Jumat, 13 Oktober 2017

Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan



"Di zaman jahiliyyah, kami tidak memandang perempuan ada, dan mereka tidak pernah kami masukkan dalam perhitungan kami." Sayyidina Umar bin Khaththab

Abdullah bin Abbas mengatakan, "Perempuan pada zaman jahiliyyah jika mengandung, setelah merasa sakit akan beranak, digalikanlah lubang, lalu mereka disuruh mengejankan anaknya di muka lubang tersebut. Setelah anak lahir dilihatlah oleh Ayahnya. Jika yang lahir anak perempuan dibiarkanlah bayi tersebut masuk langsung kedalam lubang dan lubang tersebut langsung ditimbun tanah. Jika yang lahir laki-laki, barulah disambut dengan gembira."

Betapa tiada harganya seorang anak perempuan dimata orang jahiliyyah, adanya mereka yang lahir dari darah daging sendiri menjadi petaka, malu, marah dan seakan sebuah kutukan karena alasan anak yang lahir adalah perempuan. Begitu kejam tabiat seorang laki-laki dalam memperlakukan anak perempuannya, bahkan sahabat Qis bin Ashim at-Tatimi saat masa jahiliyyah ia pernah menguburkan secara hidup-hidup anak perempuanya dengan jumlah 8 (delapan) orang. Betapa tak manusiawinya mereka, bahkan nyawa manusia pun tiada harganya bagi orang jahiliyyah.

Hingga Allah turunkan surat At-Takwiir ayat ke 8 dan 9 "dan Apabila bayi-bayi perempuan yang dikuburkan hidup-hidup ditanya. karena dosa apakah dia dibunuh?."

Ayat ini bagi kaum perempuan Arab mereka mendapatkan kembali kepribadiannya, harga diri, dan kedudukan mereka. Beberapa ayat lain dalam Al Quran juga menegaskan jika peranan perempuan sama halnya dengan laki-laki dalam pembangunan islam. Tiada beda antara perempuan dan laki-laki, tiada yabg lebih buruk atau lebih baik karena Allah akan melihat Takwa setiap insan manusia. Dalam perjalanya peranan yang dimiliki kaum perempuan dan laki-laki dalam pembangunan, perekonomian serta dalam perjuangan dakwah adalah sama-sama berkewajiban hanya berbeda tugas dan pekerjaan yang harus dibagi.

Islam sangat memuliakan perempuan, dari mereka yang tidak dianggap, tidak diperhitungkan hingga mereka harus dimuliakan, bahkan hormatnya, baktinya, seorang laki-laki yang lebih utama adalah kepada perempuan yaitu Ibu, dibandingkan dengan laki-laki yaitu Ayahnya.

Dalam pandangan dunia liberalisme yang pada nyatanya tidak menyukai cara Islam dalam memuliakan wanita, mereka membuat isu seputar feminisme, perang melawan perempuan, kesetaraan gender, dan perang pemikiran lainnya. Hingga menonjolkan aturan Islam seakan aturan Islam itu membungkam, meyudutkan dan membatasi gerak para perempuan.

Disisi lain Islam lah yang sangat melindungi para perempuan, dimana hak akan seorang istri haruslah sang suami yang memenuhi, kebutuhan pokok, hidup, sandang, pangan semua haruslah dicukupi oleh suami. Tapi belakangan ini atau memang sudah ada dari dulu, kaum perempuan yang mendapatkan gaji lebih tinggi dari suaminya merasa dialah yang ikut andil besar dalam keluarga, atau malah perempuan sebagai tulang punggung keluarga, jika kita lihat banyak bukan para saudari kita yang menjadi TKW sedangkan suami mereka berada di rumah, atau kerja buruh pabrik yang lebih memilih tenaga perempuan dari pada laki-laki.  

Dalam surat  (An-Nisā'):34 - Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Pemimpin yang bertanggung jawab penuh tentulah laki-laki, kemudian dengan fisik laki-laki yang berbeda dengan kaum perempuan, sudah terlihat nyata bagaimana sosok pemimpin itu. Laki-laki dimuliakan dengan keluar rumah untuk berjuang menghidupi keluarganya, sedangkan wanita dimuliakan di dalam rumah dengan menjaga kehormatan dan harta benda suaminya. Sudah cukup jelas pembagian tugas ini, jika kaum liberalis mengatakan "kaum perempuan tertindas hanya dengan di rumah saja." apakah tidak malah sebaliknya, "kaum perempuan tertindas dengan menjadi tulang punggung keluarga dalam menghidupi keluarganya." tentunya dengan kondisi suami yang sehat, tiada kurang suatu apapun.

Buya Hamka berkata "Jika kedepan perempuan yang memimpin, sedangkan laki-laki hanya duduk saja mengadu balam, menganggur, mendengar bunyi berkutut atau mengadu ayam menandakan bahwa laki-lakinya tidak "beres" lagi."

Baiklah buku ini sarat akan makna, pengingat bagi kita akan kemuliaan wanita serta bagaimana memuliakan wanita. Dan akhirnya wanita menjadi mahluk mulia dengan ia taat terhadap suaminya, serta sang suami akan menjadi orang yang sholeh dengan ia menghormati dan berbakti kepada wanita (ibu nya) dan tentunya melindungi dan mengayomi istri dan anak anaknya.

Judul Buku : Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan
Penulis : Prof. Dr. Hamka
Jumlah Hal : 134
Penerbit : Gema Insani
 Eko Yasin

0 komentar: