Memahami Bahasa Anak
Dunia anak-anak memang mengasyikkan. Beragam kisah dengan permaknaannya
memenuhi kisah hidup mereka. Kehidupan ini dijalani dengan cara yang unik dan
menggelitik. Kata-kata yang polos, spontan, lucu, penuh keceriaan, dan tak
jarang menggugah hati dan kesadaran kita. Anak-anak melakukan tanpa takut
salah, tanpa beban dan takut dosa.
Dari
anak-anak pula kita belajar banyak hal. Kata-kata dan jawaban mereka kadang
membuat kita heran, melongo, atau takjub. Kata-kata yang tidak kita kira,
muncul dari sosok mereka yang umurnya masih kecil.
Kadang juga kita temukan inspirasi dari anak-anak. Betapa cerdas mereka
memandang sesuatu. Kita orang dewasa ini kalah dengan mereka. Buku ini memotret
dengan cerdas anak-anak. Perkataan, jawaban, tingkah laku, dan cara pandang
mereka.
Buku ini terdiri dari 10 bagian (penulis menyebutnya 10 celoteh) yaitu Imanjinasi Ala Anak-anak, Perkembangan Bahasa, Pertanyaan Sulit, Jawaban Menohok, Jawaban
Bikin Geli, Komunikasi Efektif, Ngeles (Siapa yang Harusnya Pegang Kendali),
Konsistensi, Kepekaan dan Kepedulian, dan Seputar
Tuhan dan Agama
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
#1
Anaconda
Suatu
malam, seorang ibu menemani anaknya menonton TV. Saat itu, TV menayangkan film
berjudul “Anaconda”. Penasaran, anak bertanya.
“Ibu,
Anaconda itu apa sih?’ katanya.
“Anaconda
adalah jenis ular besar dan panjang yang hidup di daerah Amazon. Amerika.
Panjangnya bisa mencapai 80 meter, lho. Di Kalimantan juga ada ular yang besar
dan panjang. Tapi tidak sepanjang Anaconda. Anaconda termasuk yang terpanjang
di dunia”
“Kalau
Anaconda sepanjang itu, ibuconda-nya panjangnya berapa meter ya, Bu?”
#2 Eskalator
Melihat
ibunya kesulitan menghitung dengan jari berapa uang yang harus dibelanjakannya
bulan itu terkait banyaknya kebutuhan bulanan, Adi (4) mendekati ibunya,
seperti ingin menawarkan solusi.
“Kok
Ibu kelihatan kesulitan menghitung?” tanyanya.
“Iya
nih, kayaknya ibu salah hitung, deh,” balas sang ibu.
“Kenapa
ngga pake eskalator aja” katanya. “Kan bisa lebih cepat ngitungnya!”
Rupanya,
kalkulator sudah ganti nama jadi eskalator.
#3 Sudah
terlanjur
Suatu
pagi, seorang anak laki-laki berusia empat tahun dimarahi ayahnya karena
melakukan kesalahan. Setelah ayahnya berangkat kerja, dia menghampiri ibunya
seraya berkata,
“Bu,
kenapa sih nikah sama Ayah yang suka marah-marah? Kok nggak nikah sama Ayah
yang lain yang lebih ramah?”
Belum
sempat sang ibu menjawab, si kecil sudah punya kesimpulan seniri. “Mungkin
karena sudah terlanjur, ya Bu?”
#4 Polisi
Tidur
Salah
seorang teman dari Aceh bercerita. Tentang keponakannya yang walau masih kecil
sering bikin orang tuanya bingung mencari jawaban atas pertanyaannya. Saat diceritai
tentang Malin Kundang, sebuah kisah moral tentang ketaatan kepada orang tua,
dia bertanya:
“Berarti
banyak polisi yang durhaka pada orang tuanya?”
“Kenapa?”
tanya sang ibu.
“Itu
banyak yang dikutuk jadi polisi tidur,” katanya.
#5 Penemu
Benua Australia
Guru : Dika, carilah benua Australia di peta
ini!
Dika : Ini, Pak! (sambil menunjuk peta
Australia dengan tepat)
Guru : Bagus. Sekarang kamu, Riko, siapa yang
menemukan benua Australia?
Riko : Dika, Pak.
#6 Tian
Berkelahi
Ibu : Tian, kamu barusan berkelahi ya?
Tian : Benar, Bu.
Ibu : Kamu harusnya bisa menguasai
kemarahanmu. Sudah berulang kali ibu bilang. Kalau lagi marah, tenangkan dirimu
dengan menghitung didalam hati dari satu sampai lima puluh.
Tian : Saya sudah melaksanakan apa yang Ibu
bilang. Saya memukulinya sampai hitungan kelima puluh, Bu.
#7 Tuhan
di Mana, Ya?
“Tuhan
di mana sih, Yah?” tanya Rasya kepada ayahnya suatu ketika. “Rasya pengiin
sekali ketemu. Dia baik banget. Udah ngasih Rasya mata, telinga, tangan, ayah,
ibu...”
Gelagapan
dengan pertanyaan ganjil itu, sang ayah pun menjawab sebisanya.
“Tuhan
itu ada dimana-mana,” kata sang ayah akhirnya.
“Kok
Rasya ngga lihat di sekolah? Ditempat eyang juga ngga ada” balas Rasya semakin
penasaran.
Merasa
tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari ayahnya, Rasya lalu menemui kakeknya
yang dan menanyakan hal yang sama.
“Tuhan
itu ada di hati setiap manusia” jawab sang kakek, terdengar lebih bijak.
“Enak
dong jadi dokter bedah,” sahut Rasya yang tampak puas dengan jawaban kakeknya,
“bisa sering ketemu Tuhan tiap kali membedah tubuh pasien.”
Kisah dalam buku ini merupakan kumpulan dari kontributor atau
teman-teman penulis. Ada juga mengambil dari kisah di buku lain. Atau cerita
tetangga. Enaknya, buku ini ringan dibaca. Singkat-singkat. Di setiap akhir
kisah diberikan keterangan hikmah apa yang bisa kita ambil dari kejadian itu.
Meski, pembaca pun boleh saja menafsirkan hikmah lain yang dirasakannya.
Membaca buku ini kita akan tertawa, terkagum-kagum dan merenung. Betapa
kita tidak boleh abai dengan pendidikan anak. Hal sekecil apa pun. Sebuah
bacaan ringan yang membuat kita harus lebih mensyukuri keberadaan anak-anak
kita. Anak-anak tidak salah dan tidak bisa disalahkan. Karena mereka belum
tahu. Tugas kita-lah yang mendidik mereka. Agar memiliki pengetahuan yang kelak
berguna dalam kehidupan mereka.
Judul
Buku : Betapa Lucunya Anak-anak
Kita
Penulis : Chairil ZM
Penerbit : Pro-U Media
Tebal
Hal : 180 halaman
Supadilah
0 komentar:
Posting Komentar