Novel Merangkul Beruang Merah mengisahkan
perjalanan hidup seorang Ade Irma Elvira, tentang bagaimana proses perkuliahan
di Rusia dimulai dari memohon restu orang tua hingga tantangan ekonomi dan juga
akademiknya di Rusia. Gadis mungil berjlbab ini mengisahkan pengalamannya dengan
gaya novel serupa dengan Novel “99 Cahaya” milik Hanum Salsabila atau “Laskar
Pelangi” milik Andrea Hirata, atau juga “Negeri 5 Menara” milik Ahmad Fuadi.
Saya kurang bisa membedakan secara persis mana yang nyata, mana yang fiktif
dari Novel ini. Meski begitu, jika dibandingkan dengan novel-novel yang saya
sebut di atas, maka novel karya gadis bertubuh mungil ini bagi saya lebih
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Dalam artian, masih banyak Vira
meninggalkan jejak-jejak pribadinya. Seperti nama teman, nama kampus, hingga
tak ketinggalan foto-foto pribadinya selama studi di Rusia.
Ade Irma Elvira yang akrab disapa Vira
berasal dari kota Medan, Sumatera Utara, adalah seorang gadis mungil berjilbab yang
memiliki cita-cita untuk bisa melanjutkan studi ke luar negeri. Kebetulan atau
tidak, ketika Vira membantu abah dan ibunya yang bekerja di kantin sekolah,
Vira bertemu dengan alumnus dari luar kota yang sengaja berkunjung untuk
melepas rindu pada masa sekolahnya. Singkat cerita dari alumnus ini, Vira
mendapatkan informasi mengenai beasiswa lanjut studi ke Rusia. Namun, beberapa
hari setelah Vira dinyatakan lolos Beasiswa dari Pemerintah Rusia, ibunya
mengungkapkan bahwa ia tidak setuju kalau anaknya lanjut studi ke luar negeri
dengan alasan ibunya tidak ingin berpisah jauh dari anaknya, hal itu membuat
mimpi Vira untuk lanjut studi ke luar negeri agak tersendat.
Di malam
terakhir sebelum meninggalkan Medan, abah dan ibu memberikan nasihat kepada
Vira yaitu “Ingat! Jangan lupa tanggung jawab kita sebagai muslimah”.
Perjalanan yang sungguh panjang dan berderai air mata untuk mendapatkan restu
ibu, akhirnya selesai, dan perjalanan untuk studi ke Rusia akan dimulai dari
titik tolak Bandara Soekarno-Hatta menuju kota Moskow – Rusia.
Sebagai
mahasiswa indonesia satu-satunya kang kuliah di Universitas Tirmiyazev –
Moskow, tidak menghalangi semangatnya untuk terus menimba ilmu di negeri orang.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dilalui Vira dengan
tambahan-tambahan suka maupun duka hingga mengantarkan Vira meraih gelar Master
dengan predikat lulusan terbaik ketiga dan satu-satunya Mahasiswa asing yang
berhasil meraih peridat itu.
Setelah
kelulusan, ada sebuah tawaran untuk mendapatkan gelar Ph. D, namun Vira tidak
mengambilnya dengan alasan sudah waktunya Vira pulang ke Indonesia untuk
mengabdikan ilmu yang sudah Vira dapatkan di negeri orang terlebih lagi ibunya
yang menginginkan Vira untuk segera kembali ke tanah air.
Sekembalinya
ke tanah air, Vira pulang ke Medan membawa ijazah master yang membuat bangga
seorang tukang sapu di kantin sekolah, dari situ ibunya berkata “Tidak
selamanya anak selalu belajar dari orangtua. Terkadang orangtua pun bisa
belajar dari seorang anak. Belajar ketekunan, kerendahan hati, semangat, cinta,
keikhlasan, sabar, saling mengasihi dan banyak hal lainnya yang dapat
dipelajari dari seorang anak”.
Menjadi catatan tersendiri bagi saya,
bagaimana Vira membuat gambaran tentang betapa sulitnya meminta izin orang tua,
mencari tambahan biaya hidup karena beasiswa Pemerintah Rusia yang hanya sedikit.
Namun dengan tekad dan semangat yang kuat Vira pada akhirnya mampu
menyelesaikan studinya di negara beruang merah itu. Dan gambaran kesulitan itu
adalah kalimat paling lugas dari kalimat penyemangat yang diberikan oleh para
motivator: bahwa hidup harus strong.
Vira juga menambahkan kata mutiara yang
ia sampaikan untuk pembaca:
“Halangan dan rintangan bukanlah hal
yang membatasi diri kita untuk maju”
Judul Novel : Merangkul Beruang Merah
Penulis : Ade Irma ElviraPenerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Halaman : 304
Peresume : Muhammad Insan Aulia
0 komentar:
Posting Komentar