Jumat, 13 Oktober 2017

Anak Rantau


Sarat akan nuansa Minang, adalah salah satu hal yang bikin saya excited untuk segera menyelesaikan part demi part buku ini. Mengisahkan tentang perjuangan seorang anak remaja tanggung yang dititipkan sang ayah kepada kakek di kampung halamannya. Hanya dengan satu tujuan agar anak mengerti dan paham akan hakikat hidup. Belajar dikampung barangkali mampu merubah tabiat anaknya yang terlanjur tidak bisa dikontrol oleh ayahnya.

Adegan menyeret-nyeret koper lalu mengejar bus yang ditumpangi ayahnya kembali ke Jakarta adalah hal yang tidak terlupakan bagi Hepi. Ia merasa ditipu dan dikhianati ayahnya sendiri. Rasa benci yang teramat dibumbui rasa dendam menjadi pemicu semangat Hepi untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membeli tiket kembali ke Jakarta. Dia tabung semua jajan yang dikasih Kakek setiap harinya, menjadi tukang cuci piring di Kedai Mak Ros yang selalu ramai dikunjungi pelanggan bahkan menjadi suruhan Lenon, mantan Preman yang pernah dipenjara di ibukota, untuk mengantar pesanan dagangannya ke pelanggan. Apa saja dia lakukan untuk mendapatkan uang tanpa diketahui Kakek tujuan sebenarnya. Attar dan Zen teman setianya sampai rela membantu Hepi mencari uang.

Di lain sisi, sang Kakek yang notabenenya adalah orang yang disegani di kampung benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk mendidik cucu semata wayangnya. Dia tidak ingin kesalahan di masa lalu dalam mendidik anaknya kembali terulang. Dia canangkan program-program pendidikan karakter termasuk program “kembali ke surau”, memantau perkembangan Hepi di sekolah, dsb. Pengawasannya dilakukan semaksimal mungkin untuk cucu terkasihnya ini.

Salah satu kisah menarik di salah satu bab nya adalah saat maraknya pencurian dikampung dan tabungan Hepi pun menjadi salah satu korbannya. Gerak polisi yang terlalu lamban bagi Hepi, memaksa dirinya terjun langsung untuk menjebak para pencuri. Ia tidak rela tabungan yang ia simpan dari hari ke hari di ambil begitu saja. Dikawani Attar dan Zen dan bermodalkan silat yang dimilikinya, Hepi dan kawan-kawan mulai melakukan aksinya. Penjahat pun KO sama seperti Hepi yang juga baru siuman beberapa saat setelahnya. Nama mereka melambung di seantero kampung, disekolah dan dimana saja. Meski tabungannya tidak bersisa sama sekali, Hepi kembali melakukan hal serupa. Bencinya tetap membara.

Kisah menarik lainnya adalah saat Hepi yang penasaran dengan karamba yang sering hilir mudik di danau namun tidak menebar jala. Rasa penasarannya kembali mengajak dia berpetualang bersama Attar dan Zen. Hingga mereka tersesat dan sampai di sarang para penjahat. Kisah selanjutnya silahkan dibaca sendiri ya, ending buku ini benar-benar memberikan surprise yang tidak disangka-sangka. Tentang Hepi yang berhasil mengumpulkan tabungan bahkan dua kali lipat dari sebelumnya, namun pada akhirnya tidak digunakan. Lalu bagaimana dengan benci yang semula melekat erat di relung hati untuk ayah yang sesungguhnya teramat ia cintai?

Buku ini totalitas membuat saya merasa tertipu. Dengan skenario yang jauh dari apa yang ada di fikiran saya. Salah satu hikmah terbesar setelah saya menyelesaikan buku ini adalah “jangan jadi pembaca sok tau”. Semoga terinspirasi untuk membaca, ya.

Judul : Anak Rantau
Penulis : A.Fuadi
Penerbit : Falcon
Cetakan : Pertama, Juli 2017

Peresume : Paramudika H

0 komentar: