Sabtu, 12 September 2015

Proses Pelapukan “Tantangan Indonesai Merdeka”



Judul            : Proses Pelapukan “Tantangan Indonesai Merdeka”
Penulis         : Suryopratomo dkk
Penerbit       : Penerbit Buku Kompas
Tahun           : 2006
Tebal            : 186 halaman 



Buku ini saya dapatkan di Perpustakan Universitas Jember. Saat itu saya bingung mau meresume buku apa, setelah mencari-cari sya menemukan buku ini begitu menarik perhatian. Buku tentang tanah air Indonesia ini diterbitkan pada Januari 2006 itu berarti usianya hampir 10 tahun.
Dalam buku ini di paparkan dengan gamblang kondisi Indonesia hingga tahun 2005 yang mengalami kemerosotan dari berbagai bidang. Dari mulai bidang politik, pemilihan langsung  pada tahun 2004 yang di harapkan mampu mengubah kepemimpinan lebih baik malah  semakin semrawut dan konflik dimana-dimana. Satu langkah maju, dua langkah mundur begitu kata  Budiman Tanurejdo menggambarkan kondisi politik setelah tumbangnya orde baru. Berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia dalam sejarah 60 tahun Indonesia saat itu. Jajak pendapat Kompas, 8 Agustus 2005 memaparkan bahwa sebagian besar responden tidak puas dengan penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu. Lain halnya yg terjadi pada Endin yang pada 2001 mengungkapkan telah terjadi suap menyuap di kalangan hakim Mahkamah Agung. Malah ketiga hakim itu melaporkan Endin ke kejaksaan atas tudingan nama baik. Berdasarkan survei The Political and Economic Risk Consultancy Ltd (PERC) Januari- Februari 2005, Indonesia berapa di peringkat pertama sebagai negara terkorup. Selain itu Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada di peringkat ke 111 dan 175 negara. Hal itu terjadi disebabkan praktek korupsi yang telah membuat kebocoran dalam anggaran negara. Lanjut ke masalah yang lain, jika kita menengok ke masa lalu kekerasan menyertai setiap langkah di bangsa ini. Indonesia adalah negara kekerasan begitu yang tertulis dalam buku Roots of Violence in Indonesia. Di perkirakan jumlah orang yang di binasakan tanpa proses pengadilan terkait peristiwa 1965 mencapai angka 500.000 orang. Jumlah yang luar biasa dalam sejarah pembunuhan massal terbesar di muka bumi setelah perang dunia ke 2. Tidak ada aktor utama yang di nyatakan bersalah dan di jatuhi hukuman berat.
PELAPUKAN ! dalam perjalanannya, industri yg kita banggakan sebagian besar ternyata hanya tonggak keropos dan semakin kehilangan arah. Dalam bidang manufaktur Indonesia semakin terancam oleh negara lain yang mampu menwarkan biaya produksi rendah seperti Cina dan Vietnam. Faktor penyebab hilangnya daya saing Indnesia yaitu ketergantungan yg sangat besar pada sejumlah kecil produk. Begitu halnya dalam sektor pertanian, pada awal abad ke 19 Indonesia adaah eksportir gula terbesar kedua di dunia namun skg berbalik menjdi importir no 2 di dunia. Hal yg sama terjadi untuk produk pangan lainnya. Dalam bidang infrastruktur semakin tertinggal dari negara” di Asia. Harga minyak bumi yang tinggi menambah daftar masalah serius yg harus di hadapi Indonesia.
Seakan masalah yang tak berkesudahan, dalam bidang pendidikan juga terus timbul masalah baru. Setiap pergantian menteri pendidikan, kurikulum juga berubah. Padahal setiap perubahan bedampak pada praksis pendidikan. Akibatnya banyak kebijakan yg di lakukan seolah-olah sebagai kebijakan instan dan kurang di dasari pertimbangan pedagogis-edukatif. Catatan “pelapukan” ini terfokus pada pendidikan dasar dan menengah karena tingkat inilah bangunan fondasi jenjang berikutnya. Tanpa itu, 15 tahun ke depan ketika Indonesia merayakan usia 75 tahun jangan-jangan bangsa dan negara ini semakin tertinggal jauh dari Vietnam, Afrika apalagi Singapura dan Malaysia L.
Ada pula dalam hal layanan pendidikan yang menimbulkan ketidaklayakan bukan hanya keterbatasan akses bagi semua warga negara terutama kaum miskin. Lebih dari itu, bisa di lihat belum memadainya sarana dan fasilitas belajar. Bangunan sekolah yang lapuk dan ambruk sudah menjadi pemandangan sehari-hari (hingga saat ini masih banyak sekolah-skolah tertinggal terutama di pedaleman). Jika setelah 60 tahun kemerdekaan (tahun 2006) anak-anak d bangsa ini malah tak semuanya bisa mengenyam pendidikan yg layak, berrti bukan hanya sekedar terjadi pelapukan bahkan terjadi pemunduran zaman dan peradaban. Jika Jepang, Taiwan, dan Kore Selatan disebut sebut sebagai “macan Asia”, maka Indonesia di ibaratkan “ Anak Macan” yang sedang tumbuh pesat dan setiap saat bisa menyalip posisi sang induk. Lain halnya pula dalam segi kesehatan, puskesmas di bangun dimana-mana untuk di manfaatkan oleh masyarakat. Meski berobat di puskesmas di katakan gratis atau sekedar bayar biaya administrasi. Namun citra gratis sering membuat masyrakat merasa pengobatan yang mereka dapatkan tidak sungguh-sungguh. Belum lagi persedian obat yang masih kurang lengkap. Begitu pula yang terjadi pada bidang olahraga yang semakin terpuruk. Kesejahteraan yang di bangun selama 32 tahun Orde Baru ternyata tidak lebih dari istana pasir yang berhamburan di tiup krisis. Indonesia tidak hanya jatuh ke dalam jurang kemiskinan, tetapi alami perubahan sosial dan politik yang belum jga selesai hingga sakarang. Satu-satunya cara untk mengatasinya adalah mengembangkan kreativitas, memberdayakan apa yang ada di masyarakat dan memberi kesempatan semua potensi untuk berkontribusi. Tanpa upaya berarti, Indonesia akan tetap berkutat dengan permasalahn zaman batu dan atom sekaligus. Ratapannya tampaknya masih akan mengiringi nasib bangsa ini. Padahal dengan potensi yang di miliki, Indonesia seharusnya menjadi negara besar. Indonesia tidak boleh kalah dengan dengan Singapura maupun Korea Selatan yg nyaris tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Namun semakin di sadari jauh lebh penting sumber daya manusia. Kekuatan intelegensijauh lebih menentukan daripada kekuatan materi. Inilah momentum untuk bangkit bersama. Kita bisa. Luar biasa warisan ideologi dan pandangan hdup kenegaraan yang di tinggalkanoelh para bapak pendri bangsa. Luar biasa kekayaan dan kenyataan komunitas bangsa Indonesia yang bermasyarakat Bhinneka Tunggal Ika.

0 komentar: