Senin, 10 September 2018

Man's Search For Meaning


"Apapun bisa dirampas dari Manusia kecuali satu : Kebebasan terakhir seorang manusia, Kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan. Kebebasan untuk memilih jalan nya sendiri"
Pernahkah kalian berfikir bahwa penderitaan tidak benar - benar melahirkan derita ?

Seorang psikiater muda, gagah dan kuat dihadapkan dengan "Kenyataan" yang cukup pahit bila dikenang bahkan teman seperjuangan nya dalam kamp berkata : "Biarlah tangan ini dipotong jika saya tidak melumurinya dengan darah saat saya tiba dirumah.” Teman saya bukanlah orang jahat, dia adalah teman terbaik saya di kamp dan setelahnya. Ketika kebebasan itu benar-benar datang kepada "tawanan kamp"  sehingga mereka merasakan penurunan moral mental secara mendadak dikarenakan terlepas beban penderitaan mereka selama ini.

Penderitaan selama tiga tahun di kamp kosentrasi membuat beberapa tawanan merasakan "kehampaan" setelah mereka kembali kerumah mereka dan mendapati tidak ada satu orang pun sanak saudara yang masih hidup untuk menyambut mereka . Sebuah perjuangan dalam mencari makna kehidupan untuk bertahan di Kamp kosentrasi, ketika para tawanan sampai di Sebuah Kamp Kematian Nazi yaitu Kamp Auschwitz . Para tawanan merinding ketika mereka membaca "Kamp Auschwitz" kamp ini terdiri dari : Kamar Gas, Kamar Pembakaran mayat dan Pembantaian Massal. Setelah mereka turun dari kereta, mereka disambut oleh beberapa "Capo" (Capo adalah tawanan yang bertindak sebagai kepercayaan Nazi dan dengan demikian mendapat sejumlah keistimewaan).

Ketika pagi datang, kami selalu di bangunkan oleh suara peluit capo untuk bergegas bekerja. Saat suhu udara 2 derajat fahrenheit, kami bekerja menggali tanah yang beku untuk memasang pipa saluran air. Ia berkata kepada saya "hai, kamu babi, saya sudah mengamati kamu sejak tadi ! Saya belum mengajari kamu cara bekerja ,tunggu saja sampai kamu harus menggali dengan gigimu - kamu pasti akan mati seperti seekor binatang! Saya akan menghabisi kamu kamu dalam dua hari! Kamu pasti tidak pernah bekerja seumur hidupmu! Apa kerjammu dulu, Babi ? Pengusaha ?" Saya menjawab langsung dengan posisi berdiri tegak dan langsung menatap matanya. "Saya adalah seorang dokter - seorang spesialis" dan Capo tersebut berkata "Apa? Seorang dokter ? Saya berani bertaruh, kamu mendapat banyak uang dari orang - orang."

Kebetulan, saya sama sekali tidak bekerja untuk uang dan saya bekerja di sebuah klinik khusus untuk orang miskin. Setelah penjelasan yang saya berikan tidak ada harganya menurut capo tersebut, ia menghampiri saya dan memukul saya hingga jatuh. Bekerja di suhu 2 derajat membuat kami mengalami edema, kaki kami bengkak dan kami tidak mengikat tali sepatunya agar kaki kami muat, saat bekerja kaki kami dipenuhi salju dan terasa sangat gatal.

Perjuangan saya dan teman teman belum berakhir, kami diberikan makan dengan sup encer + sepotong roti. Ada suatu kejadian ketika kami ingin makan, para capo bertanya tentang siapa pencuri kentang tadi malam ?  Jika tidak ada yang menjawab maka tidak ada jatah makan, namun saya dan teman-teman memilih untuk diam dan menguatkan diri untuk tidak menyebutkan pelakunya. Saat malam hari kami berkumpul disebuah barak menjelang tidur, kami mengadakan beberapa aksi lucu untuk menghibur diri Sendiri. " Jika hidup benar - benar memiliki makna. Maka harus ada makna didalam penderitaan, karena penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun penderitaan itu merupakan nasib dan dalam bentuk kematian , tanpa penderitaan dan kematian. Hidup manusia tidak sempurna."  

Saya dan teman - teman merindukan keluarga, istri, anak dan orangtua kami. Saya pernah merawat Seorang wanita yang mata nya penuh rasa hampa dan ia berkata "saya bersyukur atas penderitaan ini karena dahulu saya sangat manja dan sekarang saya hanya memiliki satu teman yaitu Pohon sambil menunjuk pohon tersebut." Kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita, dan berusaha meminimalkan perasaan lemah dan takut tetapi kita tidak perlu malu untuk menangis. Karena air mata merupakan saksi dari keberanian manusia yang paling besar yakni keberanian untuk menderita. Saya sebagai seorang psikiater belajar banyak tentang permasalah-permasalahan yang ada di kamp tersebut, selama tiga tahun dan ditempatkan di tiga kamp yang berbeda membuat saya banyak belajar tentang makna kehidupan.

Setelah hari pembebasan dari kamp Turk helm pada 1945 ketika ia nyaris kehilangan nyawa karena penyakit tifus, Saya baru menyadari bahwa dirinya itu benar - benar sebatang kara. Saat ia kembali ke Wina pada Agustus 1945 kembali kerumah tanpa ada penyambutan, Saya meneruskan karier sebagai psikiater, pilihan yang tidak biasa ketika begitu banyak orang lain terutama psikoanalisis dan psikiater yahudi beremigrasi ke negara-negara lain namun saya memilih tetap tinggal di Wina,

Frankl merasakan adanya hubungan erat dengan Wina terutama dengan pasien-pasiennya yang membutuhkan bantuanya selama pasca perang. Teori yang dimiliki Frankl ialah Teori Logoterapi, psikoterapi yang memusatkan upaya pada pencarian makna hidup, pada saat yang sama Logoterapi mengurai semua bentuk lingkaran setan dan mekanisme umpan balik yang memainkan peranan penting dalam kemunculan neurosis. Dengan kata lain, perilaku mementingkan diri sendiri yang menjadi ciri khas penderita neurosis dihilangkan dan bukan terus dikembangkan dan diperkuat. Viktor E Frankl bukan seorang Psikoanalis tapi ia seorang psikiater yang memiliki Teori Logoterapi untuk membantu pasien - pasiennya. Tulisan Frankl yang pertama kali diterbitkan di Jerman pada 1946 sebagai A Psychologist Experience the Concentration Camp dan kemudian menggunakan judul “Say Yes to Life in Spite of Everything.” Dan versi terjemahan Inggrisnya,yang pertama kali diterbitkan pada 1959 diberi judul “Man's Search For Meaning.”


Judul            : Man's Search For Meaning
Penulis        : Viktor E. Frankl
Halaman     : 233
Diterbitkan oleh : Noura Publishing

           Juli, 2018
-           Yessy Esti Wijayanti -

0 komentar: