Dewi Lestari atau yang biasa disebut sebagai Dee, menulis sebuah buku
yang berjudul “Madre Kumpulan Cerita” . Dalam buku ini terdapat beberapa kisah
yang terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek, yang merupakan karyanya
selama lima tahun. Cuma saya lebih tertarik untuk meresume sebagian dari buku
Madre ini. Kenapa Cuma sebagian? Karena menurut saya yang menarik perhatian
Cuma madre. Hehe.
Oke, saya
bakalan meresume cerita yang menurut saya bagian paling menarik dari buku Madre
ini. Apakah itu? Cerita tentang Madre sendiri lah yang menurut saya menarik.
Cerita
pertama yang disajikan oleh buku Madre adalah cerita mengenai Madre itu
sendiri. Pasti kalian bertanya-tanya kan apasih Madre itu? Madre adalah sebutan
untuk adonan biang roti yang sudah berumur puluhan tahun, yang terbuat dari
tepung, air, fungi bernama Saccharomyses exiguus dan bakteri.
Cerita
berawal dari laki-laki bernama Tansen Roy Wuisan seorang pemuda berambut gimbal
dan berkulit gelap memiliki sedikit darah tionghoa dan india yang merupakan
seorang surfing mengetahui asal-usul keluarganya yang ternyata
mewarisi sebuah adonan biang roti yang bernama Madre yang sudah saya jelaskan
di atas kepadanya. Kakek dan Nenek Tansen yang bernama Tan Sin Gie dan Laksmhie
adalah pembuat roti terkenal pada masanya. Kakek Nenek Tansen membuka usaha
toko Roti dengan nama “Tan de Bakker” yang berdiri tahun 1943 di Jakarta Kota.
Seiring bermunculan bakery modern, toko roti Tan tenggelam pelan-pelan yang
disebabkan tak ada untung.
Mendengar
ia mendapat warisan “Madre” Tansen yang pada awalnya tinggal di Bali pergi ke
Jakarta untuk menengok seperti apa warisan yang diberikan sang kakek padanya.
Ketika mengetahui yang ia dapatkan hanya setoples adonan biang roti Tansen
enggan untuk mengurus warsan tersebut, namun atas penjelasan Pak Hadi seorang
mantan pembuat roti di toko roti Tan yang mengatakan kalo jika Madre hanya bisa
diturunkan pada seseorang yang punya “hubungan langsung” yang ternyata adalah
Tansen sendiri.
Selama
tinggl di Tan de Bakker Pak Hadi mengajarkan bagaimana membuat roti dengan
biang Madre. Semua pengalamannya selama tinggal di Jakarta atau lebih tepatnya
tinggal di Toko Tan de Bakker ia tulis di blog pribadinya. Cerita
mengenai pengalaman membuat roti dengan Madre yang ia tulis di blognya membuat
ia berkenalan dengan seorang perempuan bernama Mei Tanuwidjaja yang ternyata
penikmat blog Tansen selama ini yang juga pengusaha roti yang bernama
Fairy Bread dan sudah tiga generasi diurus oleh keluarga Mei.
Mei si
pembaca setia blog Tansen tertarik untuk memcicipi roti yang terbuat dari Madre
dan berniat membeli resep Madre. Maka Mei mengunjungi Tan de Bakker dan
menceritakan niatnya untuk membeli resep Madre. Namun Tansen menolak untuk
menjual Madre. Walaupun Tansen menolak untuk menjual Madre, Mei tak pantang
menyerah. Mei menawarkan 100 juta kepada Tansen untuk menjual Madre.
Tansen
merasa tergiur dengan tawaran Mei, karena ia berpikir kalo dirinya tidak pandai
mengolah roti jadi lebih baik Madre dijual kepada orang yang tepat seperti Mei.
Pak Hadi yang sudah puluhan tahun bekerja di Tan de Bakker tidak rela menjual
Madre. Namun apa daya Madre sekarang sudah dimiliki Tansen, jadi Pak Hadi tidak
punya hak untuk melarang Tansen menjual Madre.
Di tengah
cerita Tansen mengetahui betapa berharganya Madre tidak hanya untuk Pak Hadi
saja tapi juga untuk keempat orang keluarga Tan de Bakker yakni Bu Sum, Bu
Cory, Bu Dedeh dan Pak Joko yang sudah bekerja bertahun-tahun di Tan de Bakker.
Melihat itu Tansen merasa tidak enak hati. Akhirnya Tansen menghubungi Mei dan
merubah kesepakatan mereka. Tansen membuat kesepakatan jika semua roti yang
diperlukan Mei akan dibuat di Toko Roti Tan, jadi Tansen dan seluruh keluarga
besar Tan de Bakker yang menerima order dari Mei. Keputusan Tansen itupun
membuat Pak Hadi dan keempat orang lainnya ikut senang.
Kerja sama
itu berjalan baik. Mei mengajak Tansen untuk makan malam bersama. Mei banyak
bercerita tentang usaha rotinya dan kesukaanya melihat tulisan Tansen di blog
pribadinya yang membuat ia iri dengan Tansen kan kebebasan yang ia miliki waktu
di Bali. Dari obrolan itu Tansen jadi tertarik pada Mei.
Walaupun
kerjasama antara Tan de Bakker berjalan lancar ada hal yang mengganjal hati
Tansen, yakni kondisi Bu sum, Pak Hadi, Bu Cory, Bu Dedeh dan Pak Joko yang sudah
menua dan tidak lagi memiliki fisik sekuat Tansen. Tansen menceritakan
kegelisahannnya itu pada Mei dan Mei memberikan solusi. Solusi yang diberikan
Mei adalah bergabungnya Fairy Bread dan Tan de Bakker jadi jam kerja Pak Hadi
dan kawan-kawan jomponya. dengan pegawai Fairy Bakker bergantian sehingga tidak
memporsir kerja Pak Hadi dan kawan-kawan jomponya.
Dengan
menggabungkan Tan de Bakker dengan Fairy Bread membuat nama toko roti Tan de
Bakker berubah menjadi Tansen de Bakker yang berarti Tansen si pembuat roti.
Media publikasi pun juga bertambah sehingga Tansen Bakker mempunyai website,
twitter, facebook dan lainnya. Tidak hanya itu sekarang Tansen de Bakker tidak
hanya menjual roti tapi sudah punya menu all day dining, yang meski
daftarnya. tak banyak semua adalah menu terbaik.
Pengarang : Dewi Lestari
“Dee”
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Februari 2013
Kota Terbit : Yogyakarta
Jml Halaman : 160 Halaman
Adam
0 komentar:
Posting Komentar