Senin, 31 Oktober 2016

Negeri di Ujung Tanduk

Ini hebat! terlalu hebat malah. Apakah tidak ada produser yang mau memfilmkan buku ini? Buku ini terlalu keren. Bahkan saya sendiri sangat membayangkan bagaimana situasi tegang dalam buku ini.

Buku dengan tebal 359 halaman ini begitu ringan untuk dibaca, setiap babnya selalu menarik untuk disimak, bahasa yang dipakai cukup bisa dimengerti dan dipahami. Sekuel kedua sekaligus terakhir dari buku negeri para bedebah ini masih bercerita tentang Thomas, seorang konsultan politik yang dalam kerjanya selalu ditembaki, disandera, bertinju hingga perang dan sebagainya.

Di sekuel ini Thomas mendapat klien politik kandidat calon presiden paling kuat dan diperhitungkan. Karena kliennya begitu jujur, memiliki integritas teruji, dan sudah menguasai dua pertiga peserta konvensi.

Dimulai dari Thomas berlibur ke Hongkong dan memenagkan perlombaan tinju di Makau. Opahnya datang untuk memberikan hadiah kapal pesiar kepadanya. Saat sedang asyik berlayar tiba-tiba kliennya menelpon agar dirinya kembali ke Jakarta. Karena ada pihak yang menyusun serangan balik mematikan. Dan Thomas menjadi sasaran tembak nomor 1. Konspirasi besar telah dimulai.

Baru saja Thomas mematikan  handphone. Tiba-tiba kapalnya diperiksa oleh pasukan dari satuan khusus  anti terror ototritas Hongkong SAR. Dan di kapal baru itu ditemukan bubuk heroin, senjata laras panjang, granat dll. Mereka terkejut, Thomas dan opah tidak bisa berbuat apa-apa mereka ditangkap. Konspirasi ini bermain kotor. Akan tetapi Thomas mendapat bantuan dari lawan tinjunya Lee. Lee membantu Thomas dan opah kabur dari tempat SAR tersebut. Anehnya, Lee dan opah seperti pernah bertemu. Lee membantu mereka kembali ke Jakarta.

Selama perjalanan Thomas mencari strategi atas permasalahannya, karena bagaimana pun juga, mulai saat ini klien, keluarga, serta dirinya dalam bahaya besar. Yang entah pihak mana dan konspirasi apa sampai melibatkan anggota SAR Hongkong untuk menjebaknya.

Tidak ada demokrasi untuk orang bodoh. Itu adalah jawaban Thomas saat diwawancarai. Mungkin maksudnya adalah demokrasi bukan untuk anak awam. Orang awam tidak tahu dan idak mengerti pimpinan yang mereka pilih seperti apa dalamnya. Mereka hanya melihat dari luar dan sampai mana tingkat pendidikan pemimpin tersebut. Karena pada buktinya kita masih mempunyai pemimpin yang diam-diam korupsi, bermain perempuan dll. Di sini moralitas demokrasi dipertaruhkan.

Dari Makau Thimas kembali ke Jakarta. Di Jakarta rintangan baru dimulai. Dari kliennya yang tiba-tiba dituduh dan ditangkap, sampai Thomas sendiri diculik dan dipenjara. Tetapi Thomas selalu mendapat bantuan. Dan ia menemukan mafia hokum yang melakukan ini semua, mafia yang dimasa lalu telah membunuh kedua orangtuanya. Dan merenggut kehidupan omnya. Akhirnya Tjomas kembali ke Hongkong menyerahkan diri, karena omnya disandera. Apakah selanjutnya Thomas akan mendapat bantuan lagi? Jawabannya adalah ia.

Bukan bang Tere jika tidak memberikan pesan moral  di semua novelnya yang seru. Yah, ciri khas bang Tere selalu menyelipkan pesan moral mendalam di setiap novelnya.
Di negeri ujung tanduk ini, kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak. Tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi, jika kita memilih untuk tidak peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing.nasib negeri ini persis seperti keranjang telur di ujung tanduk. Hanya soal waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk (116)

Penulis mengajak kita untuk peduli terhadap negeri kita, manusia, bahkan sekecil apapun masalahnya kita harus peduli. Bukan kebetulan Thomas selalu mendapat bantuan di saat-saat gentingnya. Seperti di makau. Di anataranya karena opahnya dulu pernah menyelamatkan nyawa teman di atas kapal yang terapung dengan membagi sebagian jatah makanannya. Temannya sangat berterima kasih dan selalu menceritakannya kepada cucu-cucunya, yang mana cucunya adalah Lee orang yang tidak akan membiarkan Thomasdan keluarganya celaka dari mulai daratan laut cina sampai Makau. Hidupnya tertolong karena kepedulian kakaeknya dahulu.

So, jadilah anak muda yang peduli, memilih jalan suci, karena kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan  berarti pada masa depan. Meski kecil tapi besar dampaknya  pada masa mendatang , buku ini recommended banget.

Judul                : negeri di ujung tanduk
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Gramedia
Tebal               : 359 halaman
Cetakan           : kelima
Peresume         : Nur Arfah

0 komentar: