Jumat, 25 Maret 2016

Road Map For Success

Menurut Maxwell, mendefinisikan sukses adalah tugas yang sulit. Sebagian besar orang ketika ditanya tentang sukses mereka akan menyamakannya dengan kekayaan, kebahagiaan, kekuasaan, jabatan, atau pencapaian lain dalam hidup. Well setiap manusia memang punya keunikan tersendiri termasuk dalam cara pandang terhadap sukses. Dengan gaya bahasanya yang lugas dan segar, Maxwell mengajak kita untuk memahami arti sukses yang sesungguhnya. Bahasanya yang lugas, penuh spirit, dan tak ada kesan menggurui membuat sayapun penasaran dengan setiap halaman yang ia tuliskan.

Kata Maxwell adalah keliru jika hanya menyamakan kesuksesan dengan pencapaian target duniawi seperti kekayaan, prestasi, kekuasaan, jabatan, atau kepemilikan terhadap sesuatu. Benar bahwa gambaran sukses itu berbeda setiap orang, namun selalu ada kesamaan bahwa setiap kesuksesan harus diraih melalui sebuah proses. Proses inilah yang akan menentukan seseorang meraih sukses atau tidak. Proses ini didasarkan atas dua prinsip baku yang harus dipegang teguh, yakni memahami gambaran yang benar tentang kesuksesan dan memegang prinsip yang benar untuk mencapainya.

Pertanyannya, seperti apa gambaran sukses yang benar? Ada tiga hal pokok dalam definisi sukses menurut Maxwell, yaitu tahu tujuan hidup, tumbuh untuk meraih potensi tertinggi, dan menebar manfaat untuk orang lain. Simpelnya bahwa sukses bukanlah hasil akhir tetapi proses perjalanan. Dengan memahami sukses sebagai sebuah proses maka kita tak perlu berjuang mati-matian untuk mencapai tujuan yang sulit dicapai. Just do the best. Jika kita fokus pada proses, bukan hal yang mustahil pula untuk meraih sukses setiap hari.

Mampu memahami tujuan hidup yang benar adalah tahap pertama untuk sukses. Menurut Maxwell bahwa tujuan hidup yang kita bangun harus selaras dengan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Bagi muslim, tujuan penciptaan manusia sudah sangat jelas : beribadah (adz-dzariyat: 56) dan menjadi khalifah (Al-Baqoroh: 30). Jika ibadah adalah hubungan vertikal kita dengan Allah, maka menjadi khalifah adalah hubungan horizontal kita dengan lingkungan dan sesama makhluk hidup. Ibadah tidak hanya dimaknai ritual shalat, puasa, zakat, haji. Makan, minum, tidur, kuliah, bekerja, membantu orang lain bukankah semua diniatkan untuk ibadah. Perbedaan niat ini yang kemudian akan berkorelasi dengan prinsip kedua, berproses dengan cara yang benar.

Kedua, mengoptimalkan potensi. Potensi ini terutama diarahkan untuk mencapai tujuan jangka pendek seperti studi, karir, atau yang lainnya. Menurut Maxwell, ada empat prinsip yang dapat membantu kita untuk memaksimalkan potensi, yaitu fokus pada satu tujuan utama, fokus untuk mengembangkan diri, lupakan masa lalu, dan fokus pada masa depan. Fokus pada satu tujuan utama bukan berarti kita tak harus punya mimpi yang lain. Sah saja selama kita bisa membagi peran dan prioritas. So, mari kita bersemangat untuk melakukan manajemen diri, buat target (planning), dan konsisten berproses.

Ketiga, menebar manfaat untuk orang lain. Kata Maxwell, poin ketiga inilah puncak kesuksesan. Sukses itu bukan tentang apa yang dicapai untuk diri sendiri, tetapi tentang apa yang dilakukan untuk orang lain. Contoh sederhana, artikel ini menjadi artikel yang gagal jika saya hanya mencari kepuasan pribadi dari menulis. Namun artikel ini bisa menjadi artikel yang sukses jika saya niatkan untuk menebar manfaat bagi orang lain. Karena saya niatkan agar berguna bagi orang lain, maka saya nulis sepenuh hati agar orang yang baca terinspirasi untuk melakukan. Beda niat sudah beda hasil akhir dan prosesnya kan. So, sejatinya hidup kita ini dibangun dari apa yang kita berikan kepada orang lain. Semakin banyak kita memberi kebaikan untuk orang lain, insyaAllah semakin banyak juga kebaikan yang menghampiri kita.

Bukanlah hidup namanya jika hanya ada jalanan yang lurus. Seringkali kita sudah membuat target tapi tak berjalan mulus sesuai rencana. Hasilnya mungkin kegagalan dan takut untuk mencoba lagi. Akhirnya berfikir lebih baik jadi orang yang biasa-biasa saja. Justeru kita akan temukan bahwa orang-orang sukses adalah manusia ekstraordinary, punya spirit dan kemampuan diatas rata-rata. Termasuk salah satunya kemampuan menghadapi rasa takut untuk mencoba sesuatu dan kegagalan.

Ada tiga alternatif untuk menangani rasa takut. Pertama, menjauhi sumber ketakutan, jika sumber ketakutan itu adalah orang, tempat, atau kondisi tertentu, ya jauhi semua itu. Kedua, menangani rasa takut dengan berharap rasa takut itu akan hilang sendirinya. Ketiga, hadapi dan atasi rasa takut itu. Dan cara ketiga ini adalah yang paling efektif. Sebuah penelitian di University Michigan menyimpulkan bahwa 60% ketakutan manusia itu tidak berasalan, 20% ketakutan berasal dari masa lalu, 10% ketakutan berasal dari hal-hal yang sangat remeh, dan 10% ketakutan berasal dari 4% atau 5% ketakutan yang pernah terjadi.

Gimana kalau gagal? Sayapun pernah merasa gagal sodara-sodara, sering malah haha. Salah satunya adalah ketika lulus kuliah januari kemarin (ah ini masih hangat banget). Target saya ketika itu adalah lanjut kuliah tapi tahun depannya. So saya punya waktu kosong setahun. Target saya waktu satu tahun itu adalah punya usaha sendiri. Disisi lain usaha butuh modal kan ya. Sementara tak banyak tabungan tersisa, kira-kira cukuplah untuk 3 bulan bertahan di yogya. Sejujurnya galau, takut untuk memulai, dan takut gagal. Kalau saya pakai uang sisa tabungan ini untuk modal usaha, terus gimana dengan kebutuhan pokok saya? Dan kalau gagal tabungan saya melayang semua. Akhirnya option lainnya pulang dan ngembangin usaha online dari rumah. Tapi terus saya kayak pengangguran dong, apalagi setahun bukan waktu sebentar.

Akhirnya, saya ajak teman untuk bisnis jilbab patungan, kami buat jilbab sendiri. Tapi apalah daya persaingan terlalu ketat jadilah cashflownya lama. Baru jalan sebulan, akhirnya kami menyerah padahal BEP aja belum. Rugilah pastinya, tabungan tersisa kurang dari 500rebu. Takut mulai lagi sebenarnya, tapi saya menguatkan diri kalau gak mau ambil resiko saat ini selamanya saya tidak akan mampu memulai. Doa yang saya kuatkan saat itu adalah salah satu doa yang ada di Al-Matsurat, yang intinya adalah jauhkan saya dari kekufuran dan kefakiran, dan dijauhkan dari kemalasan dan utang. Utang itu yang paling rawan saat kita tak beruang dan saya minta sama Allah agar dijauhkan dari utang. Sisa tabungan dan hasil jual kalung saya akhirnya saya pakai untuk modal usaha lain. Alhamdulillah bisnisnya saat ini sudah berjalan. Bahkan sampai kewalahan dengan pesanan. Dan disaat lagi muter otak buat tambahan modal, tak disangka teman menawarkan untuk tanam modal.

Kasus lain, barangkali kita pernah juga merasa salah memilih jurusan sesuatu seperti jurusan studi, pekerjaan, atau apapun. Kata Maxwell itu bisa juga penyebab kita merasa gagal. Cara efektif untuk mengatasinya adalah jadikan itu sebagai batu loncatan. Ambil sebanyak mungkin pengalaman dari sana sebagai persiapan untuk meraih mimpi yang kita inginkan.

Saya sudah membuktikan nasehat Maxwell, bahwa cara efektif untuk melawan ketakutan dan kegalalan adalah melawannya. Kegagalan itu jadi jadi pelajaran berharga untuk saya. Nilainya terlalu berharga untuk saya sesali, so saya tetap fokus ke depan. Kegagalan pada dasarnya adalah isyarat bagi kita untuk mengubah arah, barangkali ada yang salah dalam manajemen bisnis saya yang pertama sehingga gagal. Dan pengalaman ini cukup membuktikan bahwa ternyata saya termasuk risk taker, padahal saat kuliah ditanya dosen saya bilang saya tipe risk neutral hehe...

So, mulai sekarang mari kita miliki gambaran yang benar tentang kesuksesan. Bahwa kesuksesan adalah tentang apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain dengan cara dan prinsip yang benar. Dan itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang mampu menentukan tujuan hidupnya dengan benar.

Judul Buku       : Your Road Map For Success
Penulis              : John C. Maxwell
Penerbit           : MIC Publishing
Tebal                : 274 Halaman

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Indonesi Membaca. 

0 komentar: