Sabtu, 12 September 2015

Self Driving Menjadi Driver atau Passenger?




JudulBuku     :Self Driving Menjadi Driver atau Passenger?
Penulis         : Rhenald Kasali
Penerbit       : Rumah Perubahan & Mizan
Jumlah Hal    : ix + 270
TahunTerbit  : Maret 2015 (Cetakan ke-7)
Peresume      : Novi Trilisiana, IM1





Buku yang satu ini cukup provokatif, membawa ide pembaharuan yang siapa saja patut mewujudkannya. Setiap kata seakan mengamit tangan pembaca untuk beraksi, membuktikan siapakah sesungguhnya kita: driver ataukah passenger? Dilengkapi boks berisi tulisan singkat macam opini, berita, tips, maupun kisah nyata yang sayang jika dilewatkan.

Buku ini memiliki 13 bab. Secara garis besar, tiga bab awal menyadarkan kita tentang posisi serta pilihan manusia terhadap kehidupannya. Bab selanjutnya membandingkan dua jenis penumpang maupun dua jenis pengemudi. Adapenumpang yang burukmaupun yang baik serta pengemudi yang buruk maupun yang baik. Keempat jenis manusia tersebut menempati kuadrannya masing-masing. Posisi kuadran paling parah adalah pengemudi yang buruk sedangkan kuadran paling ideal adalah pengemudi yang baik. Di antara keduanya terdapat kuadran penumpang yang buruk dan penumpang yang baik.

Pada intinya,penulis mengharapkan pembacabisa men-drive diri sendiri (drive your self), men-drive orang lain (drive your people), men-drive bangsa (drive your nation).Supaya jelas, sedikit saya kutipkan definisi driver yang dimaksud dalam buku ini.
Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan ‘passenger’. Anda tinggal memilih, ingin duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai driver di depan? …h.6
Seorang driver tidak cukup hanya bermodalkan tekad dan semangat, ia butuh referensi dari pengetahuan akademis….h.8

Kebalikan dari driveradalah passenger.Menjadi passenger banyak dikaitkan dengan mau menjadi the loser atau the winner.Mental passenger yang buruk identik sebagai loser ataupun pecundang. Oleh karena itu, penulis memaparkan bahaya laten akibat mental passenger yang buruk. Sampai di bab ini, pilihan yang disarankan untuk pembaca adalah menjadi good driver atau good passenger.

Pada bab selanjutnya, pembaca digiring untuk memilih pilihan terbaik, yaitu menjadi good driver. Supaya menjadi good driver, setidaknya kita harus membiasakan diri dengan beberapa hal ini:
·         Self Discipline
·         Ambillah Risiko
·         Play to Win
·         The Power of Simplicity
·         Creative Thinking
·         Critical Thinking

Keenam hal tersebut dikupas secara detail ke dalam enam bab tersendiri. Setiap bab selalu ada kisah-kisah inspiratif yang menggiring pembaca optimis untuk membenahi diri. Dilengkapi pula dengan latihan-latihan sederhana yang mendukung keenam hal itu. Misalnya, agar seseorang memiliki Critical Thinking Standard (terbuka, jujur, berani, sabar, memiliki rasa cinta terhadap sesama, tidak mudah tersinggung, sadar ada kelemahan dalam diri, terbuka terhadap kritik, dan independen) maka sering-seringlah ‘bergumam atau ngoceh’ saat melihat iklan TV ataupun nonton film, membaca sebuah perdebatan, dan mengkritisi buku.

Hanya saja, saya menemukan kontradiksi dalam pemikiran penulis. Di satu sisi, penulis menganggap bahwa orang-orang yang beraliran keras dan merasa dunia ini penuh ketidakadilan atau yang bermental loser akan cenderung menyebarkan informasi yang bersifat menghasut (h.222). Di sisi lain, penulis banyak menampilkan istilah-istilah agamis sebagai yang tidak ‘ramah’ karena tercermin dari sebagian oknum. Kemudian ia tidak memberikan klarifikasi lengkap sehingga ketidak-ramahan tersebut men-generalisasi. Jadi, juga ada nada menghasut yang penulis sampaikan.

Jika penulis netral dan pro pada kebaikan universal, ia tidak hanya mengangkat sisi negatif sebagian oknum tetapi ia juga mengangkat sisi positif dari yang lainnya. Nah, di sini penulis tidak cukup bijaksana. Selebihnya, isi buku sangat layak untuk dibaca.




0 komentar: