TRAVEL
GUIDE HAJI & UMROH
Alhamdulillah ala kulli hal atas nikmat kesehatan dan waktu luang untuk
bisa memperpanjang nafas di grup IM. Setelah sebelumnya saya meresume buku yang
berjudul “Umroh Backpacker” selanjutnya saya akan meresume buku yang saya
temukan, lebih tepatnya saya cari di lemari buku di rumah yang tujuannya untuk
mempersiapkan ilmu dan praktek ibadah umroh yang jujur sampai satu bulan
keberangkatan saya masih belum tau jadi berangkat atau enggaknya hehe.
Alhamdulillah namanya rejeki umroh, ada aja jalannya buat bisa berangkat,
syaratnya satu, lurusin niat.
Well, buku ini ditulis oleh Ust. Yusuf Mansur yang isinya udah teknis
banget jadinya cocok buat dibaca semua kalangan baik remaja, dewasa, bahkan
lansia sekalipun. Sesuai judulnya hal pokok yang dibahas dalam buku ini adalah
tentang ibadah haji yang dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri dari
persiapan, ihram, wukuf, thawaf, sai, mabit, jumrah, tahallul, juga penjelasan
tentang haji mabrur, dan ditutup dengan bab terakhir tentang umroh. Nah,
sebenarnya tujuan saya mengetahui tentang bab umroh sih, tapi gak ada salahnya
belajar sekalian dari bab awal tentang haji dulu karena sebenarnya umroh adalah
ibadah haji kecil, kali aja setelah belajar dibukakan jalan buat bisa daftar
haji, who knows?.
Sebagai pengantar dalam buku ini diawali dengan penjelasan tentang niat dan
kesungguhan dalam beribadah. Dalam
pelaksanaan ibadah haji dan umrah perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
persiapan yang matang. Tidak hanya aspek fiqih dan bacaan (doa) yang perlu
dikuasai para calon haji atau umrah, tetapi juga tips dan informasi serta
panduan praktis berkaitan dengan ibadah tersebutt. (hlm. iv) Selanjutnya
buku 152 halaman ini membahas tentang mana yang wajib (yaitu rukunnya), mana
yang tidak wajib tapi sunnah seperti mengenakan pakaian putih-putih bagi wanita
saat umroh, mana yang haram/dilarang dikerjakan saat pelaksanaan ibadah haji
dan umrah terutama setelah ihram, yang ini tidak kalah penting karena jika
melanggar larangan tersebut bisa berakibat denda menyembelih hewan qurban atau
lebih mengerikan lagi, ibadahnya tidak diterima dan diwajibkan untuk mengulang
tahun depan (nah bagaimana kalo itu ibadah haji? Masih panjang antrian jika
harus mengulang kan?).
Di setiap akhir bab penjelasan, Ustadz Yusuf Mansur juga memberikan
tips-tips yang teknis sekali untuk pembaca, misal tips untuk meringkas barang
bawaan supaya tidak kelebihan bagasi pada saat pulang, cara menjaga kebugaran
tubuh supaya saat di tanah suci tidak kelelahan, sakit dan sebagainya, tips
supaya tidak tersesat yang akhirnya saya pake banget pas disana terutama buat
janjian sama bapak karena bapak suka bingung jalan pulang ke arah hotel padahal
kondisi masjidil haram luas dan rame banget, ada juga tips untuk bisa mencium
hajar aswad alias batu surga tapi menurut saya masih terlalu umum jadi kurang
efektif bagi pembaca karena teknis di lapangan bahwa 24 jam di masjidil haram
tidak pernah sepi dari orang thawaf apalagi hajar aswad? Hanya waktu shalat
yang bisa membuatnya istirahat dari tangan-tangan manusia. Karena konon, batu
surga itu mencatat wajah-wajah yang pernah menemuinya selama di dunia.
Wallahu’alam.
Masih tentang buku ini, overall buku ini cukup lengkap dari segi penjelasan
baik yang bersifat teknis, pengetahuan, dan juga memberikan referensi doa-doa
yang menurut saya pribadi bagus banget buat diaplikasikan, tidak hanya berisi
doa-doa untuk kita pribadi, namun juga untuk pemerintah dan Indonesia yang kita
cintai ini. Beberapa poin yang menurut saya bisa dijadikan masukan adalah
adanya typo di beberapa halaman (saya tidak tandai halamannya, maaf ya) tapi
menurut saya penting seperti “dilarang” dan “tidak dilarang” tentu mempunyai
arti yang jauh berbeda dan bisa mempengaruhi pembaca yang tidak menyadari bahwa
itu typo dengan menyesuaikan tulisan-tulisan sebelumnya.
Selain typo, poin lainnya adalah tentang miqat makani (tempat untuk
mengambil niat ihram tanda dimulainya ibadah haji/umrah), dibuku tertulis, Bagi orang yang bertempat tinggal di daerah
miqat, miqat hajinya adalah tempat tinggalnya itu. Begitu juga bagi penduduk
Makkah atau orang luar yang berada di
Makkah, miqatnya adalah tempat tinggalnya di Makkah. (hlm. 36) nah
setelah saya konfirmasi dengan muthawif/ustadz tentang tulisan yang saya
tebalkan itu, beliau menerangkan bahwa walaupun kita sudah tinggal/bermalam di
hotel area masjidil haram yang lokasinya di Makkah, tempat mengambil miqat
memang bisa dilaksanakan di Makkah tapi harus keluar dari tanah haram. Nah selama ini saya pikir tanah haram ya berarti
Makkah, padahal ada batas-batasnya lho, tanah haram itu di Makkah tapi bukan
berarti yang tinggal di Mekkah itu tinggal di tanah haram dan ini semua udah
ditentuin dari zaman nabi Ibrahim. Dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa
orang luar/ jamaah umroh pendatang yang bisa
mengambil miqat di tempat tinggalnya di Makkah adalah jamaah yang tidak
tinggal di area tanah haram. Menurut saya koreksi ini penting apalagi buat
jamaah umroh backpacker kayak saya yang semua serba mendadak, dapet tiket promo
ke jeddah jadi mendadak nabung dan mendadak umroh. Sekian resume ini semoga
bermanfaat bagi semua. Mohon koreksinya ya kalo ada pendapat dan kesimpulan
saya yang perlu diluruskan hehe.
Judul buku : Travel Guide
Haji & Umrah
Nama Penulis : Ustadz Yusuf
Mansur
Penerbit : Salamadani
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : 152
halaman
Bandar Lampung, 23 Maret 2017
Mustika Rizky Amalia
0 komentar:
Posting Komentar