Bagaimana Muslimah Memanfaatkan
Waktu
Alhamdulillah ala kulli hal
atas nikmat kesehatan dan waktu luang untuk bisa memperpanjang nafas di grup
IM. Buku ini pernah saya baca sewaktu SMA dan beberapa minggu lalu saya temukan
lagi saat sedang merapikan buku-buku di lemari buku. Bagaimana muslimah
memanfaatkan waktu? Terus terang saya kembali penasaran dengan isinya dan lebih
penasaran lagi apakah saya sudah berada dalam arahan yang benar dalam
memanfaatkan waktu seperti yang akan dibahas dalam buku ini atau tidak. Buku
ini sangat tipis namun dibagi menjadi 6 bab penjelasan yang menghadirkan
contoh-contoh kisah teladan dan
aktivitas yang berkenaan dalam pemanfaatan waktu bagi seorang muslimah.
Pemanfaatan waktu yang optimal untuk membentuk muslimah yang bijak dan
bermanfaat sebagai modal pembangunan umat, insyaAllah.
Bab pertama diawali dengan
beberapa landasan pokok dalam pembahasan waktu, salah satunya adalah landasan
‘mengetahui tujuan penciptaan manusia’. Sesuai dengan landasan yang pertama
yaitu di surat Adz-Dzariyat: 56, “Dan
tidaklah kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku”,
dijelaskan di buku ini tentang konsep ibadah yang dimaksud menurut para ulama
yaitu ibadah adalah yang mencakup semua yang disukai Allah dan yang
diridhai-Nya, berupa perkataan serta perbuatan lahir dan bathin (hlm. 14).
Dengan demikian hendaklah manusia selalu membayangkan bahwa dirinya adalah
hamba Allah baik diwaktu shalat atau diluar shalat, diwaktu sempit maupun
lapang, dan merasa selalu diawasi Allah karena setiap waktu yang digunakan
adalah dalam rangka beribadah kepada Allah.
Dikisahkan Asma binti Yazid
Ibnus Sakan r.a., yang datang menemui nabi sebagai utusan para wanita, yang
bermaksud menanyakan tentang nasib perempuan yang merasa terbatas dan terkekang
karena tidak bisa menjemput pahala seperti laki-laki dengan banyaknya
perkumpulan, jamaah, perintah melayat, perintah berjihad dsb sedangkan
perempuanlah yang menjaga harta mereka, menenun kain, menjaga rumah mereka, dan
mendidik anak-anak mereka. Kemudian atas pengaduan perempuan ini, Rasulullah
berkata, “Wahai perempuan, pahamilah dan beritahukanlah kepada para perempuan
yang ada dibelakangmu bahwa pengabdian seorang perempuan pada suaminya, mencari
keridhaanya, dan mengikutinya, maka kedudukannya sama dengan itu semua
(pekerjaan yang dilakukan oleh lelaki)!”.
Landasan lainnya di bab ini adalah ‘bila waktu tidak dipergunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat maka ia akan dipergunakan untuk hal-hal yang tidak baik’. Saya sudah
seringkali mendengar tentang hal ini, namun masih suka menyangkalnya dengan
dalih ‘sesuatu yang tidak bermanfaat
belum tentu juga tidak baik, karena manusia butuh hiburan wkwk’ namun
dibuku ini dijelaskan kenapa waktu yang tidak diisi dengan hal yang bermanfaat
bisa menjurus menjadi waktu yang berbahaya dan sia-sia, yaitu karena tabiatnya
manusia tidak bisa tinggal diam. Al-‘Alamah al-Manawi Rahimahullah berkata,
“Bila manusia kosong dari kegiatan maka batinnya akan sibuk dengan hal-hal yang
mubah yang tidak menolongnya dalam masalah agama, zahirnya akan kosong, hatinya
memang tidak kosong tapi setan bersarang dan bertelur serta beranak hingga
menurunkan keturunan yang sangat cepat melebihi kelahiran hewan. Dari sana
dikatakan, waktu kosong bagi seorang lelaki adalah kelalaian, sedang bagi
perempuan adalah nafsu syahwat.” (hlm. 20).
Bab selanjutnya membahas
mengenai hadist-hadist tentang pentingnya waktu. Salah satunya adalah hadist
“Ada dua kenikmatan yang sering membuat manuasia terperdaya; sehat dan waktu
kosong”. Tanpa kita sadari bahwa nikmat sehat dan waktu luang memang baru
terasa berarti justru ketika kita sudah melewatkannya, di buku ini diberikan
beberapa kisah dan perumpamaan golongan orang-orang yang lalai dan sibuk dengan
keuntungn dunia dan tidak memanfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan
ketaatan kepada Allah.
Bab ketiga memberikan
contoh-contoh para ulama khususnya shahabiyah dalam memanfaatkan waktu. Adalah
Aisyah, istri Rasulullah, kalaulah ilmunya di timbang dengan ilmu semua
perempuan maka ilmu Aisyah pasti lebih berat daripada ilmu semua perempuan.
Semua ilmunya tersebut diperolah dengan kemampuannya menjaga dan memanfaatkan
waktunya dalam belajar. Kemudian Nafisah binti Al-Hasan bin Zaid Ibnul Hasan
bin Ali bin Abu Thalib r.a. yang seorang buta huruf namun hafal al-Qur’an dan
banyak hadist yang diterima dari Rasulullah. Wanita inilah yang menjadi salah
satu syekh (guru) nya Imam Syafi’i serta banyak kisah-kisah shahabiyah lainnya
yang terkenal dengan ilmunya, kepandaiannya, serta kesabarannya dalam menjalani
hidup dan mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat.
Bab-bab selanjutnya berisi
hambatan muslimah dalam memanfaatkan waktunya seperti mengandai-andai,
mengerjakan perkara sepele dan cenderung haram, salah memilih idola, perasaan
kurang (minder) terhadap apa yang dilakukan, hawa nafsu, dan kebanyakan tidur.
Hal-hal yang membantu dalam menjaga waktu yaitu selalu merasa diawasi Allah
(muraqabah), mengetahui wakt-waktu utama, kesadaran terhadap peran dan
kewajiban sebagai seorang muslimah, dan memilih teman yang shalih. Sedangkan intinya,
aktivitas yang dilakukan muslimah dalam waktu senggang salah satunya adalah
membaca buku bermanfaat.
Buku tipis enam puluh
halaman ini menurut saya cukup sulit diresume karena isinya yang masuk kategori
“daging semua” buat saya. Membacanya berulang-ulang pun tak bosan, sehingga
direkomendasikan untuk dibawa kemana-mana sebagai pengingat akan pentingnya
memanfaatkan waktu supaya tidak sia-sia. Akhir kata, semoga waktu yang saya
pakai untuk membuat resume ini termasuk kategori yang bermanfaat dan jadi
pengingat untuk kawan semua. Selamat meneruskan membaca, selamat hari Senin!
Judul
Asli : Kaifa Taqdhil Mar’atul Muslimah Waqtaha
Judul Buku : Bagaimana Muslimah
Memanfaatkan Waktu
Nama
Penulis : Dr. Sulaiman Bin Hamd
Al-Audah
Penerbit
: Gema Insani Press
Tahun Terbit : Cetakan Kedua 2003
Jumlah Halaman : 63 halaman
Bandar Lampung, 10 April 2017
Mustika Rizky Amalia
0 komentar:
Posting Komentar