Jumat, 13 Oktober 2017

STEELHEART


Apa perasaanmu jika dunia mendadak dipenuhi dengan orang-orang berkekuatan super? Penuh dengan Epic-Epic? Pasti magis banget ya. Kota akan aman dari orang-orang jahat karena setiap kota penuh dengan Epic yang akan menumpas kejahatan. Masalahnya, di novel ini Epic itu ingin menguasai dunia, jahat, dan tak segan membunuh siapapun yang berani menghalangi...

Kisah bermula ketika secara mendadak bumi disinari cahaya Calamity (bintang merah cerah) dan membuat manusia-manusia yang terkena efeknya memiliki kekuatan super. Orang-orang menyebut mereka Epic. Setiap Epic punya level mulai dari super kuat, semi super, dan standar. Meksipun begitu, bumi punya hukum baru, yakni level semua Epic selalu berada di atas manusia yang mereka jadikan budak.

David salah satu budak itu. Ia adalah pemuda berusia 18 tahun saat kabur dari pabrik untuk memburu Steelheart, Seorang Epic yang menjadi penguasa Newcago (tempat David tinggal) yang 10 tahun lalu membunuh ayahnya, lelaki penolong yang tak pernah berhenti percaya kalau suatu hari nanti Epic yang baik akan datang untuk memimpin dunia. David benci dengan prinsip itu. Karena baginya, ras manusia jauh lebih baik memimpin dunia ketimbang pahlawan baik sekalipun. Lagipula, tidak ada pahlawan baik. Mereka semua kurang ajar. Steelheart termasuk di dalamnya.

Meskipun Steelheart di gambarkan sebagai sosok yang jahat oleh David. Tapi Penulis cukup adil dengan menceritakan sisi lain Epic itu. Dibandingkan dengan negeri lain yang sudah gersang dan menyedihkan, Newcago jauh lebih baik. Negeri terfraksi itu dikuasai oleh Steelheart (Epic yang sangat kuat dan bisa mengubah segala hal menjadi logam) yang masih mau menyediakan fasilitas-fasilitas bagi orang-orang di wilayah kekuasaannya, seperti; Pembangkit listrik, rumah dan sekolah. Tapi itu bukanlah kebaikan yang tulus. Karena setiap manusia hanya boleh tinggal di bawah tanah, para anak memang sekolah, tapi mereka diekploitasi untuk bekerja siang malam di pabrik senjata bagi tentara-tentara Steelheart. Dan yang paling para manusia rindukan, adalah matahari, bulan dan bintang di langit. Newcago adalah negeri yang tak memiliki pagi. Steelheart menjadikan Newcago gelap sepanjang hari. Tak ada apa-apa di langit selain gelap.

David ingin membalaskan dendamnya dengan cara bergabung dengan Reckoners (Kelompok manusia pemberontak). Disana ia bertemu dengan pendiri Reckoners, Prof. Jon, anggotanya; Tia, Cody, Abraham dan Megan yang selalu bersikap ketus padanya. Tidak mudah untuk bergabung. Tapi dia memiliki suatu hal yang membuat para Reckoners menerimanya; dia satu-satunya saksi mata yang mengetahui kelemahan Steelheart. Jadi, dimulailah kehidupan David sebagai Reckoners.

Dari awal sampai pertengahan halaman, saya sedikit bosan karena yang dibahas para tokoh terus-terusan adalah rencana membunuh dan percakapan mereka soal bagaimana cara memancing Steelheart keluar dari istananya. Tapi itu termaafkan dengan plot-twist di setiap akhir BAB yang membuat saya tetap ingin lanjut membaca. Selain itu, di pertengahan itu pula saya sadar kalau sebenarnya buku ini bukan cuma fantasi-aksi, tapi juga tentang suatu rezim. Dialog para tokoh yang tajam, sarat dengan revolusi, perhitungan, bahkan rencana kudeta.

Ketegangan cerita ini mulai berlanjut saat David mulai menyadari kalau Reckoners bukanlah kumpulan manusia brilian yang selama ini dia bayangkan, dan David mulai menyadari kalau kemungkinan impiannya membunuh Steelheart akan membuat Newcago hancur. Steelheart adalah epic penguasa yang diktator, tak segan membunuh. Tapi dia penguasa yang lebih memilih untuk tidak menghancurkan seluruh ras manusia seperti epic penguasa di negeri lain, ia juga mau repot memberi fasilitas, dan pasokan makanan yang banyak.

“Apa kau pernah berpikir Newcago akan menjadi lebih buruk tanpa Steelheart daripada berada dibawah kekuasaannya?”

“...Kau tidak akan menemukan sebuah jawaban. Tidak ada pilihan yang bagus. Pasrah menerima sebuah tirani atau khaos dan penderitaan. Pada akhirnya, aku memilih yang kedua, meskipun melakukannya membuat jiwaku terluka. Jika kita tidak melawan, umat manusia akan hancur. Kita perlahan menjadi domba para Epic, budak dan pelayan—stagnan.” (hal. 326)

Membaca buku ini seperti nonton film, ada banyak adegan action dan visual yang keren jika difilmkan (dan ternyata sudah difilmkan). Kebayang bagaimana Calamity itu, kota bawah tanah serba logam, rumput-rumput logam, tempat tanpa apa-apa di langit, Cuma gelap seperti dilapisi karton hitam saban tahun. Belum lagi Epic-Epic yang dimunculkan. Ada Epic “Penganugerah” bernama Conflux yang bisa mengeluarkan listrik dari tubuhnya dan juga bisa mengalirkannya ke orang lain atau mesin yang sudah mati, Coflux bahkan sumber dari pembangkit listrik di Newcago. Ada Nightwielder yang tembus pandang dan sumber dari tidak adanya cahaya di Newcago. Ada Epic manipulatif (Dan lain-lain yang tak mesti ditulis semuanya disini) Sayangnya, semua Epic ini pembantu setia Steelheart.

Buku ini juga detail dan deskriptif sekali. Saya bisa bayangkan suasana-suasana yang diceritakan di buku ini. Sayangnya kadang ada istilah-istilah baru (maklum, settingnya zaman modern) jadi nggak mudeng. Terlalu canggih. Ada beberapa typo di buku ini. Tapi tidak apa-apa. 

Dari semua tokoh, saya paling suka Megan—yang sejak awal keberatan membunuh Steelheart dan lebih suka membunuh Epic-Epic yang memang layak dibunuh—dalam tim. Dia perempuan yang punya prinsip tapi ia juga sosok yang sangat “kami dengar dan kami taat” meskipun ia harus melalui hari yang sangat berat pada akhirnya. Tapi saya juga suka Prof. yang ideologis. Entah kenapa semua tokoh benar-benar punya ideologinya sendiri yang dipadupadankan dalam suatu kelompok bernama Reckoners. Agak takjub juga kenapa mereka bisa bertahan dalam satu tim. Saya suka mereka semua.

Jadi, apakah mereka akan membunuh Steelheart? Dan, apakah yang menjadi kelemahan Steelheart? Yang jelas buku ini bukan sinteron dengan alur dan ending yang terbaca. Malah, buku ini tidak ada ending. Buku ini bisa dikatakan buku yang ngajarin saya juga tentang kepemimpinan (haha), apa itu balas dendam, apa itu revolusi dan masih banyak lagi. Kita tidak akan tahu akhir dari cerita ini sampai kita selesai membacanya. Jadi, untuk lebih tahu kisah ini silakan baca sendiri ya!

Judul Buku       : Steelheart
Penulis             : Brandon Sanderson
Penerjemah      : Putro Nugroho
Tebal Halaman : 565 Halaman
Penerbit           : Mizan Fantasi

Peresume         : Ika

0 komentar: