Rabu, 19 September 2018

Taiko


Taiko (Part 1)
Buku 1-4

Selain novel sejarah tentang seorang samurai fenomenal, Musashi, Eiji Yoshikawa juga punya novel fenomenal lain berjudul TAIKO yang berlatar belakang Jepang abad ke-16. Pada saat itu, keshogunan Ashikaga runtuh dan perebutan kekuasaan terjadi di beberapa tempat. Pada masa itu, ada 3 sosok besar muncul dan menjadi fenomenal dalam sejarah Jepang. Mereka adalah Nobunaga, Hideyoshi, dan Ieyasu.

Sepertinya kurang tepat kalau disebut novel karena tokoh-tokoh utama dan latar belakang sejarahnya adalah fakta. Saya lebih suka menyebut buku ini sebagai novel karena kurang paham untuk tokoh-tokoh tambahannya (bisa jadi fiktif) dan cara penyampaiannya memang seperti novel. Jadi, novel  ini dibagi menjadi 10 buku. Resume Part 1 ini adalah resume dari buku 1-4.

Pada dasarnya, novel ini menceritakan tentang sosok Hideyoshi yang pengalaman hidupnya sungguh inspiratif. Cerita dimulai (Buku 1) pada tahun Temmon kelima (1536) ketika Hideyoshi masih kecil. Saat itu namanya adalah Kinoshita Hiyoshi. Namun tak ada yang memanggilnya Hiyoshi kecuali beberapa orang saja termasuk ibunya. Badannya yang kecil dan wajahnya yang seperti monyet, membuatnya selalu dipanggil “monyet”. Ayah Hiyoshi, Kinoshita Yaemon, adalah mantan samurai. Cita-citanya ketika masih menjadi samurai adalah mengabdi kepada junjungannya hingga ia mendapat jabatan yang layak. Namun nasib kurang baik menimpanya. Belum juga mulai naik pangkatnya, ia cedera dan cacat karena suatu perang. Akhirnya, Yaemon harus dipensiunkan dan tidak bekerja. Sehingga untuk bertahan hidup, istrinya, Ofuka, harus bekerja banting tulang sebagai petani. Sejak suaminya cedera, Ofuka sangat benci dengan dunia peperangan dan melarang keras Hiyoshi, anak laki-laki satu-satunya, menjadi samurai, dan melarang Otsumi, kakak perempan Hiyoshi, menikah dengan seorang samurai nantinya.

Namun, dalam hati, sebenarnya Yaemon masih berharap suatu saat Hiyoshi akan menjadi orang besar mengikuti jalan Samurai. Tapi kondisinya yang semakin hari melemah memaksanya menerima keadaan bahwa status keluarganya harus puas menjadi keluarga petani. Di sisi yang lain, Hiyoshi pun memiliki cita-cita yang sama dengan ayahnya, menjadi orang besar di jalan Samurai. Namun ia pun harus menyembunyikan cita-citanya dari sang ibu yang menjadi sangat membenci jalan Samurai. Namun, sang ibu sangat yakin suatu saat Hideyoshi akan menjadi orang besar meskipun saat itu semua orang mencemooh Hiyoshi yang meskipun tidak terlalu bodoh, tapi terlalu banyak bicara (terkesan pemberontak) dan tidak punya keahlian apapun.

Hingga suatu hari Yaemon meninggal dan Ofuka menikah lagi dengan seorang petani, Chikuami. Awalnya Chikuami adalah pekerja keras dan sayang kepada keluarga, termasuk kepada Hiyoshi. Namun di matanya ia melihat Hiyoshi terlalu pemalas untuk anak seumurannya yang hampir mencapai usia akil balig (umur 17 tahun). Jadilah ia bersikap keras, bahkan terlalu keras, kepada Hiyoshi sehingga membuat Hiyoshi sangat membenci ayah tirinya itu.

Mungkin karena terlalu lelah kondisi keluarganya yang tak kunjung membaik, lama-lama Chikuami berubah menjadi “pemalas” dan pemabuk. Ia membiarkan istrinya bekerja sendiri dan memaksa Hiyoshi berkerja lebih keras. Sebenarnya Hiyoshi tidak terlalu pemalas, ia selalu bekerja tapi tidak pernah bertahan lama dalam pekerjaannya. Para majikan tempat dia pekerja selalu “memulangkan” Hiyoshi karena ia terlalu banyak bicara sedikit bekerja.

Puncaknya, Chikuami, marah besar pada Hiyoshi yang selalu “dipulangkan” dari pekerjaan dan begitu juga sebaliknya, Hiyoshi tidak tahan menerima perlakuan ayah tirinya yang sudah mulai main tangan. Akhirnya Hiyoshi pamit kepada ibunya bahwa ia akan pergi merantau dan tak akan pernah kembali sebelum ia menjadi orang besar. Sebelum Hiyoshi pergi, Otsumi memberikan semua tabungan Ofuka yang sengaja disisihkan untuknya untuk pernikahan Otsumi kelak. Dengan terpaksa Hiyoshi menerima uang itu karena kedua wanita itu memaksanya.

Menyadari bahwa ia tidak punya keahlian apapun, ia tak lagi melamar pekerjaan kecuali di rumah samurai dengan harapan kelak majikan itu bisa membuatnya menjadi orang besar. Tapi saat itu ia pun tak tahu bagaimana cara ia menjadi “orang besar”. Saat itu yang ia lakukan adalah pergi ke ibukota, Kyoto, menggunakan semua uangnya untuk beli jarum-jarum dan menjualnya di kota-kota lain. Jadi lah ia bertahun-tahun menjadi tukang jarum keliling dari satu wilayah ke wilayah lain sambil mencari majikan yang tepat untuknya. Beberapa kali ia menemukan samurai dan bekerja di sana sebagai pelayan, tapi tak pernah bertahan lama, dan ia kembali menjadi penjual jarum. Begitu terus hingga akhirnya ia “menemukan” Nobunaga. Saat itu Nobunaga sedang “berakting” menjadi Bangsawan Pandir.

Di Buku-2 mulai dimulailah kisah Nobunaga dan bagaimana Hiyoshi akhirnya yakin bahwa Nobunaga lah orang yang tepat, orang yang kelak membantunya mewujudkan cita-cita menjadi orang besar. Mungkin memang benar adanya istilah bahwa orang besar akan mengenali orang besar lainnya. Awalnya Nobunaga menerima Hiyoshi dan mengangkatnya menjadi pelayan pembawa sandal. Hiyoshi sangat senang dan melalukan tugasnya melebihi “ekspektasi” dari seorang “pembawa sandal biasa”. Di sini diceritakan sepak terjang Hiyoshi yang akhirnya terus mendapat promosi dari pembawa sandal, menjadi kepala dapur kemudian terus dipindah ke bagian-bagian lain. Meskipun gaji Hiyoshi terus naik, tapi posisi Hiyoshi yang selalu dipindah-pindah dilihat sebagai hal yang tak baik bagi sebagian besar orang. Bahkan ada yang menganggapnya ia hanya “dibuang-buang”. Tapi bagi Hiyoshi, ia bisa membaca maksud tersembunyi Nobunaga bahwa ia ingin Hiyoshi membuat “perubahan-perubahan besar” di semua sisi wilayah kekuasaannya. Dan memang itu lah maksud Nobunaga, dan saat itu hanya Nobunaga dan Hiyoshi sendiri yang paham. Singkat cerita, Hiyoshi akhirnya menjadi orang kepercayaan Nobunaga dan akhirnya menjadi jendral besar bahkan bukan hanya menjadi penguasa benteng, tapi penguasa wilayah. Promosi jabatan dari seorang pembawa sandal menjadi penguasa benteng yang terhitung cepat, tidak membuat sifat cerita dan rendah hati Hideyoshi, nama baru yang diberikan Nobunaga, berubah.

(bersambung)

Judul Buku      : Taiko (versi Bahasa Indonesia)
Penerbit           : Gramedia
Penulis             : Eiji Yoshikawa

-          Shofiyati Nur Karimah -

1 komentar:

Lutfi mengatakan...

Untuk download novel taiko buku 1 versi pdf, sila kunjungi link berikut :
https://myebooknovel.blogspot.com/2020/06/taiko-eiji-yoshikawa.html

Novel taiko lainnya bisa didownload di url berikut :
https://myebooknovel.blogspot.com