Minggu, 30 Juli 2017

Tuhan Maha Asyik


Gambar terkait



Banyak orang yang beragama, namun tidak ber-Tuhan. Agama hanya diperlakukan sebagai status sosial untuk menegaskan bahwa seorang individu berada pada golongan tertentu. Esensi beragama tidak dipahami oleh semua orang. Kenapa kita harus beragama?

Orang-orang atheis percaya pada sesuatu kekuatan besar yang mengatur alam semesta. Berdasarkan logika manusia yang dituangkan dalam sebuah Hukum Kekekalan Energi dikatakan bahwa “Energy tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, namun hanya bisa berubah bentuk”. Energi yang besar dan tidak terbatas itu dipercaya oleh orang beragama sebagai Tuhan, dengan berbagai nama berdasarkan agama yang dianut. Elemen, zat, kekuatan, atau energi yang luar biasa tersebut tidak dapat dijangkau secara harfiah melalui akal manusia yang dangkal.

Buku ‘Tuhan Maha Asyik’ berisi tentang pemahaman tentang Tuhan secara general melalui kejadian-kejadian yang dialami beberapa anak kecil yang menjadi tokoh dalam buku ini dan penjelasan terhadap kejadian tersebut dengan ringan dan mudah dipahami.

Mungkin banyak orang mempercayai bahwa Tuhan itu jauh, bahkan percaya bahwa pertemuan dengan Tuhan terjadi setelah kematian. Ada juga yang percaya bahwa ‘Tuhan itu ada’ dan ada yang ‘percaya pada Tuhan’. Tuhan seharusanya tidak diumpamakan dengan apapun kerena memang tidak ada yang mampu diserupakan dengan-Nya. Namun analogi sederhana yang bisa menjelaskannya sebagai berikut: Sebuah robot merefleksikan penciptanya, robot itu adalah manifestasi dari hasil pemikiran penciptanya, jadi ada ‘zat’ penciptanya didalam robot tersebut. Dalam konteks Tuhan, maka apabila kita percaya apapun didunia ini adalah ciptaan tuhan, maka segala sesuatu itu juga merupakan refleksi absolut keberadaan Tuhan, bahkan atom terkecilpun merefleksikan adanya Tuhan.

Beriman kepada Tuhan seharusnya tidak hanya diwujudkan dengan ritual formal yang diwajibkan Tuhan melalui anjuran dalam kitab suci-Nya, namun lebih luas pada pemahaman bahwa Tuhan meliputi segala sesuatu, yang pada akhirnya akan menjadikan seseorang menjadi manusia yang baik. Dalam agama islam, manusia diperintahkan sholat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar, maka seharusnya tanda yang ditunjukkan orang yang rajin sholat adalah perilakunya yang baik, bukan hanya sekedar tanda yang menghitam disekitar dahi karena terlalu sering sujud.

Disebutkanlah bahwa ilmu itu adalah cahaya. Tuhan sudah sedemikian rupa memberikan cahaya kepada hamba yang berada pada kegelapan. Dalam keadaan gelap, akal menangkap wujud-wujud potensial, dengan adanya cahaya dalam bentuk pengetahuan maka wujud potensial tersebut berubah menjadi wujud aktual yang dapat dipahami manusia, dimanifestasikan dalam bentuk penemuan yang nantinya akan bermanfaat bagi manusia itu sendiri.

Disebutkan bahwa “ciri utama manusia mengenali Tuhan adalah bahwa dia memiliki kearifan dan kebijaksanaan. Dalam praktiknya dia akan memperlihatkan kecerdasan spiritual dalam menghadapi apapun di dunia ini. Dan fungsi agama secara esensial adalah membimbing umat manusia mengalami transformasi spiritual, agar nama-nama (yang merujuk pada sifat) Tuhan termanifestasi dalam dirinya” (Hal 223)


Judul                  : Tuhan Maha Asyik
Pengarang          : Sujiwo Tejo dan MN Kamba
Tahun terbit       : 2017
Penerbit             : Imania
Peresume           : Khairisa

1 komentar:

widhi-n.blogspot.com mengatakan...

Alfatiha kagem mbh nursamad kamba