Sebenarnya buku ini sudah saya selesaikan sebelum bulan Ramadhan
tapi belum disempat-sempatkan untuk menuliskan resumenya, padahal niatnya
sebelum Ramadhan bisa posting 2 resume eh malah jadinya nambah 2 utang –
maapkeun. Jika ada salah satu atau dua member disini yang pernah mendengar grup
di Facebook bernama Backpacker Dunia atau biasa disingkat BD, maka mungkin
kalian tidak asing lagi dengan penulis buku ini, ya mbak Elok Dyah Messwati
adalah founder dari grup BD dengan member ratusan ribu orang dan kemudian
dibuatkan grup grup regional di tiap provinsi di Indonesia. Sedikit
menceritakan tentang BD, grup ini merupakan grup sharing terkait kegiatan
traveling alias jalan-jalan mandiri yang biasanya identik dengan backpack di punggung
dan budget yang minim maupun strategi untuk menjalankannya hampir diseluruh
negara di dunia. Membernya adalah orang Indonesia dan tujuan travelingnya
adalah luar negeri saja. Sedangkan buku ini – sesuai yang tertulis di buku –
merupakan series dari perjalanan Backpacker Dunia, walaupun secara pribadi saya
juga kurang tau series lainnya sudah ada yang baru atau belum.
Nah sekarang, apa yang terlintas dipikiranmu jika mendapat
ajakan traveling ke Australia? Saya pribadi langsung terbayang, ngurus visa
yang ribet, biaya hidup yang mahal,
orang Aussie yang rese dan suka
mabuk-mabukan kayak di Bali, dan pikiran negatif lainnya. Tapi teteup yang dominan ya mahalnya itu.
Menjawab pertanyaan tersebut, tanpa menepis anggapan sebagian
besar calon dan backpacker Indonesia, penulis merangkum tips untuk para pejalan
supaya bisa menghemat biaya perjalanannya di buku ini. Pengalaman ini ia
rangkum berdasarkan pengalamannya 3 kali masuk Australia yang detailnya dibahas
satu persatu di tiap babnya.
Memiliki hobi jalan-jalan, dituliskan di bukunya bahwa penulis
memulai aktivitasnya tersebut sejak usia 13 tahun dan mulai menelusuri
tempat-tempat di pulau Jawa dengan cara backpacking alias jalan mandiri dengan
ransel di punggungnya. Cerita bagian ini menjadi pembuka di bagian 1 yang
berjudul Gila Backpacking.
Gaya penulisan yang santai ditambah dengan pengalaman-pengalaman
yang menginspirasi menjadikan buku ini sayang untuk dilewatkan. Apalagi penulis
juga tidak menutup-nutupi bahwa tulisan yang ada dibuku ini merupakan materi
yang sebelumnya dipost di blog pribadi. Foto-foto yang disisipkan di dalam buku
juga menambah imajinasi pembaca untuk ikut menelusuri tempat-tempat yang
ditulis dalam buku ini.
Pada bagian ke-dua buku ini, penulis menceritakan pengalamannya
saat pertama kali ke Australia untuk urusan pekerjaan yang mengharuskan ia
untuk berkunjung ke Sydney dan Canberra. Pada bagian ini, penulis menceritakan
kesannya saat pertama kali menginjakkan kaki di Aussie serta tips terkait
barang yang boleh dan tidak untuk dibawa ke Aussie namun lebih fokus lagi pada
pengalaman kunjungannya terkait pekerjaan yang ia bawa. Biarpun begitu, tempat
wisata terkenal di Sydney seperti Opera House, Sydney Harbour, Paddy’s Market,
sampai ke Queen Victoria Building tidak luput pada pembahasannya.
Lanjut ke bagian ke-tiga, diceritakan bahwa penulis ingin sekali
mengikuti acara yang dihadiri Paus Benedictus di Sydney kala itu. Penulis yang
sangat ingin untuk mengikuti kegiatan tersebut akhirnya mengambil cuti dan
langsung membeli tiket ke Sydney tanpa mengikuti paket tour yang menawarkan
paket serupa, alasannya sangat simple, yakni karena jalan-jalan mandiri akan
lebih menghemat budget serta lebih fleksibel terhadap tempat-tempat yang akan
dikunjungi. Pada bagian ini, penulis mendapatkan support dari sahabatnya, Fifi yang sedang bekerja disana yang
kemudian banyak mengenalkan tempat-tempat baru dan unik di Sydney khususnya.
Penulis yang sepertinya sudah jatuh cinta dengan Aussie,
akhirnya menutup buku ini dengan bagian ke-empat yang juga merupakan bagian
terseru dan terpanjang untuk diceritakan karena memang paling banyak dibahas di
bagian ini tidak hanya Sydney namun juga Perth, Adelaide, Melbourne, Canberra,
Sydney – Katoomba, Wolonggong, Brisbane, Gold Coast hingga Australia bagian utara,
Darwin. Tidak tanggung-tanggung, penulis mengambil cuti besar selama 1 bulan
lamanya untuk menjelajahi setiap destinasi bersama suaminya yang dilakukan
secara hemat dengan cara memanfaatkan hospitality exchange dan tinggal bersama
orang lokal. Selain itu, apa sajakah cara lain untuk berhemat di Aussie ala penulis
dan apa saja destinasi wisata yang didatangi penulis? Apakah biaya hidup di
Aussie benar mahal seperti yang menjadi pendapat orang lain selama ini? Temukan
sendiri jawabannya di Australia, eh di dalam buku ini dong.
Judul :
Backpacking Hemat Ke Australia
Tahun Terbit :
2009
Jumlah Halaman :
208
Nama Penulis :
Elok Dyah Messwati
Penerbit :
Backpacker Dunia Publishing
Balam, 20 Juni
2018
-
Mustika Rizky Amalia -
0 komentar:
Posting Komentar