehingga tak ada lagi bentrokan antara kebebesan yang satu dengan yang lain.

Judul              : ABRAHAM LINCOLN : Bapak Demokrasi Sepanjang Masa
Penulis           : A. Faidi, S. Hum
Penerbit         : IRCiSoD
Halaman        : 327

0 komentar: