Sabtu, 01 September 2018

Elena

Konon, pada zaman baheula, jikalau sebuah karya dicecar alias dikritik apalagi sampai mati-matian oleh seorang kritikus, maka sah sudah, itu adalah sebuah karya pilihan yang layak untuk dikritiki, tentu sebuah kritik yang diharapkan kritik yang membangun, meski saya yakin kalau ada yang memberi kritik singkong atau pisang pasti diterima juga, eh itu mah kripik yah 😝

Namun, yang terjadi sekarang, ya seperti buku ini, beruntung saya tahu akan cecaran netizen terkait buku ini setelah saya selesai membaca buku ini. Dan baru tahu saya jika buku ini sebelumnya adalah cerbung di FB penulis. Lalu kenapa jadi bahan makian pembacanya? Hingga konon ada yang sampai menginjak-injak buku ini?

Penasaran saya mah, asli. Karena menurut saya, buku yang mengisahkan kisah seorang wanita bernama Elena ini asyik dibaca, dan kata-kata yang digunakannya pun enak, ringan mengalir. Mau bukti? Nih istri saya yang gak terlalu suka fiksi, lahap bener nyantap ni buku kurang dari beberapa jam. Rekor dunia ini mah..

Memakai alur maju mundur maju cantik, diceritakén, Elena bertemu dengan lelaki yang dimatanya terdapat cinta yang selama ini ia rindukan. Lelaki bernama Eugene, entah bagaimana pelafalannya, eyujin atau yujin atau egen.. haha.. 😅 yang pasti Eugene sangat amat mencintai Elena, pun sebaliknya. 

Seluruh pelosok destinasi wisata kuliner di sekitaran Jakarta tlah mereka berdua sambangi dengan bahagia, mengingat hobi Eugene adalah masak, walau pun kini Eugene bekerja sebagai dosen di Taipei. Meski begitu, keluarga Eugene di Kanada memiliki beberapa restoran yang selalu ramai pengunjung. Wah, kisah cinta bule nih dengan wong cilik urang Bandung, yang dibebani tuntutan kesuksesan setelah melumat jenjang pendidikan tertinggi.

Hal ini pula yang menjadi kecintaan Elena pada Eugene bertambah, kerana bagi Elena, bersama Eugene berarti ia bisa bebas dari tuntutan orangtuanya selama ini. Bisa dibilang kisah cinta mereka mulus, klop dah apapun yang mereka bicarakan selalu nyambung, kecuali satu hal. Yakni terkait agama. Eh, ternyata si Eugene ini, meski ibunya di Kanada sana seorang katolik yang taat, namun nyatanya Eugene masih belum yakin agama apa yang dianutnya kali ini. Mungkin ini yang disebut dengan beragama tidak, atheis pun tidak.

Dan hal ini pula yang menjadi penghambat restu kedua orangtua Elena, dan Elena pun masih sedikit waras untuk tidak menggadaikan agama demi cintanya kepada Eugene, meski bagamanapun, cintanya amat begitu besar kepada Eugene, begitupun sebaliknya. Seringkali Elena membahas terkait agama, namun alih-alih membujuk Eugene untuk masuk Islam, malah Eugene sudah enggan duluan untuk membahas agama.

Hingga akhirnya, Elena memutuskan untuk menikah dengan lelaki yang dijodohkan orangtuanya. Yah, daripada Cinta namun tak seagama, mending seagama lah, namun lelaki bernama Ibnu ini berusia 10 tahun lebih tua, status duda beranak satu pula. Entah dari mana datangnya lelaki satu ini, sekonyong-konyong datang kepada orangtua Elena, dan tak berapa sela hari menikahi Elena. Katanya sih dia dapat rekomendasi dari seseorang.

Seseorang yang rupanya, ialah sahabat karib Elena sejak kecil, Safitri. Ialah istri pertama Ibnu, yang meminta Ibnu menikahi Elena. Bahkan semasa hidupnya Safitrilah, satu-satunya orang yang mengingatkan Elena akan pentingnya Agama daripada cintanya kepada Eugene, ya Safitri tahu akan pacar bulenya Elena ini, bahkan, saking cintanya Safitri pada Elena, Safitri pernah meminta Elena untuk menjadi adik madunya. Keinginan yang nyatanya harus ditunaikan Ibnu dua tahun setelah kepergian Safitri.

Lalu gimana dengan Eugene? Entahlah, penulis lebih fokus menceritaken seluk beluk hidup Elena setelah menikah dengan Ibnu. Sedikit sih disentil, saat Elena menyampaikan keputusannya untuk menikah, melalui telepon. Dan melalui telepon-telepon setelahnya, komunikasi antara keduanya pun lanjut lagi, setiap kali Eugene liburan ke Jakarta, pasti ketemu Elena, sarapan pagi bersama, makan siang bersama, bahkan menikmati malam bersama. Kerana Eugene pasti akan menyewa apartemen dekat kawasan kantor Elena.

Meskipun tahu wanita yang amat dicintainya akan pulang ke rumah lelaki lain, Eugene tak peduli, yang penting ia bisa menikmati seharian penuh bersama Elena, sebagaimana ia tak peduli alasan apa yang akan dikarang Elena pada suaminya jika ia pulang larut malam.

Namun, pada suatu malam yang sepertinya akan menjadi malam terakhir bagi keduanya, dimana Elena dan Eugene yang terbiasa saling bercumbu (ehem) di apartemen Eugene selepas makan malam, akhirnya terbius jua oleh hembusan syaiton, hingga apa yang terjadi, terjadilaaah.. #peterpan_noah mode on 😎

Geleng-geleng juga saya baca bagian ini, apalagi berada di beberapa halaman yang berbeda, meski tak terlalu vulgar juga sih. Tapi kok perasaan, terlalu banyak adegan mengarah ke kegiatan slebew slebew ini menutup sebagian bab buku ini. Agak aneh aja, kan yang nulis akhwat, kok dikit-dikit ada yang menjurus ke skidi skidi papap nya. Atau saya nya aja yang omes yah.. haha.. Piss ah.. 😅😝😇

Jadi, intinya, Elena ini meski sudah bersuami Ibnu, masih berhubungan dengan Eugene, malah sampai hubungan itu semakin intim. Meskipun hanya terjadi dalam satu malam saja, kerana setelah itu, takdir Allah melalui kelembutan Ibnu dan kesabarannya, membantu Elena menggapai hidayahNya, dan melalui tanganNya pula Elena akhirnya mampu menemukan cahaya cinta Ibnu. Ditandai dengan munculnya rasa ikhlas pada diri Elena ketika akan di sudiba sudiba pappa oleh Ibnu untuk kesekian kalinya. Yah dibanding sebelumnya yang hanya sebagai menggugurkan kewajiban istri kepada suami, maklum, dihatinya masih tertambat sebuah cinta bernama Eugene.

Namun, meski begitu, cintanya pada Eugene masih belumlah pudar. Terbukti saat Elena tak sengaja bertemu dengan Eugene di sebuah mini market, pertemuan yang mengawali kisah Elena di buku ini, pertemuan antara Eugene, Elena dan anak laki-lakinya Al Fatih, yang amat mirip dengan Eugene kecil.

Lalu bagaimanakah yang terjadi selanjutnya? Rupanya inilah mengapa kisah ini yang pada mulanya sebuah cerbung di FB dibukukan, yupz, untuk menguak endingnya. Menurut penelusuran pihak terkait, yang menjadi bahan amuk netizen pembaca buku ini, ya gak suka lah dengan endingnya. Lho, suka-suka penulis lah ya.. ini dunianya penulis ya hormatilah.

Ada pula yang berkata, ada sebagian adegan di cerbung yang dihilangkan. Lah kok mirip mirip dengan kasus buku yang di angkat ke layar lebar, setelah nonton filemnya, pasti ada celetukan, kurang rame, lebih rame bukunya, ada beberapa adegan yang dihilangkan. Namun ya, mungkin penulis, editor dan pihak penerbit punya pertimbangan lain kan yah.. wallahu’alam bishawab.

#Cag!
#32

Judul Buku : Elena
Penulis : Ellya Ningsih
Penerbit: Kata Depan
Cetakan pertama: Juli 2018
Jumlah Halaman: vii dan 283 Halaman

Bandung, 7 Agustus 2018
Ahmad Fauzi
Indonesia Membaca

0 komentar: