Siapa yang
ingin rumahnya menjadi surga dunia, tentu semua kita ingin rumah itu bagaikan
surga, tenang, damai, saling memahami, saling motivasi, berbagi dan sebagainya.
Tentu semua kita menginginkannya. Namun untuk menghadirkan surga dirumah tentu
tak semudah mengatakannya, karena pada kenyataannya ada saja konflik di dalam
rumah, baik itu antara adik kakak, ayah ibu, dan anggota keluarga lainnya yang
ada.
Adakah
rumah yang seperti surga penuh kedamaian itu? Ya tentunya ada. Bagaimana
caranya?
Nah buku
ini hadir untuk menjawab itu semua. Kumpulan kisah perjalanan Rosulullah, apa
saja yang terjadi dan bagaimana cara menyikapinya.
Berawal
dari rumah Abu Thalib, Muhammad kecil yang sudah menjadi yatim diasuh oleh
kakenya dan setelah itu pamannya yaitu Abu Thalib. Sepeninggal kakeknya ia
diterima Abu Thalib tinggal dirumahnya. Muhammad seolah tak bisa hidup tanpa
pamannya, dimanapun sang paman berada, selalu ditemaninya. Begitu juga dengan
bibi Fathimah bint Asad, istri Abu Thalib, ada ketulusan cinta yang tidak
dijumpai pada wanita lain disekitarnya. Ada kelembutan dan kasih sayang yang
Muhammad dapatkan di rumah Abu Thalib, sampai akhirnya Ia bertemu dan menikah
dngan Khadijah.
Khadijah
adalah sosok istri yang mampu berharmoni dengan irama kehidupan suaminya. Tak
ada yang diinginkan dari suami tercinta selain ridanya. Begitu pula Muhammad,
ia mengimbangi sikap tak kalah hormat kepada istrinya. Sebuah rumah tangga
terbentuk, damai, tentram, bahagia tak tertandingi. Dalam jangka waktu yang
lama Khadijah sukses menyiapkan kondisi spiritual Muhammad untuk menerima wahyu
dan berjihad.
Disaat
Nabi Muhammad menerima wahyu pertama, Khadijah dengan takjub dan berujar
“alangkah indah kata-kata ini, Muhammad! Belum ku dengar sebelum ini! Disaat
nabi Muhammad membacakan QS. Al-Alaq: 1-5. Walaupun hati khadijah
bertanya-tanya dan khawatir. Tapi hal itu tak dilihatkannya di depan suaminya.
Dibuku ini
juga dikisahkan bagaimana rumah ibu-ibu Kaum mukmin, tak lain adalah rumah
istri-istri Nabi Muhammad, disaat bersama putra putri dirumah, bersama cucu,
anak tiri dan anak anak lain. Bersama kerabat dan tamu dirumah, dirumah para
sahabat, bersama budak dan pelayan, yang digambarkan dalam bentuk kisah-kisah.
Pelajaran
yang dapat dimbil juga dirangkum dalam satu tema yaitu teladan suci rumah
tangga nabi. Dimana nabi hidup sederhana, jauh dari kemewahan. Suatu kali
Abdullah ibn Mas’ud masuk kebilik Nabi SAW. Melihat kondisi beliau demikian, ia
berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kubuatkan tali geriba untuk alas
tidurmu sehingga tubuhmu terlindung dari tikar itu?” Beliau menjawab, “Dunia
tak ada apa-apanya bagiku. Aku dan dunia hanyalah seperti seorang penunggang
berteduh di bawah pohon, yang sebentar berlalu meninggalkan pohon itu.”
Teladan
selanjutnya, Penuh cinta, cinta adalah rahasia kebahagiaan hidup rumah tangga.
Rumah tanpa cinta bagaikan tubuh tanpa ruh. Di atas fondasi cinta inilah rumah
Nabi berdiri, cinta yang memenuhi hati seluruh istrinya tanpa terkecuali.
Amanah,
setia, santun, rendah hati dan melayani keluarga, tawakal dan mendahulukan
orang lain, bersih dan wangi, cinta kasih,zikir dan ibadah, Amar Makruf nahi
munkar, giat dan jauh dari hiburan, ilmu dan bimbingan, menghargai dan
menghormati orang lain, adil dan prihatin.
Begitulah
cara Nabi dan keluarga menghadirkan ketentraman dan kedamaian dalam rumah
tangga. Nabi adalah manusia biasa layaknya manusia pada umumnya. Rumah beliau
tak berbeda dengan rumah para sahabat. Para sahabat berusaha mencontoh beliau.
Beliau sukses membangun tatanan masyarakat madani yang berpengaruh dan
didambakan para pemikir dan ilmuwan sepanjang zaman.
Judul buku:
Bilik-Bilik Cinta Muhammad
Penulis: Dr.
Nizar Abazhah
Penerbit: Serambi
Ilmu Semesta
Halaman:
327
2 24 Juli 2018
- Belia
Laksmi Masril -
0 komentar:
Posting Komentar